Mohon tunggu...
Pandu Wibowo
Pandu Wibowo Mohon Tunggu... -

Pria Muslim sederhana yang sedang mendalami Ilmu Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Poros Tengah Jilid II

17 September 2013   08:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:47 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13793820302118740434

Pandu Wibowo Mahasiswa Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Melihat partai Islam pada beberapa waktu terakhir, tentu berita yang kita dapat adalah penurunan dukungan masyarakat terhadap partai Islam. Masyarakat seakan tidak mau mendukung partai Islam karena citra buruk yang di buat partai Islam itu sendiri. Dari fenomena tersebut timbul sebuah pertanyaan apakah partai Islam bisa terus bersaing dengan partai berbasis nasionalis atau sekuler? Dan bagimana nasib partai Islam kedepannya? Pertanyaan pertanyaan tersebut mungkin adalah pekerjaan rumah yang harus dituntaskan oleh partai Islam jika memang mereka tetap ingin eksis di belantara perpolitikan Indonesia.

Melirik sejarah partai Islam di Indonesia pada era Orde Lama, dimana ada nama Masyumi. Masyumi merupakah sebuah kendaraan politik (partai) yang dimana didalamnya tergabung partai dan ormas Islam. Kesuksesan Masyumi tidak lepas dari sebuah persatuan umat Islam yang ingin membangun negara. Tokoh tokoh yang lahir pada kala itu pun mampu mengayomi dan memimpin Indonesia dengan baik. Contoh ada M. Natsir yang berhasil menjadi Perdana Menteri. Kemudian ada nama Burhanudin Harahap yang berhasil menyelenggarakan pemilu demokratis pertama di Indonesia serta memajukan ekonomi Indonesia.

Beberapa kesuksesan pada kala partai Islam terdahulu seharusnya bisa menular pada era sekarang. Di era Orde Baru Islam memang di kekang oleh Soeharto dan kloni kloninya. Pergerakan Islam pun dicoba di tahan sedemikian rupa agar gerakan gerakan Islamis tidak memiliki kekuatan. Masuknya era Reformasi nampaknya menjadi harapan masyarakat muslim Indonesia yang ingin membentuk partai (Partai Islam). Lahirnya partai partai Islam pada masa Reformasi ini diharapkan partai Islam tidak hanya memperjuangkan nilai nilai ke Islaman, tapi juga memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Seiring berjalannya Reformasi fakta berkata lain, keegoisan partai partai Islam yang ingin merebut sebuah kekuasan politik berdampak kepada lunturnya semangat persatuan umat Islam dalam membangun negara. Partai Islam pasca Reformasi seakan terkotak kotak menjadi beberapa partai yang berideologi dan berfaham Islam berbeda. Padahal Islam adalah sebuah agama dan ideologi yang sempurna dan bisa mengayomi seluruh ideologi lain. Contoh ada PKS yang Islamnya sangat modernis, PAN yang ke Muhamadiyahan, dan PPP yang ke NU. Seharusnya partai Islam bisa menyatukan faham faham yang ada di kubuh masing masing dengan tujuan yang sama untuk membangun Indonesia. Selain itu isu isu buruk pun kerap kali di manfaatkan lawan lawan politik partai Islam untuk menjatuhkan partai Islam. Sebenarnya kinerja partai Islam di Indonesia cukup baik, cuma karena partai Islam membawa label Islam otomatis ketika mereka melakukan kesalahan sedikit saja, mereka langsung mendapat citra buruk dari masayarakat.

Persatuan Partai Islam

Persatuan partai Islam harus ada pada saat ini, dimana kondisi partai Islam yang mendapat opini buruk harus segera di perbaiki dan mendapat kepercayaan lagi dari masyarakat. Partai Islam mungkin bisa belajar dari Masyumi yang berhasil menjadi wadah semua umat Islam mulai dari Ormas dan Partai Islam untuk bersatu padu di persaingan politik Indonesia. Saya pribadi menawarkan 3 Konsep persatuan partai Islam

Pertama, Persatuan partai Islam dalam satu wadah. Pada tempo dulu ada sosok Masyumi yang menjadi wadah bagi seluruh partai dan Ormas Islam. Menurut saya pribadi kalau partai Islam mau bersatu seperti layaknya Masyumi, akan lahir satu wadah baru umat Islam. Dan sudah barang tentu ini akan menjadi kekuatan baru di Indonesia. Berikut saya akan mengambil conto Pemilu tahun 2009. Suara partai Islam seperti PKS mendapat suara 7,88 %, PAN 6,01 %, PPP 5,23 %, PKB 4,94 %. Jika suara mereka digabungkan menjadi sekitar 24,06 %, dimana suara tersebut bisa mengalahkan suara partai pemenang Pemilu pada tahun 2009 yaitu Partai Demokrat yang berhasil memperoleh 20,85 %. Dari kesimpulan tersebut bisa kita lihat bahwa suara partai Islam sebenarnya bisa mengalahkan suara partai Nasionalis. Dan kesempatan besar untuk memimpin Indonesia pun terbuka lebar jika persatuan itu muncul.

