Mohon tunggu...
Pangat Muji
Pangat Muji Mohon Tunggu... -

Mendidik generasi masa depan agar selalu ingat Moral, Tanggungjawab, Kontribusi kepada Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Apakah Adjie Tidak Berkedok?

8 September 2010   16:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:21 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_253675" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com/Heru Margianto)"][/caption] Nalar para kompasianer berkobar ketika mulai muncul kecurigaan bahwa tulisan Adjie kemungkinan besar adalah pesanan dan yang pesan adalah pihak yang perlu citra dari dimensi yang berbeda. Kompas yang memuatnya tidak mungkin begitu bodoh dan gegabah memuat opini yang menyangkut resiko kegaduhan militer karena urusan pelanggaran Sapta Marga apalagi langsung mengarah ke  Panglima Tertinggi TNI. Lepas dari kecurigaan itu ataupun seandainya itu setulusnya dari Adjie, satu hal penting adalah: Setelah itu mau apa kalian ? Kalau tidak terjadi apa-apa, maka semua 'pasukan' rezim SBY siap-siap  tinggal landas untuk berbuat semau kepentingan kelompoknya dan tidak perlu lagi mendengar dan tidak perlu kuatir atas segala jenis kritik dan teriakan. Uji permukaan ini akan semakin melambungkan SBY sebagai Bapak Demokrasi nomor wahid di tengah carut marut prestasi mikro Republik ini. Sungguh yang kita miliki adalah Presiden yang pakar strategi. Sayangnya kemampuan strategi yang hebat itu tidak digunakan demi sebesar-besarnya kepentingan rakyat dengan mengefisienkan pemerintahan dan menggunakan para intelektual sejati pecinta negeri. Malahan begitu banyaknya para penjilat, peniru diri SBY, dan orang-orang yang tidak berkompeten menduduki berbagai kedudukan penting. Mungkinkah ada sesuatu yang dia sembunyikan dan takut ketahuan oleh orang-orang pintar apabila dia merekrutnya ? Ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan menyusun strategi adalah gemar menimbulkan riak di sekelilingnya dan dia selalu diam mendengar dan mengamati. Maka kesan yang selalu ditangkap orang adalah gerakan lebay. Padahal untuk tindakan-tindakan Eksekutif  negara tentunya tidak hanya pada strategi saja, tetapi lebih sering untuk tindakan aktif.  Maka agak beruntunglah negeri ini ketika masa SBY-JK, banyak kemajuan yang dicapai karena kombinasi tersebut. Tetapi sekarang? Seandainya Adjie memang tulus dan tidak dipesan, maka perlu dipahami bahwa dalam kaitan demokrasi dan kebebasan berekspresi yang adalah Hak Asasi Manusia yang hakiki, maka segala jenis Sapta Marga seharusnya tidaklah tepat diterapkan kaku dan tidak lentur untuk urusan pemerintahan. Ketika negara kita telah memutuskan bahwa militer keluar dari segala urusan pemerintahan tetapi hanya fokus pada pertahanan, maka SBY sebagai Presiden bukanlah militer lagi tetapi adalah sipil, bahwa dia adalah Panglima Tertinggi TNI adalah dalam kaitan dia adalah Kepala Negara atau Presiden RI. Maka ketika Adjie mengkritik SBY dalam kaitan sebagai Presiden, Adjie juga sedang memfungsikan dirinya sebagai sipil. Dan tidak ada masalah esensial apalagi mengkaitkannya dengan pelanggaran Sapta Marga Prajurit. Malahan para atasannya dan semua militer yang kebakaran jenggot beramai-ramai, tidak lebih adalah mereka yang tidak mengerti hakikat dan posisi militer RI saat ini dalam bernegara. Saya sangat ingin mendengar komentar atau tindakan para militer yang kebakaran jenggot dan mereka yang berpegang pada Sapta Marga Prajurit itu atas segala kejadian dan perbuatan yang dilakukan oleh para jenderal pengecut, jenderal penculik, jenderal yang bikin pasukan penggebuk (PAM Swakarsa cikal-bakal FPI) rakyatnya sendiri, jenderal yang selalu lempar batu sembunyi tangan, berlindung di balik ketiak entah siapa, jenderal peracun Munir, jenderal atau mereka yang tidak berani mengaku dan bercerita kepada publik demi kesetiakawanan korps militer di atas darah, nyawa, ribuan rakyat korban peristiwa 1998 dan segala kerusuhan di tanah air tahun 2000-an (Sambas, Palu, Ambon). Sapta Marga model bagaimana ? Padahal hasil perbuatan destruktif mereka atas Republik ini berdampak dalam skala yang sangat-sangat besar. Sapta Marga yang samakah yang diterapkan atas Adjie ? Yang kena hanya SBY seorang, yang kebakaran jenggot begitu banyak. Apakah ini namanya kalau bukan peristiwa penjilatan ?  Janganlah berstandar ganda. janganlah munafik tetapi ksatria seperti dalam Sapta Marga. Semoga pula Adjie tidak berkedok. Kritik yang disampaikannya sangatlah membangun. Rakyat banyak memberi 'blessing' atas tulisannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun