Sepak bola merupakan Olahraga yang paling digemari oleh masyarakat, tidak hanya kalangan anak muda saja namun segala usia maupun kelamin dapat menyukai Olahraga satu ini. Sepak bola menjadi tontonan bahkan menjadi kegiatan favorit masyarakat karena olahraga ini termasuk dalam suatu kegiatan yang bisa dikatakan dekat dan ramah dengan rakyat golongan bawah.
Dalam dunia sepak bola tidak lepas akan kehadiran pendukung kesebelasan untuk menjadi pemain kedua belas. Istilah pendukung sepak bola kerap disebut dengan suporter dan memiliki nama komunitas dan ciri khas masing-masing. Suporter yang fanatik akan selalu mendukung dengan setia tim yang mereka sayangi dan menyemangati ketika berlaga. Sebelum memasuki tahun 2010, Liga Indonesia identik dengan beridentitas mania, namun lima tahun terakhir ini suporter di Indonesia sebagian besar lebih mengadopsi konsep dari Budaya barat contohnya ialah ultras. Sebenarnya ultras pertama kali berkembang pesat di Italia yang menunjukkan semangat dan gairahnya ketika tim kebanggaannya sedang bertanding. Di Indonesia terdapat basis ultras terbesar yakni Brigata Curva Sud (BCS) yang sangat loyal mendukung PSS Sleman dimanapun berlaga.
Masuknya ultras di Indonesia ini berawal dari dengan adanya globalisasi dan perkembangan teknologi semakin memudahkan paparan Budaya Internasional terhadap budaya lokal masuk. Suporter ultras di Indonesia ini merupakan salah satu contoh budaya populer di masyarakat. Pernahkah anda mendengar budaya populer, lalu apakah sebenarnya istilah ini.
Budaya pop (cultural popular) berarti kebudayaan rakyat. Pop, dalam pengertian ini, tidak berarti tersebar luas, arus utama, dominan, atau secara komersial sukses. Dalam bahasa dan Kebudayaan Latin kata ini lebih banyak mengacu pada ide bahwa kebudayaan berkembang dari kreativitas orang kebanyakan. Budaya pop berasal dari rakyat; budaya pop bukan diberikan kepada mereka. Perspektif ini menjebol pembedaan antara produsen dan konsumen artifak budaya, antara industri budaya dan konteks penerima. Kita semua memproduksi budaya pop. Membangun budaya pop merupakan pelaksanaan kekuasaan budaya (Lull, 1998 : 85).
Dari pengertian tersebut budaya populer dapat disimpulkan sebagai budaya yang menyenangkan dan disukai banyak orang. Budaya populer menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia dan berasal dari kebudayaan asing atau luar negeri. Di Indonesia sendiri budaya populer banyak sekali dijumpai, salah satunya suporter ultras dari PSS Sleman yang sangat populer dikalagan pecinta sepakbola Indonesia.
Brigata Curva Sud namanya atau sering disingkat dengan BCS, suporter militan PSS Sleman dengan ciri mengenakan pakaian serba hitam dengan menempati tribun khusus. Dengan mengenakan pakaian serba hitam ini, menggambarkan ultras yang ada di Negeri Pizza. Kelompok ini lahir sekitar tahun 2010-an, dengan memiliki identitas tersendiri. BCS mengambil dari para ultras ternama dunia, seperti St. Pauli di Jerman. Akan tetapi, BCS tetap memakai identitas sendiri. Nama BCS mulai naik daun pada awal 2015 dengan aksi koreografinya yang mengundang kagum. Musim 2015 pada saat itu media sosial seperti YouTube sangat digemari oleh netizen dan banyaknya konten yang diupload dengan mudah di YouTube. Video YouTube koreografi BCS pada tahun 2017 sangat menghebohkan jutaan penonton, dan trending hingga beberapa media asing Asia.
Ada beberapa definisi ultras dalam dunia sepak bola. Menurut Begawan (dalam Fairush, 2013:5), ultras dalam kelompok sepak bola digambarkan sebagai kelompok suporter yang memiliki mental keras yang sangat total dalam memberikan dukungannya pada tim kebanggaan mereka.
Nah, kenapa ultras dapat diterima oleh sebagian masyarakat Indonesia. Budaya pop ini dapat diterima di masyarakat padahal suporter di Indonesia kerap sekali dicap pembuat onar. Kemudian muncul Brigata Curva Sud membuat sedikit perubahan di dunia suporter dengan menunjukkan kreatifitasnya melalui koreografi. Kreatifitas tersebut membuat BCS dinobatkan sebagai ultras terbaik di Asia pada 2017 silam versi situs suporter dunia COPA90. Budaya pop yang ditunjukkan seperti memakai pakaian serba hitam hingga menyanyikan chant ala ultras Italia. Meski budaya ini berasal dari Benua Eropa namun tetap besar yang mengadopsi budaya ini terutama suporter Indonesia, kelompok ultras seperti BCS kini memiliki basis yang sangat besar di Sleman, hingga kabupaten ini dijuluki sebagai Kabupaten Italia. Seorang ultras dapat mencintai tim kebanggannya hingga merelakan waktunya demi tim sepakbola. Dari film ini menjadi bahan peniruan atau mimikri yang diikuti kelompok suporter yang ada di Sleman. Kata “Brigata” pada “Brigata Curva Sud” sendiri diambil dari film L’ultimo Ultras (Andika, 2016).
Kita ambil kesimpulan masuknya budaya asing belum tentu buruk asalkan kita tahu bahwa budaya asing yang memberikan dampak positif dan negatif itu, seperti contohnya budaya asing diatas yang populer. BCS memberikan suatu gambaran bahwa mereka suporter atau ultras yang berbeda, dengan menunjukkan sisi kreatifitasnya bukan arogansinya.
Daftar Pustaka