Mohon tunggu...
Panca Nugraha
Panca Nugraha Mohon Tunggu... profesional -

Saya seorang wartawan, penulis. Bekerja sebagai koresponden harian The Jakarta Post untuk wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kantun: Dua Dekade Menekuni “Gendang Beleq”

31 Juli 2011   08:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:13 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_126087" align="aligncenter" width="640" caption="Komang Kantun dan gendang buatan tangannya."][/caption]

“Maka jangan salahkan kalau Malaysia mengambil budaya kita dan kesenian kita atas nama mereka, karena di negara sendiri seniman tidak dihargai,” (Kantun, seniman Gendang Beleq)

DENGAN tekad menekuni kesenian dan melestarikan budaya Lombok, selama lebih dari dua dekade, I Komang Kantun (55), tekun berkreasi memproduksi perangkat alat musik tradisional Lombok; Gendang Beleq.

Tanpa mengharap banyak promosi dari pemerintah daerah, hasil karyanya kini sudah berhasil memenuhi pesanan lokal, bahkan hingga ke mancanegara.

Seperti juga namanya, Gendang Beleq merupakan alat musik tradisional Lombok , yang berbentuk gendang besar. Alat musik tabuh ini sudah menjadi ikon budaya untuk pulau Lombok , Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak dulu.

Konon, di zaman kerajaan Pejanggik - kerajaan Sasak di pulau Lombok dahulu - alat musik tradisional ini, dijadikan sebagai penyemangat tentara kerajaan yang hendak ke medan laga.

Tapi, seiring perkembangan zaman, fungsi Gendang Beleq lebih menjadi pelengkap pengiring saat ada seremoni penerimaan tamu. Seiring perkembangan, saat ini Gendang beleq lebih dikenal sebagai musik pengiring nyongkolan, atau sorong serah, sebuah prosesi mengiring mempelai pengantin yang saat ini masih lestari di pulau Lombok .

I Komang Kantun tengah sibuk memperbaiki sebuah gendang berukuran sedang di halaman belakang, ketika saya mengunjungi rumahnya di Dusun Rendang Bajur, Desa Taman Sari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat. Jaraknya sekitar 10 Km arah utara dari Kota Mataram.

”Ini (gendang) punya kelompok seni di Tanjung, kulitnya rusak dan saya perbaiki,” katanya.

Pekarangan rumah Kantun cukup luas. Di bagian belakang ada sebuah bangunan tanpa dinding, berukuran 6 kali 8 meter, tempat ia berkreasi selama ini. Ada setumpuk alat musik tradisional di sana, mulai gendang beleq hingga seruling.

Bagi sebagian besar kelompok seni Gendang Beleg di Lombok, nama Komang Kantun sudah tidak asing. Mulai dari kelompok musik Gendang Beleq yang ada di Lombok Barat, Kota Mataram, Lombok Tengah, dan Lombok Timur, memesan alat musik di sini.

”Kalau rusak, juga direparasi lagi di pak Kantun ini,” kata Artadi, ketua kelompok musik Gendang Beleq Desa Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, yang saat itu sedang mereparasi gendangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun