Mohon tunggu...
Pandu Heru Satrio
Pandu Heru Satrio Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Student of Tenth Nopember Institute of Technology/Naval Arch

Selanjutnya

Tutup

Politik

Janji Politik Vs Kejayaan Maritim

28 Desember 2014   16:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:19 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baru sekarang saya merasa bangga menjadi mahasiswa Fakultas Teknologi Kelautan. Indonesia sudah 69 tahun, iya saya baru sekarang bangga dengan identitas ini. terlepas semua pekerjaan yang ada di atas laut terbilang gengsi, namun menjadi ‘kuli’ di atas air asin bukanlah sebuah strata tertinggi. Bahkan sampai saat ini, dibelahan dunia manapun dunia kelautan bukanlah prioritas utama (kecuali ‘mereka’ yang mau menanggung risiko).

13 Desember lalu resmi sudah peringatan hari bersejarah maritim bagi bangsa yang pernah mempunyai kedigdayaan di dunia maritimnya. Sayangnya kebesaran sejarah dan pengabdian Pak Djuanda tak sebanding dengan realita yang ada saat ini. Coba saja kita ketikkan “Peringatan Deklarasi Djuanda”pada laman mesin pencari internet, niscaya sedikit sekali berita yang menghiasi laman tersebut.

Tidak asik kalau tulisan ini hanya opini semata. FYI, Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia mencapai 6.25 juta ton per tahun, terdiri dari potensi di perairan wilayah Indonesia sekitar 4.5 juta ton per tahun dan perariran Zona Ekonomi Esklusif sekitar 1.85 juta ton per tahun, demersial 1.8 juta ton, udang 0.07 juta ton, cumi-cumi 0.03 juta ton dan ikan karang 0.07 juta ton. Well, mudahnya keseluruhannya mencapai 82 milyar dollar AS pertahun (Departemen Kelautan dan Perikanan R.I, Jakarta).

Indonesia memiliki banyak keunggulan dalam dunia kelautannya, berikut adalah beberapa alasan yang saya dapat ketika kita mengoptimalisasikan potensi kelautan dan pesisir. Pertama, Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya pesisir pantai dan kelautan, hal ini bisa kita dapatkan dari diversitas dan kuantitas yang ada. Ke dua, Indonesia memiliki daya saing yang tinggi dalam sektor pembangunan pesisir pantai dan kelautan. Kita bisa mengetahuinya secara geostrategis dengan dikelilinginya kita oleh banyak negara mitra dagang yang potensial; Secara geopolitik, lihatlah pengalaman kita di luar negeri. Bergabungnya Indonesia dalam OPEC,MDG (Millinium Development Goals), PBB, serta masih banyak lagi. Ditambah kondisi politik internal Indonesia yang bisa dibilang cukup stabil, tidakkah ini sebuah anugerah yang terindah?

Ke tiga, Industri di sektor pesisir pantai dan kelautan  memiliki dampak mata rantai keterkaitan (backward and forward linkage) yang erat dengan industri lain. Ke empat, Sumberdaya kelautan dan Perikanan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources). Ke lima, investasi di sektor kelautan dan perikanan memiliki efisiensi dan daya tenaga kerja yang sangat besar. dan ke enam, pada umumnya industri perikanan dan kelautan adalah industri berbasis sumberdaya lokal dengan input Rupiah dan output Dollar.

Dari beberapa alasan di atas, kenapa masih saja menyepelekan kelautan dan memfokuskan pembangunan hanya pada daratan (landward oriented development) padahal seharusnya pembangunan di tanah air diarahkan secara serentakserempaksimultan dan proporsional antara daratan dan lautan (landward and seaward oriented development)(Adisasmita, 2013)

2015 adalah titik balik semuanya! Jika kita ingat janji politik pemerintah yang sedang menjabat, maka seharusnya kita bergerak bersama untuk mengawal realisasinya. Poros MaritimMengembalikan kedaulatan Maritim Indonesia! Ke semuanya tidak akan bisa terrealisasi dengan baik kalau pembangunan ekonomi kelautan bukanlah prioritas utama.

Kita harus bisa mengartikan pembangunan ekonomi kelautan dengan bijak.  Kalau tahun 1998, kontribusi sektor kelautan mencapai 20.08 persen. Hal tersebut masih sangat jauh dibanding negara-negara yang lautnya lebih kecil dibanding Indonesia, Cina dengan laut yang kurang dari setengah Indonesia mampu berkontribusi 48.40 persen, Korea Selatan 37 persen, dan Jepang 54 persen (Kusumastanto, 2007). Harus ada sebuah usaha untuk meningkatkan ekonomi kelautan. Agar tercipta sebuah lonjakan kapasitas produksi PDB secara nasional dan PDRB secara daerah.

Lagi-lagi, hal tersebut tidak akan berjalan dengan baik apabila penguasa negeri ini tidak ‘memainkan’ perannya dengan baik. Untuk mengembangkan pembangunan ekonomi kelautan diperlukan dukungan tersedianya kebijakan pembangunan kelautan yang terpadu dan komprehensif. Mengingat sektor kelautan adalah sektor yang sangat komprehensif cakupannya, meliputi berbagai sektor. (Sektor Perikanan,Kelautan, Transportasi, Perdagangan, Industri, Keuangan dan Perbankan serta lainnya).

Kebijakan pembangunan kelautan yang diterapkan harus memiliki; 1) Sasaran dan tujuan yang jelas dan terukur, apa yang dicapai dan indikator apa yang digunakan. 2) Instrumen untuk melaksanakannya reliability,acceptability dan implementability. 3) kebijakannya harus bersifat adil, efektif, efisien sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kelautan yang tinggi. 4) Harapannya dapat memperkuat kemandirian masyarakat lokal yang berwawasan masa depan.

Sebagai penutup saya ingin mengajak rekan-rekan pembaca untuk sejenak mendegarkan curahan hati salah seorang Demisioner Presiden BEM salah satu kampus ternama. Ia mengatakan, jika (saya) memegang amanah sebagai Presiden BEM, rasanya Istana Negara sangat dekat untuk digapai, Menteri bukan masalah sulit untuk diajak bicara. Namun sekarang, saya (Demisioner Presiden BEM) bukanlah apa-apa lagi. Rekan-rekan, saya mengajak kalian semua yang masih memiliki jiwa ksatria agent of changeuntuk ikut mengawal janji-janji manis bapak-ibu politisi. Kalau mereka ingin membawa negeri ini menjadi lebih baik, mari kita dukung, mari kita jaga niat tulus dan sucinya. Jangan sampai mereka terlena dengan keadaan dan sistem yang membunuh idealismenya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun