Ada yang tidak lazim dalam parade ogoh-ogoh pada malam tanggal 8 Maret 2016di Desa Blahbatuh Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar Bali. Ogoh-Ogoh Dewi Kali yang dibuat oleh Sekehe Taruna Bina Karya Banjar Tengah Blahbatuh sebenarnya biasa saja. Apalagi ogoh-ogoh yang digunakan saat ini adalah ogoh-ogoh tahun lalu dengan sedikit polesan pada wajah, namun terlihat lebih cantik dan lebih feminim.
[caption caption="pande anggarnata"][/caption]Yang menarik dari ogoh-ogoh ini adalah para pengusungnya semua cewek. Jika biasanya pengusung ogoh-ogoh adalah pria atau pemuda dari sekehe teruna (organisasi kepemudaan di bawah banjar adat) maka untuk tahun ini ST. Bina Karya melakukan hal yang berbeda. Mereka sengaja mengumpulkan pemudi/cewek yang ada di lingkungan Banjar Tengah untuk mengusung ogoh-ogoh mereka.
Para pemudi itu di dandani sehingga tak kalah cantiknya dengan ogoh-ogoh yang merak arak. Dengan balutan pakaian yang cukup sexy mereka dengan semangatnya mengusung ogoh-ogoh yang lumayan berat. Tetapi semangat mereka untuk memberikan tampilan yang terbaik dan berbeda membuat semuanya terasa ringan.
Setelah sampai catus patha (perempatan) mereka meletakan ogoh-ogoh, mereka melakukan tarian-tarian, selanjutnya dengan akapela melakukan tarian cak modern. kemudian mengising ogoh-ogoh lagi sembari "menarikan" ogoh-ogoh tersebut selayaknya laki-laki. Sungguh indah, cantik dan penuh kelembutan.
Barangkali inilah wujud emansipasi perempuan dalam perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Isaka 1938. Menurut Kelihan Banjar Tengah I Ketut Ambara, SH, hal ini sengaja dilakukan untuk memberikan warna baru dalam parade ogoh-ogoh di Blahbatuh. "Setelah dua tahun berturut-turut menggelar pragmentari ogoh-ogoh, maka tahun ini ini kami tampilkan wanita mengusung ogoh-ogoh, sebagai bukti adanya kekuatan dalam kelembutan perempuan." imbuhnya.
Apapun itu jelas ini sebuah pembedaan. Sesuatu yang baru yang mungkin akan menambah warna dalam setiap parade ogoh di tahun-tahun selanjutnya. Apa pun itu, Selamat Hari Raya Nyepi 1938, SUNYI, SEPI, SUCI.