Mohon tunggu...
Pandu Wibowo
Pandu Wibowo Mohon Tunggu... -

Peneliti Center for Information and Develpoment Studies Indonesia | Tenaga Ahli Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas | Candidate Magister of Planing and Public Policy in University of Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bukan Menunda, tapi Tak Tergesa

28 Februari 2016   13:37 Diperbarui: 28 Februari 2016   13:55 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pandu Wibowo"][/caption]

Oleh

PANDU WIBOWO

Pernikahan adalah sebuah peristiwa yang amat disunnahkan oleh Rasulullah SAW. Karena di dalamnya terdapat kebaikan yang terususun belapis-lapis serta kebahagiaan yang tersusun bertumpuk-tumpuk. Oleh karena itu, banyak kebaikan yang diperoleh ketika kita berani menyapa cinta, dan memfinalisasinya dengan ikatan suci pernikahan. Namun, untuk menuju kesana, diperlukan ilmu yang cukup, baik ilmu sabar dan juga ikhlas. Sabar dalam menyatakan cinta, serta ikhlas akan hasil akhirnya. Maka tak menunda, dan tak tergesa adalah hal yang bijak menuju pernikahan.

Ketika kita telah memiliki ilmu dan telah siap mengejawantahkan cinta, maka janganlah menunda untuk menikahi wanita yang kita cinta. Namun, ketika kita belum siap dalam mengejawantahkan cinta, maka janganlah tergesa, karena kesabaran adalah buah dari kebahagiaan di akhir sebuah penantian. Memiliki modal cukup (ilmu dan materi) bukan berarti kita harus menunda ataupun tergesa untuk menikah. Karena kita perlu sertakan ilmu dalam memilih pasangan yang menemani dakwah kita. Sang guru tauladan dalam mengukir cinta, Rasulullah SAW mengajari kita istikharah dalam setiap urusan.

“Allahumma inni astakhiiruka bi’ilmika wa astaqdiruka bi qudratika wa as’aluka min fadhlikal ‘azhiim, fainnaka taqdiru wa laa aqdiru wa ta’lamu wa laa a’lamu wa anta ‘allamul ghuyyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna haadzal amra khairul lii fii diinii wa mas’aasyii wa’aaqibati amrii faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amra syarrul lii fii diinii wa ma’aasyii wa’aaqiyati amrii, fashrifhu ‘anniy washrifnii’anhu waqdurliyal khaira haitsu kaana tsumma ardhinii”.

Ya Allah, aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan memohon ketetapan dengan kekuasaan-Mu yang agung. Karena Engkau maha mampu, sedang aku tak mampu; Engkau maha mengetahui, sedang aku tak tahu. Engkaulah yang maha mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, bagi agamaku, kehidupanku, dan kesudahan urusan ini atau beliau bersabda: di waktu dekat atau di masa nanti, maka takdirkanlah buatku dan mudahkanlah untukku kemudian berikanlah berkah padanya. Namun sebaliknya, ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku, bagi agamaku, kehidupanku, dan kesudahan urusanku ini atau beliau bersabda: di waktu dekat atau di masa nanti,  maka jauhkanlah urusan dariku dan jauhkanlah aku darinya. Dan tetapkanlah buatku urusan yang baik saja di mana pun adanya, kemudian jadikanlah aku ridha dengan ketetapan-Mu itu. Beliau bersabda: “Dia sebutkan urusan yang sedang diminta pilihannya itu (HR. Bukhari).

Betapa indahnya doa istkharah ini. Di dalamnya terdapat pembelajaran dan penghayatan tentang tauhid, adab, dan juga tawakal. Inilah kita para hamba yang lemah, itulah Dia Rabb kita yang maha sempurna.

Begitu indahnya kisah penantian seorang akhwat shalehah, Yakni Fatimah Az Zahara. Banyak yang menyukainya, dan banyak juga yang ingin menikahinya. Tak terkecuali pria shaleh yang terasa surga dekat jika berdekat dengannya dan juga tentunya gagah nan rupawan di kesehariannya. Merekalah Abu Bakar as Siddiq dan juga Umar bin Khatab. Abu Bakar dan Umar datang ke Rasulullah berniat untuk menikahi putri terbaiknya. Namun inilah Fatimah. Ia menunjukan kualitas ilmunya dalam penantian kebahagiaan. Ia tak menerima lamaran dari Abu Bakar dan Umar bukan karena Ia menunda untuk menikah dan juga bukan karena mereka tak layak menjadi seorang imam, melainkan Fatimah tak mau tergesa, karena Ia sudah punya nama imam lain yang menurutnya lebih baik untuknya. Ia menolak, karena Ia sudah mengharap kepada Pemilik Hati seorang Ali. Inilah integrasi romantis antara doa dan ikhtiar. Jodoh kita memang sudah ada di lauhul mahfudz. Namun berusaha menyamakan nama yang kita targetkan dan takdir yang sudah disahkan, boleh-boleh saja. Tak ada masalah, karena doa dan ikhtiar adalah instrumen menuju kebahagiaan yang ingin kita dapatkan. Ali lah, seorang pria sederhana dan shaleh yang memenangkan hati Fatimah, lalu dipilih menjadi imam bagi institusi terkecilnya di rumah tangga. Bukan menunda, tapi tak mau tergesa. Inilah yang dilakukan oleh seorang Fatimah. Ia terasa sudah siap di usianya waktu itu, namun Ia memilih bersabar dan tak tergesa untuk mendapatkan cinta Ali bin Abi Thalib ra.

Bukan takut ataupun tak berani. Karena seorang pria dan wanita sejati adalah mereka yang tak tergesa dalam melabuhkan cintanya. Tak tergesa dan tak berani adalah dua hal yang berbeda. Tak tergesa didasarkan karena keimanan untuk memilih dan mengambil sikap, namun tak berani adalah gangguan syaitan sehingga kita ragu untuk memilih dan mengambil sikap. Bukan menunda, tapi tak tergesa adalah sikap yang kita harus miliki dalam memilih mana yang terhebat dihadapan-Nya, mana yang teromantis menurut-Nya, mana waktu yang tepat untuk melabuhkan cinta-Nya, dan mana yang paling mendekatkan kita dengan Surga-Nya. Maka yang terpenting adalah target dan kerangka waktu yang harus kita miliki kapan kita melabuhkan cinta kepada pasangan yang kita cinta. Jadi, orang yang sekiranya terlihat sudah siap akan segalanya dalam menikah, namun belum menikah, bukan berarti Ia menunda, melainkan Ia tak mau tergesa.

Inilah yang kita sebut dengan integrasi doa dan ikhtiar dalam menciptakan keagungan cinta. Mereka yang menunggu, juga bagian dari doa dan ikhtiar. Mereka yang berjuang mendapatkan restu, juga bagian dari doa dan ikhtiar. Mereka yang berjuang mempersipakan segalanya demi membangun istana nan bagus untuk keluarganya juga bagian dari doa dan ikhtiar. Maka milikilah target kapan kita menyempurnakan agama dengan memparipurnakan cinta kepada pasangan kita. Karena dakwah ini terasa indah, ketika ada pasangan yang berdiri, duduk, dan tidur disamping kita untuk senantiasa menemani kita. Jika kita ingin mendapatkan yang bagus agamanya, cantik akhlaknya, lembut tutur katanya, dan terasa surga dekat apabila bercanda dengannya, maka pantaskanlah diri dalam fase tak tergesa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun