Mohon tunggu...
Pangat Muji
Pangat Muji Mohon Tunggu... -

Mendidik generasi masa depan agar selalu ingat Moral, Tanggungjawab, Kontribusi kepada Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Politik

ABB Adalah Sel Kanker Republik?

13 Agustus 2010   00:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:05 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

ABB adalah manifestasi kekerasan dalam jubah religi. Campur-aduk antara religi dan politik dalam nuansa kekerasan (himsa). Membandingkan Mahatma Gandhi dengan ABB akan terlihat kontras 180 derajat.

Banyak cara mengaktualisasi idealisme seseorang. Dalam konteks politik, pilihan sangatlah banyak. Ada yang dengan sadar tetapi pandir mengikuti kampanye caleg, pilkada dsb. Ada pula yang lewat jalur pendidikan politik bak menyemai benih. Menyemai benih selalu dilakukan dalam kesabaran. Demikian pula ABB secara sadar sejak puluhan tahun yang lalu telah menyemai benih garis keras campur aduk religi dan politik di bumi Indonesia.

Hasilnya telah kita ketahui bersama. Sel kanker itu telah mengganas. Rentetan kejadian yang diawali oleh uji coba keberanian pada masa Orba: berbagai peristiwa mulai peledakan 9 stupa candi Borobudur, sekolah gereja SAAT di Malang, bus malam yang menuju ke Bali tetapi keburu meledak di sekitar Banyuwangi, upaya gagal peledakan rumah sakit Katholik RKZ di Surabaya. Semakin mengeras dan militannya penduduk sekitar pesantren Ngruki buatan ABB, bahkan di seantero kota Solo. Semakin mengeras dan militannya penduduk desa kelahiran trio bomber Lamongan. Yang terakhir dan mengguncangkan dunia adalah rentetan Bom : Bali I dan II, Kedubes Australia di Kuningan Jakarta, Bom Marriott Jakarta I dan II.

Bom-bom di Indonesia itu dipicu oleh tragedi 911 New York ibarat kerjaan anak buah setan yang mengiringi karya besar raja setan dengan berpesta pora menginjak-injak harkat kemanusiaan dalam simbah nyawa darah dan kesombongan religi terdahsyat dalam sejarah manusia. Lambang keislaman seolah menjadi merah mengerikan saat-saat itu. Umat Islam sedunia yang benar-benar religius tercabik hati nuraninya dan menjadi malu terluka hingga saat ini.

Indonesia yang berbudaya adiluhung telah diseret ke dalam kancah kebencian tanpa arah dalam perang dendam kesumat tolol sekian millenium di Timur Tengah, juga dalam pusaran dendam seorang macan peliharaan AS yang telah dibuang: Osama bin Laden.

Strategi kotor AS demi eksploitasi segala kepentingan ekonomi kelompok kapitalis mereka , termasuk penjualan senjata trilyunan dollar AS dan penguasaan sumber minyak adalah dengan memecah-belah kelompok-kelompok di Timur Tengah yang terkenal keras, bersumbu pendek, fanatik dan terakhir: bodoh. Tentunya kucuran milyaran dollar mengalir dari AS dalam rangka memecah belah mereka. Dan perencanaan itu memakan waktu puluhan tahun selama industri persenjataan tetap eksis dan sumber minyak masih perlu dikuasai. Masih ingat rekening milyaran dollar Yasser Arafat di bank-bank Swiss? Sementara Palestina tetap porak poranda dan demo di depan Kedubes AS di mana-mana termasuk Jakarta rutin digelar. Tertawalah Yasser bahkan dipuja jadi pahlawan dunia yang simpati atas penderitaan rakyat Palestina. Tertawa pulalah mereka yang berkat strategi kapal bantuan gagal ke Gaza diserang Israel, telah menghasilkan milyaran dollar bantuan simpati melalui transfer rekening yang bisa mereka caplok sekian puluh persen demi kantong kelompok mereka bak modus penilapan dan korupsi di negeri kita. Simak pendapat para mahasiswa Palestina (dalam Doha Debate siaran al-Jazeera dan BBC) atas ketidakpercayaan mereka pada semua kelompok Palestina termasuk PM mereka sekarang.

Dalam konteks itulah ABB berkarya dalam dakwah penghasutan dan pelatihan sel-sel kanker yang akan menyakiti terus tubuh republik ini. Simak tatapan kosong ayah bunda para pengebom, para 'pengantin' bom bunuh diri,  ayahbunda yang shock melihat foto dan tayangan media cetak dan televisi berisi potongan kepala anak tersayang mereka yang menghilang beberapa tahun, tahu-tahu menjadi berita nasional. Derita ayahbunda ini belum berakhir setelah anak mereka dikuburkan, masih ada pandangan iba dan curiga penduduk se-desa, se-kecamatan. Setelah itu mereka senyap dalam duka, siapalah mereka, sementara ABB masih tertawa riang dielu-elukan sel-sel kanker binaannya. Kalaupun bukan uang milyaran di rekening ABB, adalah nama besar ilusif yang disandangnya. Paling tidak di surga ciptaan ABB sendiri di alam fana ini, sementara akan adakah Surga atau malahan neraka yang menyambutnya begitu dia pindah ke alam sana. Bukan 7 bidadari surga menyongsongnya bak pengantin sebagaimana yang dikhotbahkannya, tetapi malah sebaliknya sangat mungkin 7 sosok neraka.

Membandingkan jalan kekerasan (himsa) yang ditempuh ABB bagaikan bumi-langit bila dibandingkan dengan Mahatma Gandhi (jalan ahimsa). Negeri kita yang berbhinneka tunggal ika ini sangat memerlukan banyak Mahatma Gandhi yang penuh cinta kasih atas sesama rakyat, bukan seorangpun ABB yang sangat membenci sebagian rakyat hingga membunuhi mereka demi kantong dan citranya.

Seolah tidak percaya. bumi Nusantara nan indah permai telah memunculkan tatapan benci, benak kerasukan kebencian dan kekerasan, tawa tidak waras yang mengerikan dari sosok Imam Samudra, Muchlas, Amrozi, dan adiknya yang satu lagi. Seolah tidak percaya, bahwa saat ini Indonesia yang di masa ribuan tahun terkenal budi bahasa budaya, rempah subur mutu manikam, ada Soekarno yang mencengangkan dunia, sekarang terkenal akan kengerian aneka Bom besar dan sosok trio Lamongan, Hambali, Dulmatin, Azahari, dan Noordin M.Top.

Siapakah ABB? Anda pasti telah mengetahuinya. Siapa yang bekerja keras menangkapi mereka? Anda pasti telah mengetahuinya. Siapa yang saling bersimbiosis mutualisme dengan ABB ? Anda mungkin tidak sulit menerkanya karena mereka sibuk mengobrak-abrik apapun yang ada di Jakarta. Mereka sama dan sebangun dalam rangka membenci kebhinnekaan dan menjadi budak keseragaman dalam fanatisme dan kebodohan absolut, dibodohi para elitnya sendiri.

Mereka para sel kanker ini tidak mudah dibasmi dan diamputasi, karena ada pihak-pihak elit di Jakarta yang masih menggunakan mereka sekali-sekali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun