Akibatnya bantuan yang diharapkan di lokasi bencana tidak terlaksana sesuai harapan. Tidak sedikit juga jenis relawan  lain yang malah menjadikan lokasi bencana sebagai lokasi "wisata", padahal ada pekerjaan dan tanggungjawab kemanusiaan diembannya. Karenanya selektif dalam mengirim relawan juga hal yang sangat penting ditetapkan kualifikasinya.
Perkuat Perangkat Kebencanaan
Sudah saatnya Indonesia kini benar-benar memperkuat sistem-lembaga dan SDM kebencanaan. Belajar sungguh-sungguh dari negara-negara yang sudah mapan dalam hal itu. Letak geografis nusantara yang begitu menguntungkan, tetapi sekaigus menyimpan potensi bahaya yang begitu besar dan menakutkan. Indonesia berada di wilayah cincin api.Â
Sudah ratusan ribu korban jiwa akibat pelbagai bencana yang terjadi terhitung sejak gempa dan tsunami Aceh Desember 2004 lalu menghentakkan dunia. Tsunami sangat besar sepanjang pradaban moderen umat manusia terjadi di Indonesia. Hal inilah yang membuat para ilmuan dunia datang melakukan penelitian. Hal ini pula yang merefleksikan kejadian "purba" sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab suci agama-agama samawi (baca: Nuh/ Noah). Membuktikan kebenaran Tuhan dalam sudut pandang religius. Ada catatan ilmiah penting kemudian yang dikemukakan oleh para ilmuan kita. Sebagaimana bencana-bencana alam sangat besar juga pernah terjadi di alam nusantara pada masa lampau. Letusan Krakatau purba; terjadinya Danau Toba, dll.
Beberapa waktu lalu NTB, dan beberapa hari ini di Donggala, Sigi, dan Kota Palu. Sudah cukup ratusan ribu korban jiwa tewas. Sudah saatnya kini kita berbenah diri, bertindak dengan kesadaran paripurna, agar penanganan pra dan paska bencana alam tidak lagi atau sekurang-kurangnya meminimalisir jumlah jatuhnya korban jiwa. Kita sangat prihatin, sebagian besar korban jiwa bahkan (tidak) belum teridentifikasi identitasnya saat dimakamkan.Â
Sementara keluarga korban tentu sangat kawatir menunggu kabar, berharap mereka dalam keadaan baik, menunggu dan terus menunggu kabar. Untuk sementara waktu, atas nama kemanusiaan sudah seharusnya siapapun MENIGGALKAN HIRUK-PIKUK POLITIK! Mari bahu-membahu membantu para korban dengan cara dan kemampuan masing-masing. Sebagamana sejatinya budaya mayarakat Indonesia hidup!Â
Sudah dimetahui geografis Indonesia "menyimpan" bahaya yang amat besar, maka mungkin sebaiknya pembangunan daerah jangan melulu berpijak pada kontruksi (imajinasi pembangunan) ala barat. Perlu juga dikaji teknologi bangunan yang nenek moyang kita tinggalkan dalam beradaptasi (survive) dengan alamnya. Pray Donggala, Kota Palu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H