Mohon tunggu...
Pandu Wibowo
Pandu Wibowo Mohon Tunggu... -

Pria Muslim sederhana yang sedang mendalami Ilmu Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cara Islam Menjemput Kemenangan

10 September 2013   23:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:04 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1378828766339190580

Dalam setiap riwayat perjuangan kaum muslimin, kita dapati bahwa kemenangan demi kemenangan yang diraih kaum muslimin bukan dikarenakan jumlah ataupun bekal logistik mereka, namun sebaliknya. Akan kita dapati jumlah dan perbekalan kaum muslimin jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah perbekalan musuh. Dapat kita lihat kutipan pesan Abu Bakar kepada panglima ‘Amru bin ‘Ash. “Dahulu, kita pernah berperang bersama Rasulullah sedangkan yang kita miliki hanyalah dua ekor kuda. Adapun kita sendiri, waktu itu hanya berjalan di belakang onta. Dalam perang Uhud yang disertai Rasulullah saw pun kami hanya membawa seekor kuda yang ditunggangi oleh beliau saw. Meski demikian, Allah tetap memenangkan dan menolong kita atas orang-orang yang menyelisihi kita”.

Sahabat, jika kita menginginkan kemenangan seperti itu, patutlah kita ikuti sebab-sebab kemenangan tersebut. Faktor yang membuat 313 muslim menang melawan 1,000 kafir pada perang Badr, faktor yang membuat 3,000 muslim berhasil menaklukan 200,000 kafir pada perang Mu’tah. Usahakanlah faktor-faktor kemenangan itu!. Ketika pasukan Romawi (dengan jumlah yang sangat besar) luluh lantak oleh umat Islamdalam setiap kancah peperangan. Salah seorang pasukan memberi penjelasan pada Raja Heraclius yang murka terhadap pasukannya. Mereka semua bangun menunaikan shalat malam, mereka berpuasa di siang hari, mereka menepati janji, mereka beramar makruf nahi munkar, serta mereka saling tolong-menolong. Juga karena kami semua meminum arak, berzina, melanggar yang haram, menyelisihi janji, berbuat ghashab, berbuat zhalim, menyebarkan perseteruan, meninggalkan hal-hal yang diridlai oleh Allah, serta membuat kerusakan di muka bumi. Sahabat, kita coba tengok sauadara saudara kita sekarang di Suriah, Palestina, Mesir, mereka memperjuangkan Islam masih dengan darah. Bahkan setiap hari darah syuhada sudah membanjiri negara negara tersebut. Darah syuhada seakan sudah menjadi parfum yang wanginya melebihi ribuan wangi mawar. Tapi coba kita lihat medan dakwah kita disini ini. Apakah kita sudah bisa semilitan dengan saudara saudara kita disana dakwahnya? Dakwah itu berat, dakwah itu sakit, dakwah itu menyita waktu dan tenaga kita, tapi jika itu diniatkan karena Allah, insyaAllah kita bisa melakukannya. Kita sekarang ini memang menghadapi tantangan besar yaitu memperjuangkan Islam di tengah tengah pergulatan ideologi. Saya yakin antum juga merasakan bagaimana tantangan ini menekan perasaan kita semuanya. Tapi marilah kita persepsi tantangan ini dengan cara yang lain. Dalam persepktif iman, kita kembali pada Al Quran, kita kembali pada sejarah para nabi kita untuk mencari inspirasi tentang bagaimana mereka memandang tantangan-tantangan seperti ini. Tantangan yang pertama kita hadapi tentu saja tantangan dari luar, dari para kompetitor kita. Dan saya kira antum tahu tantangan apa yang sedang kita hadapi ini. Tapi yang penting bagi kita bukanlah tantangan itu, yang penting adalah cara kita mempersepsi tantangan tersebut. Tidak pernah ada dalam sejarah nabi-nabi itu satu model kehidupan yang ringan. Tidak pernah ada hidup yang santai. Hidupnya selalu keras. Tapi mereka selalu santai dalam menghadapi tantangan yang keras itu. Tahu kenapa? Karena mereka percaya bahwa tidak ada satu peristiwa yang terjadi tanpa kehendak Allah SWT. Itu yang mereka percaya, bahwa Allah SWT akan memenangkan langkah juang kita. InsyaAllah. Sahabat, Kalau kita ukur perjuangan kita dengan tantangan yang dihadapi oleh generasi dakwah terdahulu tidaklah terlalu besar. Tapi ini adalah sifat perjalanan dakwah yang tidak pernah sepi dengan tantangan. Bukan hanya sebelum berkuasa. Bahkan setelah berkuasa juga tantangan tak akan hilang. Kita bisa lihat saudara kita di Mesir, Islam menang disana dengan keadilan, yaitu lewat jalur Demokrasi. Tapi apa? Allah menguji mereka kembali dengan ujian yang tidak kalah berat, Presiden yang memperjuangkan Islam harus rela dikudeta oleh orang orang yang tidak suka Islam bangkit. Begitu juga Erdogan di Turki, 10 tahun membangun Turki menjadi negara yang makmur dan Islami tetap tiap hari harus di ganggu (demo) oleh mereka yang tidak suka dengan Islam.

Sahabat, patut kita ketahui, bahwa kecintaan terhadap langkah juang inilah yang akan melipatgandakan setiap daya dan upaya kita. Bukan seberapa besar keringat, bukan semata beratnya tanggung jawab. Semoga kita termasuk orang-orang yang mencintai setiap langkah perjuangan yang kita lakukan. Dan semoga kemenangan Islam yang kita perjuangkan bisa terwujud dengan nyata. Andai perjuangan ini mudah, pasti ramai menyertaiNya. Andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan pasti ramai yang tertarik padaNYa. Turun naiknya, pedih sakitnya, umpama kemanisan yang tak terhingga. Andai rebah bangkitah semula. Andai luka ingatlah JanjiNya . InsyaAllah nilai nilai Islam itu akan terus merambah ke seluruh pelosok pelosok yang telah menjadi kebun kebun dakwah kita berasma. Aamiin

Oleh: Pandu Wibowo (LDK Komda FISIP)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun