Untuk membangun kebersamaan yang setara, bersaudara dan merdeka mengembangkkan fungsi, profesi dan posisi, maka dalam hubungan dengan sesama dalam suatu masyarakat ada baiknya kami sampaikan pandangan Swami Satya Narayana sbb: “Agar hubungan sesama manusia menjadi harmonis, seriuslah melihat kelebihan pihak lain dan remehkan kekuarangannya. Seriuslah melihat kekurangan diri sendiri dan remehkan kelebiihan diri”. Dengan demikian semua pihak akan mendapatkan manfaat dari hubungan sosial tersebut. Di samping mendapatkan sahabat yang semakin erat, juga mendapatkan tambahan pengalaman positif dari sesama dalam pergaulan sosial. Dengan melihat kelebiihan sesama maka akan semakin tumbuh rasa persahabatan yang semakin kekal. Kalau kita lihat kekurangannya maka kita akan terus merasa jauh dengan sesama dalam hubungan sosial tersebut.
Bab III
Kesimpulan
Beragamnya suku, agama, ras, dan golongan membuat Indonesia sebagai bangsa yang rawan konflik. Dari ujung timur sampai ujung barat bangsa ini sering kali terdengar jerit tangis bahkan tetesan darah menyelimuti Tanah Air. Kalau konflik etnis itu terjadi terus terusan dalam sebuah Negara, maka Negara tersebut dapat dikatakan tidak bisa menciptakan ketentraman dan keamanan dalam negerinya. Maka dari itu masalah konflik etnis perlu diselesaikan secara cepat oleh pemerintah. Karena selain Negara yang mengalami kerugian, masyarakat sekitar daerah konflik tersebut pun akan mengalami kerugian pula.
Faktor faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik etnis seperti, kepentingan yang sama diantara beberapa pihak, perebutan sumber daya, sumber daya yang terbatas, kategori atau identitas yang berbeda, prasangka atau diskriminasi harus diselesaikan secara demokratik. Cara cara seperti rekonsialisasi dan mediasi harus dikedepankan. Penyelesaian konflik tanpa kekerasan inilah yang harus dilakukan, agar tidak jatuh banyak korban.
Kalau masalah konflik antar etnis telah bisa diselesaikan dengan baik, Negara dan masyarakatnya akan hidup tenang, tentram, dan aman. Saling menganggap bahwa satu sama lain yang ada didalam Negara adalah saudara akan membuat
Daftar Pustaka
Azra, Azyumardi, Konflik Baru Antar Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluaritas. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002.
Faturochman, Konflik: Ketidak-adilan dan Identitas. Yogyakarta : PPSK UGM, 2003.
Hidayat, Nurul (Mahasiswa Sosiologi UIN Jakarta), Konflik Antar Etnis di Indonesia, di post pada 13 April 2011 dari http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/13/menyelami-konflik-etnis-di-indonesia-355405.html
Liliweri, Alo, Sosiologi Organisasi. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.
Paul, Doyle, Teori Sosial; Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia, 1986.
Sukamd, Abdul Haris i dan Patrick Browslee, Migrasi Buruh di Indonesia, Politik dan Praktis. Yogyakarta: Population Studies Centre Gadjah Mada University, 2000.
Winardi, Manajemen Konflik; Konflik Perubahan dan Pengembangan. Bandung: Mandar Maju, 1994.
Wirawan, Konflik dan Menejemen Konflik, Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Humatika, 2010.
[1] Azyumardi Arza, Konflik Baru Antar Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluaritas (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), h. 16.
[2] Winardi, Manajemen Konflik; Konflik Perubahan dan Pengembangan (Bandung: Mandar Maju, 1994), h. 22.
[3] Ibid
[4] Ibid
[5] Alo Liliweri, Sosiologi Organisasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), h. 112.
[6] Doyle Paul, Teori Sosial; Klasik dan Modern (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h. 231.
[7] Abdul Haris Sukamdi dan Patrick Browslee, Migrasi Buruh di Indonesia, Politik dan Praktis (Yogyakarta: Population Studies Centre Gadjah Mada University, 2000), h. 125.
[8] Faturochman, Konflik: Ketidak-adilan dan Identitas (Yogyakarta : PPSK UGM, 2003), h. 56.
[9] Abdul Haris Sukamdi dan Patrick Browslee, Migrasi Buruh di Indonesia, Politik dan Praktis, h. 131
[10] Ibid, 135