Kedua, persatuan partai Islam untuk memilih satu pemimpin atau tokoh utama. Kita bisa melihat pada pasca Reformasi ada sosok Abdurahman Wahid atau sering kita kenal dengan nama GusDur. GusDur berhasil menjadi sebuah poros tengah yang mempersatuakan umat Islam pada kala itu. Dan akhirnya tokoh hasil dari persatuan tersebut bisa memimpin Indonesia. Kalau konsep pertama bisa dikatakan sulit untuk menyatukan seluruh partai Islam seperti selayaknya Masyumi, partai Islam bisa bersatu melalui tokoh. Partai Islam harus berhasil melahirkan tokoh yang bisa mewakili seluruh partai Islam dan masyarakat Indonesia yang pluralisme. Kita bisa berkaca pada negara negara luar seperti Tukri ada sosok Erdogan dimana menjadi pemimpin negara dari partai Islam yang juga didukung oleh seluruh partai Islam untuk menjadi pemimpin negara. Begitu juga ada nama Muhammed Mursi, Presiden Mesir yang berasal dari satu partai Islam tapi mendapat dukungan penuh dari partai partai Islam lainnya. Melihat konteks Indonesia, banyak tokoh tokoh partai Islam yang cukup mumpuni untuk memimpin sebuah negara dan menjadi wakil dari partai partai Islam lainnya, sebut saja ada nama Hidayat Nurwahid (PKS), Solahudin Wahid (PPP), Hatta Rajasa (PAN), dan Anisa Matta (PKS). Tokoh tokoh ini sepertinya harus bisa membangun sebuah konunikasi dengan partai Islam lainya untuk menyatukan aspirasi agar tersciptanya persatuan.

Ketiga, persatuan partai Islam dengan cara sama sama memperbaik opini publik. Kalau memang partai Islam tidak bisa bersatu dengan kedua konsep di atas, partai Islam bisa bersatu dengan cara sama sama memperbaiki citra. Misalkan PKS membantu PPP untuk memperbaiki citranya di masyarakat, begitu juga PPP. PAN menunjukan kepada kepada masyarakat bahwa PKS, dan PPP adalah partai baik dan hanya partai biasa bukan partai malaikat, dimana kader kadernya pun bisa berbuat salah, begitu juga PKS dan PPP melakukan hal yang sama. Melakukan hal hal seperti ini memang seakan sulit, tapi untuk sekarang partai Islam harus melakukan hal tersebut. Partai Islam harus menunjukan bagaimana cara Islam mengelola politik. Dan yang paling penting mereka harus menunjukan bahwa partai Islam bukan partai malaikat melainkan partai manusia biasa yang sewaktu waktu bisa berbuat salah. Kalau kita lihat fakta pun ternyata partai sekuler juga banyak melakukan dosa, mungkin melebihi partai Islam. Tapi partai partai sekuler pintar memainkan isu untuk menjatuhkan partai partai Islam melalui media yang mereka miliki seperti TV, Radio, Surat Kabar, dan lain lain.

Dari ketiga konsep yang saya tawarkan di atas, kita bisa menarik hipotesa sementara bahwa partai Islam bisa saja bersatu untuk beratarung di Pemilu 2014. Menurut saya pribadi persatuan partai Islam yang paling mungkin bisa dilakukan mengingat Pemilu 2014 sudah semakin dekat adalah persatuan partai Islam dengan cara memilih satu pemimpin atau tokoh utama atau dengan nama lain yaitu membentuk Poros Tengah. Terpilihnya GusDur menjadi Presiden beberapa tahun lalu memnjadi bukti, kalau partai Islam bersatu suara partai Islam semakin besar. Di Pemilu tahun 2009 suara partai Islam seperti PKS mendapat suara 7,88 %, PAN 6,01 %, PPP 5,23 %, PKB 4,94 %. Jika suara mereka digabungkan menjadi sekitar 24,06 %. Tentu dengan suara yang begitu banyak ini Capres yang dicalonkan partai partai Islam di Pilpres kemungkinan besar bisa menang.

Melihat tahun 2013 sendiri sejumlah partai politik Islam kerap berkumpul dalam sebuah forum forum diskusi. Forum itu yang kemudian bisa kita namakan sebagai Poros Tengah Jilid II. Bersatunya partai partai Islam dengan mendukung satu tokoh untuk dijadikan Capres sudah dibicarakan oleh banyak petinggi petinggi partai Islam seperti Hidayat Nur Wahid, Solahudin Wahid, Mahfud MD, Anis Matta, Yusril Izah Mahendra, dan lain lain. Berkumpulnya partai partai Islam dalam banyak forum diskusi pun nampaknya akan melahirkan berberapa kandidiat Capres dari partai Islam, seperti Mahfud MD, Yusuf Kalla, Solahudin Wahid, Hidayat Nur Wahid, Hatta Rajasa. Tokoh tokoh bangsa ini bisa dikatakan layak untuk memimpin bangsa, karena prestasi presatasi yang ditorehkan mereka. Tokoh tokoh yang akan di pinang partai Islam pun nampaknya bisa mengalahkan popularitas tokoh dari partai sekuler seperti Jokowi, Wiranto, ARB, dan Prabowo. Kita juga bisa melihat Mahfud MD keluar tiba tiba dari pencalonan Presiden Konvensi Demokrat. Ini bisa jadi tanda bahwa Mahfud MD akan di pinang oleh partai Islam untuk di jadikan Capres. Begitupun Yusuf Kala, beliau sekarang sudah tidak aktif di Golkar. Isu isu pun mulai terdengar bahwa Yusuf Kala akan dicalonkan juga oleh partai Islam. Menurut saya pribadi kalau memang benar benar partai Islam ingin bersatu dan mendukung satu nama untuk di jadikan Capres bukan tidak mungkin Capres dari partai Islam akan menang di Pemilu 2014.

@pandu_wibowo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun