Mohon tunggu...
Pandu Lanang Turonggo Jati
Pandu Lanang Turonggo Jati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Renewable Energy Enthusiast

Electrical Engineering Student

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perkuat Kelistrikan di Bali dengan Menggunakan PLTS Hybrid di Nusa Penida dalam Menyukseskan Pelaksanaan KTT G20 di Indonesia

21 Februari 2022   00:55 Diperbarui: 21 Februari 2022   01:11 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam menyambut KTT G20 yang akan dilaksanakan di Indonesia, maka PT PLN (pesero) menyiapkan penyediaan listrik dan memastikan keandalan dari sistem kelistrikan pada rangkaian acara KTT G20 di Bali nanti. G20 merupakan sebuah Kerjasama multilateral yang beranggotakan 19 negara dan satu kawasan Uni Eropa. Forum ini dibentuk dengan tujuan untuk mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Sehingga dibutuhkan persiapan yang sangat matang dalam menyambut KTT G20 yang akan dilaksanakan kurang lebih selama setahun dan salah satunya di Provinsi Bali.

Pada G20 kali ini, PLN menyiapkan beberapa proyek Pembangkit Listrik untuk memperkuat kelistrikan yang ada di Provinsi Bali. Salah satu proyek yang sedang dijalankan adalah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybrid yang ada di Nusa Penida. Penambahan pembangkit ini bakal meningkatkan keandalan pasokan listrik Bali demi menyukseskan pelaksanaan KTT G20. Ini juga menjadi salah satu showcase yang akan diperlihatkan kepada dunia melalui KTT G20 untuk menunjukkan bahwa PLN siap mengawal transisi energi Indonesia menuju era energi baru dan terbarukan (EBT) dan menuju Net Zero Emission pada tahun 2060.

Terdapat 20 negara yang akan mengikuti acara KTT G20, sehingga negara-negara anggota G20 menyumbang sekitar 77% dari permintaan energi global. Lalu, sekitar 81% emisi karbon berasal dari sektor energi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan, transisi energi menjadi sentral dalam mencapai agenda Sustainable Development Goal. Sehingga transisi energi menjadi Langkah krusial yang ditempuh dunia internasional dalam mengurangi emisi karbon sehingga menciptakan sistem energi yang berkelanjutan dan lebih bersih.

PLN sedang melakukan percepatan transisi energi di Indonesia, salah satunya dengan melakukan pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang ada di Nusa Penida, Bali. Direktur Utama PLN Darmawan Pasodjo mengatakan, kesuksesan penyelenggaraan G20 Indonesia akan menjadi bukti keandalan listrik PLN dalam mendukung kegiatan berstandar dunia. Oleh karena itu, PLN harus melakukan persiapan yang sangat matang, terutama dari sisi pembangkit hingga transmisi, sampai ke venue acara.

Pada saat ini, total daya mampu kelistrikan Bali sebesar 1322 megawatt (MW). Dengan perkiraan beban puncak saat KTT G20 sebesar 970 MW, maka listrik Bali masih memiliki cadangan energi listrik sebesar 241,1 MW atau 25,9%. PLTS Hybrid Nusa Penida akan dibangun di atas lahan seluas 4,5 hektare (ha) milik PT Indonesia Power (IP) di Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Dengan adanya PLTS Hybrid ini nantinya akan turun menurunkan emisi karbon sebesar 3.200 ton CO2 per tahun.

Proyek berkapasitas 3,5 WM ini direncanakan beroperasi komersial pada Oktober tahun 2022. Darmawan Prasodjo menjelaskan, pembangkit ini masuk ke dalam program PLN untuk mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam rangka memenuhi kebutuhan pasokan tenaga listrik dan mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM). Darmawan juga mengapresiasi dukungan dan kerja sama yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bali sehingga proses pembangunan pembangkit ini dapat terealisasi.

Dalam 1 dekade terakhir, penambahan kapasitas PLT EBT secara global makin dominan daripada penambahan pembangkit fosil. Ini merupakan suatu bentuk gerakan dunia dalam menuju transisi energi secara global. Berdasarkan data dari IRENA Renewable Power Generation Cost in 2020, biaya pembangunan PLT EBT juga mengalami penurunan yang cukup signifikan secara global selama 10 tahun terakhir. Biaya operasi PLT EBT baru terutama PLTS dan PLTB (termasuk biaya integrasi) lebih murah dan dapat bersaing dengan PLTU Batubara skala 800MW existing. 

Tidak hanya berbicara mengenai pembangkitnya saja, tetapi disini juga berbicara mengenai penyimpanan energi yang berasal dari panel surya tersebut. Panel surya menyimpan energi yang dihasilkan dengan menggunakan baterai. Berbicara mengenai baterai, pada saat ini baterai masih dianggap mahal dari sekian banyak orang. Tetapi, jika kita melihat tren harga baterai lithium selalu turun hingga mencapai 87% dalam 3 tahun terakhir. Pada awal tahun 1990-an, kapasitas yang diperlukan untuk keperluan satu rumah per hari membutuhkan biaya mencapai USD 75.000 dengan berat baterai mencapai 113 kg. Tetapi pada saat ini, untuk kapasitas yang sama hanya membutuhkan biaya kurang dari USD 2.000 dan berat baterai sekitar 40kg.

Sehingga Pembangkit Listrik Tenaga Surya pada saat ini dianggap teknologi pembangkit EBT yang sangat layak untuk dikembangkan di Indonesia. Dengan melihat potensi energi surya yang ada di Indonesia, membuat Pembangkit Listrik ini menjadi lebih dilirik oleh banyak investor di dunia untuk membangun pembangkit ini di Indonesia. Semoga dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybrid yang ada di Nusa Penida, membuat Indonesia dilirik oleh dunia dan membuka peluang untuk Indonesia mendapatkan bantuan dana dari investor yang berasal dari negara lain dalam acara KTT G20 nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun