Mohon tunggu...
Pandu Krisnamurti
Pandu Krisnamurti Mohon Tunggu... -

You can call me Pandu or Krisna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia yang Hilang

20 November 2014   04:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:21 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia Yang Hilang

Hai,nama ku Pandu. Setelah aku menjadi anak SMA dan  memasuki sekolah bertaraf internasional di daerah sukabumi,bogor aku merasakan banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diriku.  Entah itu baik maupun buruk,ya.Tentu saja sebagai anak asrama yang bersekolah di sekolah internasional dan sekolah nya mempunyai misi menjadikan muridnya sebagai Future leader dan juga banyak harapan dari orang tua saya,agar saya menjadi  seseorang yang lebih baik lagi. Saya pun juga berharap,agar saya memasuki sekolah ini mendapatkan ilmu yang positif dan yang negatif  pun berkurang.

Tetapi tidak bisa dipungkiri lagi,bahwa ada sifat-sifat negatif yang saya dapatkan di sini. Sifat negatif yang satu ini,menurut saya parah. Karena sisi negatif yang satu ini  mempengaruhi diri saya dan merubah diri saya,yang lebih parahnya lagi sifat ini menghilangkan sebagian diri saya yang baik tetapi sebenarnya sebagian diri saya yang positif sudah cukup lama hilang.

Baiklah,saya akan mulai memberi tahu kapan diri saya,yang baik itu muncul di kehidupan saya, jadi pada saat saya kelas 1 dan 2 sd saya bersekolah di Jakarta selatan. Padahal rumah saya di Jakarta timur, waktu kecil orang tua saya dua-duanya bekerja ,jadi sehabis pulang sekolah saya di titpkan di rumah nenek dan kakek yang berada di Jakarta selatan. Malam hari nya saya di jemput oleh orang tua saya untuk pulang ke rumah,tetapi menurut orang tua saya cara seperti itu tidak efektif .Karena orang tua saya kelelahan jika harus bolak balik dari Jakarta timur ke Jakarta selatan,dan juga sekolah yang saya tempati tidak terlalu bagus. Orang tua saya pun,memutuskan untuk memasukan saya ke sekolah dekat rumah.

Jujur saja,saya agak frustasi karena di masukan ke sekolah yang berbeda karena sekolah ini lebih bagus dari sekolah saya yang dulu dan. Saya pun harus beradaptasi lagi dengan lingkungannya,dengan teman-teman yang baru dan guru nya pun lebih galak,parahnya lagi dirumah saya cuma ada asisten rumah tangga saya dan kakak saya. Padahal dirumah kakek dan nenek,saya bisa bermain dengan mereka dan saudara-saudara saya yang tinggal di sana. Akhirnya saya pun mengalami depresi berkepanjangan,semenjak kelas 3 dan 4 nilai saya sangat turun. Dari nilai 8 dan 9 yang biasanya saya dapatkan,di sekolah yang baru,saya mendapatkan nilai 1,2 dan 3. Kalau kata ibu saya seperti tentara berjalan.

Karena depresi yang berkepanjangan saya pun mulai menjadi anak nakal,dan mulai malas belajar. Mungkin teman-teman nakal saya melihat saya senang dengan keadaan seperti ini tidak peduli tentang nilai,tetapi setiap hari cuma bermain dan bersenang-senang saja. Tetapi sebenarnya saya menjadi nakal itu adalah pelampiasan rasa depresi saya,saya pun sangat tidak nyaman dengan keadaan seperti ini. Di kelas 3 dan 4 sd pun saya dinobatkan sebagai anak nakal dan calon tidak naik kelas,saya pun akhirnya tambah depresi. Apalagi orang tua saya pun marah-marah kepada saya,tanpa tahu  sebabnya mengapa saya berubah menjadi seperti ini.

Tetapi saya tidak hanya diam saja,saya pun mulai mencari-cari apa kekurangan saya. Saya pun tahu apa musuh terbesar saya dan kekurangan saya, kekurangan saya ternyata saya belum bisa menjalankan perintah agama saya sehari-hari yaitu berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Jujur saja pada saat saya kelas 4 sd saya belum bisa berdoa sendirian,saya bisa berdoa jika berdoa beramai-ramai,sementara di rumah saya orang tua saya makin sibuk jadi saya pun makin sering tidak menjalankan perintah agama saya. Saya pun belajar dan belajar,akhirnya saya pun bisa beribadah sendiri dan menjalankan perintah-perintah agama saya.

Walaupun saya tetap jarang belajar dan masih sedikit nakal ternyata beribadah kepada yang kuasa benar-benar merubah hidup saya. Nilai saya mulai tinggi lagi,hidup saya makin mudah,dan yang paling saya senangi perempuan yang paling saya suka menjadi pacar saya hahaha. Saya pun akhirnya tidak pernah melupakan Tuhan saya,saya pun makin sering beribadah dan hidup saya makin mudah. Kelas 5 saya jadi rangking 10,dan kelas 6 pun hasil ujian nasional saya tinggi saya pun sangat senang dan bahagia.

Tetapi pada saat saya kelas 7 smp saya pun mulai melupakan perintah agama saya,dan nilai saya pun turun lagi sampai kelas 8 smp. Itulah sifat manusia jika dia sudah mulai merasa puas dan senang,perlahan-lahan dia akan mulai melupakan yang kuasa. Kelas 8 semester 2 pun saya akhirnya mulai beribadah lagi dan lagi-lagi hidup saya makin mudah lagi. Tetapi karena pada saat kelas 9 saya benar-benar merasa puas,saya mulai melupakan lagi dan ternyata kali ini saya benar-benar nakal saya pun akhirnya benar-benar melupakan. Nilai un saya pun akhirnya kurang bagus dan berbagai masalah menghantam hidup saya,dan saya tidak ada kapoknya berbuat nakal

Saya makin senang karena sebentar lagi saya SMA dan saya akan makin nakal,itulah yang terpikirkan dalam pikiran saya. Tapi Tuhan itu maha adil dan ingin merubah diri saya,saya pun di masukan ke sekolah ber asrama. Lama kelamaan saya pun mulai menjadi seseorang yang lebih baik lagi dan lebih baik lagi,tetapi saya malah semakin malas untuk beribadah. Sudah tidak ada orang tua dan pr pun banyak,tetapi sekolah di asrama benar-benar banyak memberikan pelajaran kepada hidup saya. Saya bersyukur di sekolah ini,saya ditimpa beberapa masalah. Tetapi saya bingung mengapa saya belum berubah juga?. Apa yang terjadi dengan diri saya?  Apakah saya benar-benar melupakan yang kuasa……..?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun