Faisal Basri: Dwifungsi bentuk baru penguasa-pengusaha (baca:SBY-Ical) lebih 'bengis' daripada dwifungsi ABRI (baca:pak Harto). (Kompas, 10 Mei 2010, hal.15, Bahaya Terselubung dari Mundurnya Sri Mulyani).
Seno Gumira Ajidharma (penyair 'Negeri Para Bedebah'): Ada 3 mantan posisi yang terlarang untuk dipekerjakan di luar negeri karena mereka terkait rahasia negara: Menhan, Menkeu, Kepala BIN. (Democrazy, MetroTV, Minggu, 9 Mei 2010).
Sri Mulyani Indrawati: Pemimpin (baca: SBY) jangan korbankan anak buah (baca:SMI) ! (Pojok Kompas, 7 Mei 2010).
Bambang Soesatyo: "Golkar tanpa sadar masuk dalam jebakan. Golkar berpikir hebat ditunjuk sebagai ketua harian koalisi. Namun yang hebat adalah Presiden SBY karena dengan penunjukan itu membuat Golkar dihujat." Penunjukan itu merusak reputasi Golkar. (Kompas, 11 Mei 2010, hal 1, Sekretariat Bersama Jebakan bagi Golkar).
Hebatkah SBY ?
Dalam permainan catur, apabila situasi sedemikian mendesak, pasti akan terjadi pengorbanan-pengorbanan yang dalam perspektif praktis pemain catur memang harus dilakukan. Terbesar adalah pengorbanan Menteri/Ratu/Perdana Menteri/Star.
Menurut Sukardi Rinakit: Republik (ini) hanya butuh 4 menteri:Menko Polhukam, Menlu, Menkeu, Mendag (perdagangan), untuk membawa Indonesia optimistis ke depan. (Kompas, 11 Mei 2010, hal.15). Semua 4 pilar menteri saat ini adalah berkategori baik adanya, sehingga badai politik masih bisa kita lalui dengan selamat. Tetapi kepergian Sri sangat membahayakan apabila penggantinya tidak sekaliber dia.
Ketika Partai Demokrat all-out membela kasus bail-out Century dan terbukti gagal membendungnya, pilihan SBY untuk meneruskan pemerintahan hingga efektif sampai tahun 2014 adalah memperkuat dan mengefektifkan koalisi partai-partai. Sampai saat ini, sudah terbukti jalannya pemerintahan sejak terpilihnya SBY-Boediono sebagai Presiden dan Wapres 2009-2014, sangat dirongrong kewibawaannya yang berpuncak pada Pansus Century.
Lepas dari segala upaya penciptaan pemerintahan bersih melalui sosok Sri Mulyani dalam reformasi sektor vital Keuangan Negara, Perpajakan dan sektor makro-mikro ekonomi, ternyata ada begitu banyak badai dan pembocoran kapal yang bisa berpotensi menenggelamkan kapal republik ini.
Pada situasi kritis seperti ini, telur dan ayam-pun sedang diperdebatkan, etika pun sedang dikais-kais. Pujian dan hujatan membelahkan negeri ini. Situasi business as usual dipertunjukkan oleh SBY melalui rapat-rapat biasa, proses perayaan pemilihan Ketum Partai Demokrat. Tetapi mendadak ada hal penting terjadi terkait pengunduran diri Sri Mulyani dan pembentukan Sekber Partai Koalisi.
Apabila semua pihak bersedia mendinginkan kepala, hemat saya begini urutannya: Presiden-Wapres terpilih sudah, Menteri dipilih, DPR menilai kinerja setiap kebijakan Pemerintah termasuk pembelanjaannya. Pembangunan berjalan dan Rakyat akan tenang bekerja. Tetapi selalu ada faktor-faktor penghambat pembangunan saat ini: mulai kasus cicak-buaya, bail-out Century, Prita, Susno, mafia hukum, dsb,dsb. Semua sepertinya mustahil diawali oleh Pemerintah. Pasti ada satu dua pihak yang memulai rentetan kasus ini, sehingga mau tidak mau menimbulkan aksi-reaksi berkepanjangan sampai magabatanga (mati semua). Kasus cicak-buaya menimbulkan nyanyian Susno dan markus. Kasus Century menimbulkan reaksi berupa Misbakhun. Terus dan terus. Balas membalas.