Mohon tunggu...
Pandu Heru Satrio
Pandu Heru Satrio Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Student of Tenth Nopember Institute of Technology/Naval Arch

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dimana Dia?

2 April 2014   08:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ya Rabb, ini sudah larut. Namun, kupaksakan diri yang lemah ini untuk sekedar menyempatkan waktu bersama-Mu. Sangat lama rasanya aku tidak bercerita kepada-Mu. Lama rasanya jari ini tidak mengadu kepada-Mu. Malam ini, aku kembali bersemangat untuk menyegerakan setengah agama-Mu ya Rabb.

Terlihat bodoh memang, banyak sekali orang yang selalu bertanya akan keseriusan ku ini. aku juga heran, apakah ini hanya nafsu belaka, atau niat dan tekad yang datang dari lubuk hati. Aku tidak ingin terus berada dalam jalan maksiat lantaran tidak bisa menahan hawa nafsu yang begitu membelenggu. Tidak, sudah begitu banyak dosa yang selama ini ku lakukan. Namun, apa daya bagi ku, jangankan untuk mencari pasangan hidup dan memberi nafkah kepadanya, saat ini saja aku masih bergantung kepada beasiswa ku.

Ah, apa ini hanya nafsu belaka saja?

Ku bicara pada udara, yang tak pernah pahami rasa, rindu setengah mati mendera hati. Ku bicara pada bulan purnama, yang tak pernah selalu ada, seperti dirimu, yang jauh dari ku.

Aku takut, engkau hanya angan-angan ku saja, aku takut ketidakmampuan ku menjaga ini, membuat ku semakin jauh dari mu. Aku tahu, untuk mendapatkankan mu suatu saat nanti, aku hanya perlu menjaga diri dan memperbaiki diri. Aku tahu, untuk memiliki mu, aku hanya perlu berpuasa dari semua godaan dunia yuang fana ini. tapi, jangan biarkan aku terus merana dalam siksa yang menggoda. Jangan biarkan cinta ini terus terkikis akibat melabuhkan disembarang tempat. Aku tidak ada maksud, hanya ingin membuat hati ku tenang.

Aku tahu, aku hanya perlu menjaga dari hal itu.

Aku tahu hal itu.

Aku hanya ingin segera bersama tulang rusuk ku, pendamping yang setia dan selalu ada kapanpun waktunya. Aku ingin itu. Aku ingin itu. Entahlah, semoga Allah selalu menjaga hati yang lemah ini dari godaan syaithan yang terkutuk, yang selalu berusaha menjauhkan ku dari mu.

Bidadari ku, dimanapun engkau sekarang, saksikanlah, pagi ini, aku sedang merana mencari dirimu, aku merindukan mu, aku tak bisa menunggu lama lagi, aku ingin membagikan kisah hidup ku bersama mu. Ya, di pagi ini, rembulan dan bintang sedang tertawa atas kesedihan ku. Biarlah, yang aku yakin, di luar sana, engkau juga sedang menunggu ku, mungkin malam ini, Allah membangunkan hati mu, untuk sekedar mendoakan aku, agar kita bisa bertemu sesegera mungkin dalam naungan yang sangat indah. Pelaminan.

Bidadari ku, sudikah engkau untuk menunggu ku, sudikah engkau untuk mencintai ku setelah engkau tahu siapa diri ku sebenarnya. Bidadari ku, biarlah Allah yang menyatukan gambar kita dalam bingkai yang apa adanya. ketika hasrat sungguh adalah doa, semua cinta akan segera terbuktikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun