Mohon tunggu...
Pangat Muji
Pangat Muji Mohon Tunggu... -

Mendidik generasi masa depan agar selalu ingat Moral, Tanggungjawab, Kontribusi kepada Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bank Indonesia Tanpa Nahkoda

26 Desember 2009   00:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:46 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Denyut nadi perekonomian negara adalah sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan bernegara. Bahkan terbukti bahwa predikat dan level suatu negara sangat terkait dengan kemampuan negara itu berekonomi. Kekuatan penjaga, pengendali, penahan terhadap gempuran dan pengaruh dinamika perekonomian dunia adalah di tangan Bank sentral. Mau ikut pusaran sistem yang mana demi kepentingan nasional, kebijakan bank sentral sangat penting bahkan tidak perlu tunduk kepada Presiden sebenarnya, tetapi kepada Rakyat /MPR seharusnya.

Hari-hari ini kita lihat dan dengar kiprah -kiprah kontraproduktif Bank sentral kita, Bank Indonesia, karena ulah para petingginya selama kurun 10 tahun ini.  Sangat mengherankan bahwa Presiden RI tetap membiarkan posisi nahkoda BI kosong setelah mantan Gubernur BI diajak jadi satu paket dan menang jadi Wapres. Posisi nahkoda BI walau kosong hanya sehari tidak bisa dibiarkan, dengan alasan apapun, andainya bahwa ada semacam dewan untuk memimpin bersama pun tidak bisa dibenarkan. Ataukah ada kepentingan khusus misterius dengan pembiaran kursi nahkoda kosong.  Dan bagi Boediono, kalau mengikuti logika The Fed AS yang masa jabatannya di luar urusan pergantian Presiden AS, sepatutnya jabatan Wapres adalah suatu penurunan, kecuali jabatan Presiden yang juga diincarnya nanti. Ada kecenderungan penguasa korup mempersiapkan Wapres jadi penggantinya nanti agar bisa mengamankan hasil jarahannya di kemudian hari, contoh negeri jiran Malaysia. Dan dengan kegiatan kampanye Boediono bersama Partai Demokrat waktu itu juga bisa dibilang suatu bentuk meremehkan jabatannya sendiri sebagai Gubernur BI. Gubernur suatu bank sentral untuk negara Republik Indonesia yang (sebetulnya) maha kaya raya.

Kecuali.....memang ada distorsi logika tentang hakekat Bank Sentral. Distorsi bahwa BI adalah sumber gudang harta yang boleh-boleh saja dipakai untuk keperluan apapun selama para petinggi BI sudah begitu pintarnya mengakomodasi kepentingan apapun dengan imbalan standar tertinggi karena sudah biasa dengan nilai-nilai trilyun berseliweran di benak dan matanya setiap hari. Dan tidak perlu mengurusi benar-benar BI sebagaimana The Fed mengurus perekonomian AS. Harus ada UUD untuk membetulkan letak posisi BI. Kita mau yang mana, sesuai logika bank sentral di negara-negara yang jauh lebih maju, makmur ataukah  bank sentral negara-negara primitif diktatorial, berkaca dari sederet kenyataan pahit yang menimpa perkonomian nasional.

Kepentingan para pemilik bank yang merengek-rengek BLBI, ayuuuk....yang penting ada imbalan yang memadai dan tahu sama tahu, atau asas Tiji Tibeh (Mati Siji Mati Kabeh- Mati Satu Mati Semua). Buktinya, terhitung hari Natal kemarin, Metro TV menyiarkan wawancara khusus reporter briliannya, Kania dengan Hasheem (? )salah satu penanggung jawab investasi Bank Century yang selama ini diduga juga melarikan dana. Pengakuannya (tidak) mengejutkan, bahwa selain ternyata bahwa seluruh dana dicuri Robert Tantular, dia juga mengatakan bahwa Miranda Goeltom dan Anwar Nasution (keduanya Deputi Senior Gubernur BI) kenal sangat dekat dengan Robert Tantular. (Apa arti sangat dekat?) . Dia juga sudah menyurati Kepolisian RI sebanyak dua kali untuk membantu investigasi tidak direspons sampai sekarang, dia tidak berani ke Indonesia karena tahu pasti ditangkap dan minta jaminan demi membantu investigasi.

Reses Pansus juga melukai hati Rakyat karena urusan yang begitu urgen bagi perekonomian nasional, Pansus libur begitu lama. Rakyat perlu kasus Bank Century agar segera selesai dan segera mengajukan siapapun yang patut diduga bersalah untuk disidangkan ke pengadilan. Agar segera menimbulkan efek jera. Agar segera tidak menjadi preseden kasus serupa di masa depan. Agar segera Pemerintah RI memiliki wibawa karena bersih dan dipimpin oleh orang yang bersumpah melakukan jihad terhadap korupsi dan berikrar akan berada di garis paling depan memberantas korupsi.

Apa sulitnya mencecar Robert Tantular dan mengadakan pembuktian terbalik?  Apa susahnya Ketua PPATK segera membuka nama-nama penerima yang diduga tidak patut dari dana talangan untuk Bank Century? Semakin tertunda semakin menunjukkan ada sesuatu yang busuk dan percayalah tidak akan terjadi sistemik sungguhan apabila terungkap. Bangsa ini sudah cukup dewasa mencerna apapun yang sebenarnya, sepahit apapun. Agar belajar tidak menilai sesuatu dari rupanya (baca: citranya).

Wahai seluruh Saudara yang bekerja di Bank Indonesia, Anda adalah putra-putra terbaik bangsa, tugas Anda adalah mulia di mata bangsa ini, reformasilah Khazanah Negeri ini dari tangan-tangan yang tidak bermoral, oportunis, korup. Mulailah buka ke publik apabila ada ketidakadilan dan penyelewengan di sana. Buka dan jadilah pahlawan sejati negeri ini. Orang jujur dan berani jangan takut tidak diterima di mana-mana untuk bekerja. Karena kualifikasi tersebut sangat langka di negeri kita. Yang langka yang berharga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun