Mohon tunggu...
Panchrasio David De Naor
Panchrasio David De Naor Mohon Tunggu... -

pecinta seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mawar dan Tangkai

6 Januari 2015   06:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mawar adalah bunga yang cantik. Baunya yang harum, serta bentuknya yang menarik, membuat siapa saja yang melihatnya menjadi tertarik. Banyak yang menyukai tanaman yang satu ini, karena keindahannya.

Namun, keindahan yang ia pancarkan, tidak berarti apa-apa, tanpa tangkai yang selalu setia menopangnya di setiap waktu. Di kala hujan ataupun kemarau, panas ataupun dingin, siang ataupun malam, tangkai selalu setia menopang. Berusaha sebisa mungkin, agar tidak ada satupun kelopak sang mawar yang gugur, dan terpisah dari kelopak lain. Bila ada kelopak yang gugur, tangkai akan sangat terpukul. Dia merasa gagal. Rasanya seperti kulit yang terkelupas dari tubuh, membuat darah keluar, serta meninggalkan rasa sakit dan perih yang teramat sadis. Apapun akan dia lakukan agar itu tidak terjadi.

Mawar adalah segalanya bagi tangkai. Dia akan berusaha sebisa mungkin agar mawar tetap terlihat indah. Di kala panas membakar, akibat sang mentari yang terlalu egois melebih-lebihkan sinarnya, tangkai berjuang agar tak lesu dan patah. Dia berusaha agar tetap kuat. Sebab bila ia kering, lalu mati, mawarpun akan ikut mati karenanya.

Terkadang, ada kumbang yang datang menghampiri mawar. Mereka terlihat dekat dan lengket. Seperti perangko. Namun itu tak menjadi masalah bagi tangkai. Selama mawar bahagia akan itu, dan yang pasti, selama mereka tetap berdampingan, bersama sampai maut memisahkan.

Sungguh pengorbanan yang luar biasa dari sebatang tangkai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun