Mohon tunggu...
Pandu Setiawan
Pandu Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Inventor ; Unreal ein Pionier at CV. Pionir Akselerasi Sejahtera

Seorang Pionir Ketidakmungkinan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semarak Galungan di Banjar Purwa Simbolis Kemenangan Dharma

25 September 2024   19:40 Diperbarui: 25 September 2024   20:09 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Raya Galungan selalu menjadi momen penuh kegembiraan dan keagungan spiritual di Banjar Purwa, Desa Pengastulan. Di tengah perayaan yang meriah ini, umat Hindu bersyukur atas kemenangan Dharma (kebenaran) atas Adharma (kejahatan), sebuah nilai yang terus dipegang erat di kehidupan sehari-hari. Selain itu, Galungan menjadi saat istimewa bagi masyarakat untuk berkumpul bersama keluarga, mempererat tali persaudaraan, serta menyemarakkan suasana desa dengan berbagai tradisi dan ritual.

Dok. Mahapurwa
Dok. Mahapurwa

Sehari sebelum Galungan, suasana Banjar Purwa sudah terasa meriah. Sekaa Truna Truni Purwa Sabha Santika bersama-sama memasang umbul-umbul di sepanjang jalan desa, sebagai tanda dimulainya hari besar yang penuh makna ini. Umbul-umbul yang berwarna-warni tidak hanya memperindah desa, tetapi juga melambangkan semangat umat Hindu dalam menyambut hari kemenangan ini. Di sepanjang jalan, penjor-penjor tinggi berdiri tegak, melambangkan keselarasan antara alam semesta, manusia, dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

"Satya eva jayate nnta"
Kebenaranlah yang menang, bukan yang tidak benar
(Rigveda 10.133.6)

Kutipan suci ini menjadi pengingat mendalam bagi umat Hindu bahwa dalam segala aspek kehidupan, kebenaran selalu menang pada akhirnya. Pemasangan umbul-umbul dan penjor tidak hanya sekadar simbol keindahan, tetapi merupakan refleksi atas upaya menjaga Dharma dan merayakan kemenangan atas segala bentuk kejahatan.

Pada hari Galungan, suasana di Banjar Purwa semakin hidup. Sejak pagi hari, masyarakat mengenakan pakaian adat terbaik dan berbondong-bondong menuju pura desa untuk sembahyang bersama. Diiringi suara gamelan yang lembut, doa-doa penuh syukur dipanjatkan, serta persembahan berupa banten dihaturkan kepada para leluhur dan Ida Sang Hyang Widhi.

"Yaja vai vivasya bhuvanasya nbhi"
Yaja (persembahan) adalah pusat dari semua yang ada di alam semesta
(Atharvaveda 9.15.14)

Banten yang dihaturkan oleh warga Banjar Purwa adalah wujud persembahan tulus kepada alam semesta dan Tuhan Yang Maha Esa. Melalui yaja, mereka meyakini bahwa keseimbangan kehidupan akan tetap terjaga, serta rejeki dan keselamatan akan terus mengalir. Ritual ini tidak hanya berfokus pada aspek spiritual, tetapi juga sebagai cara memperkuat hubungan antara manusia dan alam, serta mengingatkan akan pentingnya rasa syukur.

Selain kegiatan keagamaan, kebersamaan sanak saudara menjadi elemen penting dalam perayaan Galungan di Banjar Purwa. Setelah sembahyang di pura, masyarakat kembali ke rumah masing-masing untuk berkumpul bersama keluarga besar. Momen ini menjadi saat yang dinanti-nanti, di mana sanak saudara yang mungkin jarang bertemu akhirnya bisa berkumpul kembali.

Dok. Andy Wirasatya
Dok. Andy Wirasatya

Di setiap rumah, keramaian tak hanya diisi dengan santap hidangan khas Galungan seperti lawar, babi guling, dan sate lilit, tetapi juga dengan momen minum bersama. Minuman tradisional arak Bali, yang biasanya dibuat secara lokal, menjadi bagian tak terpisahkan dari kebersamaan ini. Tak hanya minum, beberapa keluarga juga meramaikan suasana dengan karaoke. Lagu-lagu tradisional Bali hingga lagu-lagu populer mengiringi tawa dan kegembiraan, memperkuat hubungan persaudaraan dan kebersamaan.


"Dharma rakati rakita"
Dharma melindungi mereka yang menjaganya
(Manusmriti 8.15)

Kutipan ini menggambarkan keyakinan masyarakat Banjar Purwa bahwa dengan menjaga Dharma, mereka juga akan dilindungi oleh kekuatan yang lebih tinggi. Bukan hanya melalui ritual dan doa, tetapi juga lewat kebersamaan, Galungan dirayakan sebagai waktu untuk memperkuat komitmen menjaga kebenaran, kedamaian, dan kesejahteraan dalam keluarga dan masyarakat.

Menjelang malam, Banjar Purwa semakin semarak dengan suara tawa, nyanyian, dan canda dari keluarga yang berkumpul. Momen ini mengingatkan kita bahwa Galungan tidak hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga waktu yang penting untuk menyambung tali silaturahmi, mempererat hubungan keluarga, serta merayakan kehidupan dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan.

Semarak Hari Raya Galungan di Banjar Purwa adalah gambaran nyata tentang bagaimana spiritualitas, tradisi, dan kebersamaan berpadu dalam harmoni. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, Galungan mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati ada dalam keseimbangan antara menjaga hubungan dengan Tuhan, keluarga, dan diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun