Yogyakarta – Kue leker atau kue pisang tentunya sudah tidak asing didengar di kalangan masyarakat Indonesia. Leker atau kue pisang merupakan makanan khas yang sangat legendaris di era 80 – 90 tahun an. Kue leker ini banyak dianggap sebagai makanan khas di berbagai kota seperti kota Surabaya, Solo, Yogyakarta dan kota lainya. Uniknya leker memiliki arti yang diambil dari kebiasaan orang belanda yang ketika makan pancake kata yang diucapkan yaitu lekker yang berarti enak.
Jika kamu berkunjung ke Alun – alun Paseban Bantul tentunya kamu sudah tidak asing lagi dengan  jajanan legend ini. Ya, Kue Leker Dio jajanan yang banyak diburu berbagai kalangan usia. Kue Leker Dio ini banyak digandrungi masyarakat Bantul, apa lagi kalau bukan karena rasanya yang nagih. Tidak bisa dipungkiri, teksturnya yang garing dan topingnya yang legit membuat orang tidak bisa menolak jajanan ini, tidak bisa berhenti mengunyah ketika bertemu camilan satu ini. Tidak puas rasanya jika hanya membeli satu leker saja karena kue leker dio ini memang memiliki rasa yang otentik dan lezat.
Kue Leker Dio tergolong baru, karena mulai usaha pada tahun 2019 yang terletak di Alun – alun Paseban Bantul tepatnya di depan kantor Bupati Bantul. Meski tergolong baru kue leker dio ini ramai dikunjungi dan diburu. Beberapa orang rela mengantri lama demi mendapat leker yang satu ini. Kue leker dio menjadi satu – satunya yang menjual leker di Alun – alun Paseban Bantul.
Leker yang dijual tidak hanya leker tradisional saja. Penjual memodifikasi leker tradisional menjadi leker yang kekinian seperti crepes. Seperti leker pisang pada umunya, namun leker yang dijual Kue Leker Dio ini memiliki berbagai macam rasa dan toping diantaranya ada rasa original yang varian rasanya ada 9 macam, mix 3 rasa yang varian rasanya ada 8 macam dan ada juga yang ekstra toping yang varian rasanya ada 5 macam.
Selain rasanya yang bermacam - macam ternyata harganya pun tergolong murah meriah, hanya dengan Rp 2.000 - Rp 2.500 kamu bisa dapat 1 leker original. Harga mix 3 rasa bisa kamu beli dengan harga Rp 4.000 - Rp 5.000 saja dan dengan tambahan Rp 1.000 kamu sudah bisa mendapat ekstra toping yang melimpah.
Pembeli leker ini tidak bisa membeli ketika kantor Bupati Bantul masih buka, pembeli hanya bisa membeli ketika kantor Bupati Bantul sudah tutup. Karena harus menunggu kantor sudah free maka leker Dio baru bisa membuka lapaknya. Buka mulai dari jam 16.30 WIB sampai malam. Penjual kue Leker Dio ini mengatakan "tutupnya ga tentu mba, kadang kalau malam minggu bisa sampai malam sekali karena ramai, kalau hari biasa ya tidak terlalu malam".
Semenjak adanya pandemi Covid-19 ini, pemerintah mengeluarkan peraturan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), pemerintah membatasi jam operasional seluruh kegiatan dan menutup tempat yang terpantau ramai dan membuat kerumunan. Hal ini tentunya membuat dampak yang sangat besar bagi para pekerja, salah satunya penjual Kue Leker Dio. Selama Pademi awal dan di terapkan PPKM jilid I Leker Dio mendapat berbagai dampak. Penjual sebagai pedagang kecil sangat merasakan kendala dan dampaknya. Penjual Kue Leker Dio mengatakan "kendalanya yang jelas pengunjung jadi sepi sih mba, apalagi semenjak ppkm itu loh mba, wah itu sangat ngaruh sekali buat saya".
Tentunya setelah adanya pandemi ini banyak peraturan yang diterapkan, salah satunya patroli yang dilakukan Satpol PP dan Polisi, Hal ini membuat penjual yang berada di Alun - alun Paseban Bantul dan sekitarnya harus tutup lebih cepat dari biasanya, yang biasanya bisa tutup tengah malam, ketika PPKM diterapkan jam 20.30 WIB sudah harus seteril. Hal ini membuat omzet penjual menurun. Penjual Leker Dio mengatakan "jadinya untuk pedagang juga jadi merasakan dampaknya sih mba, harusnya yang bisa dapet lebih tapi karena ada peraturan seperti itu jadi berkurang". Hal ini menyebabkan pendapatan dari berjualan leker mengalami penurunan secara drastis.
Namun untungnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari, selain berjualan kue leker beliau juga bekerja sambilan di Universitas Kristen duta Wacana. Jadi hasil dari berjualan kue leker bukan merupakan penghasilan utama dalam memenuhi kebutuhan. Meski begitu beliau tetap menekuni usahanya, mencoba merintis usahanya supaya bisa lebih besar lagi.
Berkat ketekunanya akhirnya setelah melewati masa pandemi covid-19 dan PPKM perlahan - lahan Kue Leker Dio mulai bangkit dan berjalan seperti biasanya. Malam minggu sudah tidak ada pembatasan waktu berjualan lagi. Kue leker dio saat ini sudah kembali ramai dikunjungi pembeli bahkan hingga antre. Sekarang sehari berjualan bisa menghabiskan 2 sampai 3 kali pembuatan adonan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H