Tahun 2020 segera berakhir dan harapan setiap masyarakat indonesia adalah "Recovery" ekonomi mnjadi tugas besar kabinet Jokowi jilid 2, kendati gebrakan besar telah dilakukan melalui agenda reReshuffle menggantikan 6 Menteri Baru Kabinet Indonesia Maju,ternyata justru di repon buru oleh market dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terjun bebas pada perdagangan Selasa (22/12). Investor asing jual saham Rp692 miliar di pasar regular. hal ini menujukan pesimistis dari pelku pasar, karena terkesan agenda tersebut hanya sekedar  kocok ulang "bagi-bagi kekuasaan"
Sebelumnya pada tanggal 06 Desember 2020 JP Morgan telah merilis sebuah riset yang berjudul "Make Indonesia Great Again Indonesia Equity Strategy 2021 Year Ahead", dimana pembahasannya mengeni  Outlook Sektor Bank-bank Indonesia. Dalam data yang diperoleh menyatkan bahwa bank indonesia telah  menghasilkan salah satu pengembalian terbaik di wilayah kawasan, bahkan secara global. Sisi Profitabilitas intrinsik ini juga merupakan fungsi dari waralaba simpanan yang kuat yang telah menyumbang sebuah hasil tinggi yang konsisten di indonesia.Riset menunjukan bahwa pendorong dasar PPoP ini cukup menopang. Pinjaman berisiko untuk sektor ini (NPL, SML, direstrukturisasi) cukup tinggi pada 18-32%. Namun, laba operasi yang tinggi memungkinkan bank menyerap risiko dan bergerak kembali ke pertumbuhan. maka dari itu diprediksi akan bergerak sejalan dengan optimistme dari ekspektasi pertumbuhan. Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa sektor LDR telah berhasil mencapai 87% (Sep-20) dari tertinggi 99% di Mei-19. Hal ini akan memungkinkan bank untuk meningkatkan pinjaman lebih cepat dari PDB nominal pada tahun 2021-2022. hal yang perlu di garis bawahi mngenai  katalis dan risiko yaitu NIM harus mendapatkan keuntungan dari dimulainya kembali akrual bunga vs akuntansi berbasis kas, karena pembayaran kembali mengarah pada peningkatan pinjaman yang direstrukturisasi.
 Penetapan harga kembali kewajiban juga harus menguntungkan CoF, dan karenanya NIM. Non-II harus mengambil, di belakang tingkat aktivitas yang lebih tinggi setelah PSBB. Bank-bank SoE cenderung berdagang sebagai proxy aliran ikatan. Tren ini berlanjut tahun ini juga, tetapi dengan lebih tajam menggeser saham bank. Ada probabilitas pelonggaran korelasi ini, jika lebih rendah imbal hasil obligasi tidak diterjemahkan menjadi revisi EPS positif. Hasil kesehatan masyarakat di Indonesia masih mengalami fluktuasi, yang tetap menjadi sumber ketidakpastian terbesar.
Pilihan saham:Team riset JP Morgan merekomendasikan 2 saham bank yaitu  BCA dan BRI. membahkan juga kadang itu di sebabkan oleh keadaan  yang  aman bila dilihat dari rasio RoE yang akan terus  tinggi (dan berkualitas) selama lima tahun ke depan untuk BCA. Oleh karena itu, sedangkan dari peningkatan bagi BRI akan didorong oleh kenaikan profitabilitas. hal ini dipastikan paling tingi dari sisi Mikro, serta biaya yang lebih rendah, karena faktor pengeluaran investasi pada digitalisasai oleh bank. Pengembalian risiko prospek BMRI tampak seimbang. Pertumbuhan pinjaman tahun depan kemungkinan besar akan condong mendukung kredit SoE dengan imbal hasil lebih rendah, yang seharusnya membatasi NIM.sedangakan  Kelipatan BNI harus tetap rendah, karena perputaran akan membuthkan waktu cukup lama untuk menumbuhkan RoE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H