Mohon tunggu...
Pangeran Mujahid Fi Sabilillah
Pangeran Mujahid Fi Sabilillah Mohon Tunggu... -

tetaplah menebarkan kebaikan dimana\r\nsaja, situasi apa saja dan kapan saja,\r\ndunia online seperti pisau bermata dua\r\njika tdk pandai memanfaatkan bisa\r\nmenikam diri sendiri...\r\nmari berjihad dgn jihad sebenar-benarnya, melalui dunia nyata maupun\r\ndunia maya...\r\n \r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Orang Itu Baik

25 September 2012   13:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ ,
Betapa seringnya kita mendengar perselisihan antar dua manusia. Betapa seringnya pula kita menyaksikan permusuhan yang dibawa mati. Mengapa semua itu bisa terjadi? Bila seluruh peristiwa itu ditelusuri, ternyata semua ini terjadi karena salah faham belaka. Ya, karena masing-masing bertahan dengan sisi pandangannya sendiri. Sebenarnya perselisihan itu terjadi akibat manusia mempunyai kecerdasan, baik kecerdasan otak maupun kecerdasan emosi yang berbeda-beda. Kita tidak bisa menyamakan otak kita dengan otak Einstein ataupun Habibi. Seberapa kuatpun kita berusaha, kita tidak dapat menguasai ilmu sains seperti yang mereka kuasai, karena IQ mereka memang " dari sananya " sangat tinggi.

Namun ada satu hal yang dapat dilakukan oleh setiap orang bila dia mau berusaha. Yaitu kemampuan untuk selalu berniat baik. Memang Tuhan menciptakan IQ yang berbeda-beda, tetapi tidak demikian halnya dengan kemampuan untuk berniat baik. Orang bodoh sekalipun mampu berniat baik. Kalau kita sadari, apakah fair bila kita menilai seseorang itu hanya dari tindakannya saja? Bukankah tindakan yang dilakukan seseorang itu berkaitan erat dengan ilmu yang dimilikinya? apakah adil bila kita membandingkan ilmu yang dimiliki si Badu yang IQ nya " jongkok " dengan Habibi yang mempunyai otak cermerlang? Rasanya kita termasuk orang yang zalim bila membandingkan buah apel dengan kedondong. Kenapa kita tidak menilai orang dari niatnya? Bukankah setiap orang memiliki kemampuan untuk berniat baik? Kalau ini kita lakukan, maka paling tidak, salah satu syarat menjadi orang bijak yaitu membandingkan sesuatu secara ' apple to apple ' telah kita lakukan.

Apalagi Allah pun menilai manusia dari apa yang diniatkannya. :

" Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.. "
( Al-Hujarat : 12 )

Rasulullah bersabda dalam hadist yang sangat terkenal :

" Sesungguhnya segala amal itu ditinjau dari niatnya, dan setiap orang akan diganjar sesuai dengan apa yang ia niatkan "

Subhanallah,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun