Mohon tunggu...
pandhu prijatna
pandhu prijatna Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Saya gemar menulis, mungkin berisi kritik maupun humaniora dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kasus Wali Murid Paksa Siswa Sujud dan Menggonggong, Tamparan Keras Bagi Pendidikan Indonesia

14 November 2024   17:52 Diperbarui: 14 November 2024   18:00 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Baru-baru ini, dunia jagat di Indonesia dihebohkan dengan viralnya kasus orang tua murid yang menyuruh anak-anak untuk sujud, meinta maaf, dan menggonggong. Hal tersebut terjadi di SMA Gloria, Surabaya. Usutnya, kasus tersebut akibat anak tersebut merundung anak dari orang tua yang ngamuk tersebut dan diejek dengan hewan. Hal tersebut membuat orang tau tersebut meledak di ruang publik, menyuruh anak tersebut untuk sujud, dan menggonggong layaknya hewan. Hal tersebut sangat miris dan membuat masyarakat Indonesia marah. 

Akibat kejadian tersebut, muncul berbagai elemen masyarakat yang menyuarakan, marah, dan menghakimi orang tua tersebut dengan berbagai ucapan. Tentunya, hal yang berkaitan dengan hukum dan ham akan diselesaikan melalui aparat yang berwenang. Namun, sebagai masyarakat yang kritis akan kejadian-kejadian di ruang publik, tentunya hal tersebut menggiring kemarahan masyarakat Indonesia akibat kejadian tersebut. Namun, saya ingin mengambil, mengkritisi, dan menilai kejadian tersebut dari sudut pandang yang berbeda dimana terdapat faktor-faktor mengapa hal tersebut terjadi dan bagaimana mirisnya kejadian tersebut dapat terjadi.

Pertama, hal tersebut terjadi di lingkungan SMA Gloria, Surabaya dan mengkaitkan peserta akademik, di lingkungan akademik. Terdapat Undang-Undang, Aturan, dan etika moral bahwa di lingkungan akademik merupakan zona aman dan tentram bagi semua orang yang berada di lingkungan tersebut. Tidak hanya larangan untuk merokok, lingkungan akademik haruslah menjadi lingkungan yang aman bagi seluruh elemen masyarakat. Contohnya, apabila terdapat sebuah demo mahasiswa, tidak boleh ada ancaman, dan kegiatan-kegiatan yang dapat mengancam kemanan lingkungan dari kampus tersebut. Tidak hanya kampus, harusnya semua lingkungan akademik menjadi lingkungan yang aman termasuk tidak boleh adanya perundungan yang terjadi. 

Perundungan oleh orang tua murid kepada salah satu anak tersebut mencoreng nama baik institusi pendidikan tersebut, dan mencoreng nama baik institusi pendidikan Indonesia yang seharusnya bebas dari perundungan seperti yang terjadi. Adapun, domino effect yang terjadi ialah menurunnya nama baik institusi tersebut di muka publik sehingga dapat berpengaruh buruk bagi eksistensi dan keberadaan sekolah tersebut. Selain itu, kejadian tersebut berada di ruang publik dimana notabennya merupakan ruang terbuka yang seharusnya aman, nyaman, dan memiliki wibawa bagi seluruh masyarakat dimana semua orang saat berada di ruang publik harus menjaga etika, moral, dan adab sebagai manusia.

Kedua, perundungan yang terjadi antar siswa yang berada di bawah institusi pendidikan merupakan kewajiban dari institusi pendidikan tersebut untuk menyelesaikan, walaupun terdapat keberadaan orang tua dari kedua orang yang terlibat, namun hal tersebut merupakan wewenang dari sekolah tersebut untuk menyelesaikan.Kekuasaan organik dari institusi sekolah tersebut seharusnya dapat membina, mengayomi, dan meyelesaikan secara beradab dan mengajarkan norma-norma sosial yang seharusnya menjadi bahan pendidikan bagi generasi muda. Dari kejadian tersebut, walaupun kita tidak tahu bagaimana peran sekolah untuk menyelesaikan, namun nyatanya hal tersebut tidak menyelesaikan kemarahan dari orang tua siswa tersebut sehingga membuat kejadian perundungan bagi anak tersebut. Peran institusi pendidikan dinilai tidak ada dan pasif dalam menyelesaikan hal tersebut, terlebih kejadian perundungan tersebut terjadi di  lingkungan institusi pendidikan tersebut.

Ketiga, perundungan tersebut merupakan salah satu contoh konkret bagaimana adab, etika, dan moral manusia saat ini telah menurun. Semakin kita dewasa seharusnya etika,adab,dan moral dalam menyelesaikan permasalahan harus semakin dewasa. Dewasa dalam arti kata beradab, manusiawi, dan berwibawa. Namun nyatanya, dari video kasus tersebut tidak memperlihatkan adanya etika, adab, dan moralitas sebagai manusia. Merendahkan manusia lain dihadapan manusia lain merupakan hilangnya etika dan moral secara berat dimana tidak memandang dan menyetarakan manusia lain di ruang publik.

Keempat, Domino effect yang sangat berbahaya bagi semua orang. Efek domino yang ditimbulkan dari kejadian tersebut tidak hanya berpengaruh bagi aktor utama dalam kejadian tersebut. Namun kita bisa lihat bagaimana masyarakat Indonesia geram dengan kejadian tersebut hingga mengaitkan latar belakang orang tersebut dan relasi-relasi orang tersebut. Tidak hanya dalam satu kasus, namun pada akhirnya banyak orang lain yang terkait dan berdampak bagi hilangnya nama baik dari orang tersebut. Adapun, kaitan dengan institusi-institusi lainnya ternyata terungkap sehingga menerima kemarahan besar bagi masyarakat. Selain itu, terdapat psychological effect dimana pada akhirnya masyarakat menaruh stigma negatif dan stereotip-stereotip tertentu bagi orang-orang yang beretnis tertentu, tinggal ditempat tertentu, dan bekerja di profesi tertentu. Hal tersebut akan menyulut kemarahan masyarakat akibat kejadian tersebut.

Kelima, buruknya pendidikan di Indonesia pada akhirnya terlihat dari kejadian tersebut. Ajaran adab, etika, moral yang hilang akibat faktor-faktor tertentu, budaya ketimuran yang seharusnya hangat dan kepala dingin dalam menyelesaikan masalah hilang, pendidikan logika dan rasionalitas yang sudah luntur sangat terlihat dari kejadian perundungan tersebut, dan kekuasaan yang diilhami dari relasi-relasi personal orang tersebut akan berpengaruh dalam kejadian-kejadian dimana pada akhirnya akal sehat dan logika serta adab tidak akan berguna bagi pendidikan. 

Mungkin, 5 poin tersebut merupakan opini pribadi saya dalam menyikapi dan menilai kejadian tersebut. Opini ini sangat amat kurang dan jauh dari kata sempurna, mungkin anda sebagai pembaca dapat ikut berkontribusi dalam menyuarakan opini anda di kolom komentar. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun