Mohon tunggu...
Pandu Wibowo
Pandu Wibowo Mohon Tunggu... -

Peneliti Center for Information and Develpoment Studies Indonesia | Tenaga Ahli Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas | Candidate Magister of Planing and Public Policy in University of Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konflik Antar Etnis: Penyebab dan Solusi

28 Juni 2014   16:49 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 35041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14039240921709293098

Untuk membangun kebersamaan  yang setara, bersaudara  dan  merdeka mengembangkkan fungsi, profesi dan posisi, maka dalam hubungan dengan sesama dalam suatu masyarakat ada baiknya kami sampaikan pandangan Swami Satya Narayana sbb: “Agar hubungan sesama manusia menjadi harmonis, seriuslah melihat kelebihan pihak lain dan remehkan kekuarangannya. Seriuslah melihat kekurangan diri sendiri dan remehkan kelebiihan diri”. Dengan  demikian semua pihak akan mendapatkan  manfaat dari hubungan sosial tersebut. Di samping mendapatkan sahabat yang semakin erat, juga mendapatkan  tambahan pengalaman positif dari sesama dalam pergaulan sosial. Dengan melihat kelebiihan sesama maka akan semakin  tumbuh rasa persahabatan yang semakin kekal. Kalau kita lihat kekurangannya maka kita akan terus merasa jauh  dengan  sesama dalam hubungan sosial  tersebut.

Bab III

Kesimpulan

Beragamnya suku, agama, ras, dan golongan membuat Indonesia sebagai bangsa yang rawan konflik. Dari ujung timur sampai ujung barat bangsa ini sering kali terdengar jerit tangis bahkan tetesan darah menyelimuti Tanah Air. Kalau konflik etnis itu terjadi terus terusan dalam sebuah Negara, maka Negara tersebut dapat dikatakan tidak bisa menciptakan ketentraman dan keamanan dalam negerinya. Maka dari itu masalah konflik etnis perlu diselesaikan secara cepat oleh pemerintah. Karena selain Negara yang mengalami kerugian, masyarakat sekitar daerah konflik tersebut pun akan mengalami kerugian pula.

Faktor faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik etnis seperti, kepentingan yang sama diantara beberapa pihak, perebutan sumber daya, sumber daya yang terbatas, kategori atau identitas yang berbeda, prasangka atau diskriminasi harus diselesaikan secara demokratik. Cara cara seperti rekonsialisasi dan mediasi harus dikedepankan. Penyelesaian konflik tanpa kekerasan inilah yang harus dilakukan, agar tidak jatuh banyak korban.

Kalau masalah konflik antar etnis telah bisa diselesaikan dengan baik, Negara dan masyarakatnya akan hidup tenang, tentram, dan aman. Saling menganggap bahwa satu sama lain yang ada didalam Negara adalah saudara akan membuat

Daftar Pustaka

Azra, Azyumardi, Konflik Baru Antar Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluaritas. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002.

Faturochman, Konflik: Ketidak-adilan dan Identitas. Yogyakarta : PPSK UGM, 2003.

Hidayat, Nurul (Mahasiswa Sosiologi UIN Jakarta), Konflik Antar Etnis di Indonesia, di post pada 13 April 2011 dari http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/13/menyelami-konflik-etnis-di-indonesia-355405.html

Liliweri, Alo, Sosiologi Organisasi. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.

Paul, Doyle, Teori Sosial; Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia, 1986.

Sukamd, Abdul Haris i dan Patrick Browslee, Migrasi Buruh di Indonesia, Politik dan Praktis. Yogyakarta: Population Studies Centre Gadjah Mada University, 2000.

Winardi, Manajemen Konflik; Konflik Perubahan dan Pengembangan. Bandung: Mandar Maju, 1994.

Wirawan, Konflik dan Menejemen Konflik, Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Humatika, 2010.

[1] Azyumardi Arza, Konflik Baru Antar Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluaritas (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), h. 16.

[2] Winardi, Manajemen Konflik; Konflik Perubahan dan Pengembangan (Bandung: Mandar Maju, 1994), h. 22.

[3] Ibid

[4] Ibid

[5] Alo Liliweri, Sosiologi Organisasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), h. 112.

[6] Doyle Paul, Teori Sosial; Klasik dan Modern (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h. 231.

[7] Abdul Haris Sukamdi dan Patrick Browslee, Migrasi Buruh di Indonesia, Politik dan Praktis (Yogyakarta: Population Studies Centre Gadjah Mada University, 2000), h. 125.

[8] Faturochman, Konflik: Ketidak-adilan dan Identitas (Yogyakarta : PPSK UGM, 2003), h. 56.

[9] Abdul Haris Sukamdi dan Patrick Browslee, Migrasi Buruh di Indonesia, Politik dan Praktis, h. 131

[10] Ibid, 135

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun