Berbicara mengenai proses industri hulu migas mungkin sangatlah melelahkan, dimulai dari aspek teknologi, peralatan yang canggih, sumber daya manusia yang high skill, waktu, cuaca, alat transportasi, akomodasi, dan yang terakhir adalah finansial dan political will dari pemerintah.
Dari beberapa aspek yang disebutkan diatas, semuanya berujung pada mahalnya biaya untuk mendapatkan minyak atau gas hingga menjadi bahan bakar siap pakai di tingkat pengguna.
Pemerintah Indonesia sebagai pemilik migas yang ada di dalam wilayah Indonesia memberikan kesempatan kepada perusahaan/operator untuk melakukan pencarian ladang-ladang minyak atau gas baru yang ada di bumi pertiwi ini, yang mana untuk tahap ini semua beban biaya di bebankan kepada perusahaan tersebut.
Oleh karenanya ketika operator menemukan ladang migas baru, dan diyakini bisa memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, maka di buatlah suatu perjanjian kerjasama antara operator/perusahaan dengan pemerintah, perjanjian ini biasanya berkisar antara 15 sampai 20 tahun, tergantung dari kandungan minyak yang di prediksi bisa berproduksi hingga waktu tersebut.
Setelah semua perjanjian ditandatangani maka dimulailah proses untuk explorasi migas tersebut. Pointnya pemerintah harus mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari operator/perusahaan tersebut, karena semua beban biaya yang timbul selama proses explorasi hingga menjadi bahan bakan siap pakai akan di kembalikan kepada operator/perusahaan dengan istilah cost recovery.
Sumber atau ladang-ladang migas baru bisa berada di areal pengunungan, persawahan, rawa-rawa, laut dangkal, atau bahkan laut dalam sekalipun. Untuk tulisan ini saya akan membatasi pada sumber migas yang ada di lautan dangkal.
Proses Eksplorasi
Setelah titik sumber minyak ditemukan di tengah lautan, maka meluncurlah RIG menuju lokasi tersebut, dengan dilengkapi peralatan pengeboran, komunikasi satelit, tenaga ahli dengan kemampuan yang berkualifikasi, dan semua kebutuhan untuk melakukan kegiatan pengeboran, didalam rig tersebut juga tersedia akomodasi yang cukup nyaman dan di lengkapi dengan fasilitas catering untuk melayani para pekerja offshore tersebut.
Pada umumnya pengeboran itu memakan waktu yang begitu lama hingga bisa berbulan-bulan tergantung berapa titik yang di lakukan pengeboran dan berapa dalam jarak ke sumber minyak/gas. Karena lamanya waktu tersebut di perlukan orang penganti atau dalam istilahnya disebut back to back, biasanya crew change dilakukan sebulan sekali, atau 2 bulan sekali, atau 3 bulan sekali tergantung dari posisi orang tersebut, crew change bisa dilakukan dengan chopper atau crew boat.
Proses pengeboran pun terkadang terhalang faktor cuaca yg tidak bersahabat, pengaruh hujan lebat, badai, ataupun tinggi gelombang sangat berpengaruh terhadap lamanya proses pengeboran untuk satu titik tersebut. Hal ini semua akan berakibat jadi membengkaknya biaya untuk kegiatan tersebut.
Perlu digarisbawahi disini, pada umumnya para pekerja itu dibayar dengan gaji yang sangat tinggi, dan dalam mata uang US dollar, sehingga pada bagian ini saja sudah terbayang barapa biaya yang akan di keluarkan untuk proses explorasi ini, Sewa RiG adalah komponen biaya tertinggi dalam pekerjaan ini,
FabrikasiJacket dan Topside
[caption id="attachment_402514" align="aligncenter" width="300" caption="topside and jacket underconstruction (dok.pribadi)"][/caption]
Jacket dan topside (platform), mutlak diperlukan untuk fasilitas proses pengangkatan minyak dari sumur guna diproses dan disalurkan kedaratan. pada umumnya jacket dan topside ini di fabrikasi didaerah yang dekat dengan pantai, sehingga memudahkan untuk proses pengiriman menuju area lokasi sumur.
Lagi-lagi pada pekerjaan ini dibutuhkan waktu setidaknya setahun untuk proses fabrikasi jacketdan topside, fabricator yang mengerjakan ini pun harus familiar dengan bidangnya, karena semua pekerjaan untuk industri migas mengacu pada spesiifikasi yang ketat, tenaga pelaksananya pun harus orang-orang yang berkualifikasi, sehingga semua itu berujung lagi pada mahalnya biaya pada proses pekerjaan ini.Tinggi jacket ini disesuaikan dengan kedalaman laut yang akan di pancang dilokasi tersebut, untuk Topside pun sangatlah rumit, karena semua pekerjaan Piping, Mechanical, Electrical, Instrument, Architectural, Coating/Painting ada didalamnya, dan ini membutuhkan orang yang ahli di bidang tersebut. Melihat lingkup pekerjaannya otomatis memerlukan biaya yang sangat mahal, masalah yang sering terjadi adalah pekerjaan tersebut di subkan oleh main contractornya, sehingga masalah mogok kerja akibat permasalahan gaji, dan lain sebagainya menjadi pemicu untuk mundurnya penyelesaian pekerjaan ini,
Setelah pekerjaan jacket dan Topside ini selesai, segera dibawa ke lokasi sumur untuk di installasi disana.
[caption id="attachment_402515" align="aligncenter" width="300" caption="jacket yang akan dibawa ke area sumur (dok.pribadi)"]
Pipa Penyalur Instalasi
Bagian ini juga menjadi penting, karena untuk menyalurkan minyak dari sumur di tengah lautan diperlukan pipa penyalur, pipa bawah laut ini di kerjakan diatas barge dari lokasi platform hingga daratan, pekerjaan ini juga memerlukan biaya yang tidak sedikit, cuaca menjadi faktor yang dominan dalam pekerjaan ini, sehingga keterlambatan dalam proses ini sangatlah mungkin, mengingat alam susah untuk diprediksi. Pada pekerjaan ini lagi-lagi dibutuhkan tenaga yang berkualifikasi, yang semuanya dibayar sangat mahal, lama atau cepatnya pekerjaan ini tergantung berapa jauh jarak dari platform ke daratan, bila sarana transportasi dari platform mengunakan kapal tanker, pipa penyalur ini tidak di perlukan, akan tetapi membuat satu kapal tanker dengan volume muat yang sangat besar juga membutuhkan biaya yang sangat tinggi.
Refinery
[caption id="attachment_402516" align="aligncenter" width="300" caption="refinery (dok.pribadi)"]
Setelah minyak sampai didaratan, minyak tersebut akan masuk dalam refinery atau kilang, pada bagian ini minyak akan di proses sesuai dengan peruntukannya, untuk membuat refinery pun dibutuhkan biaya yang luar biasanya besarnya, dibutuhkan lahan berhektar-hektar untuk membuat refinery ini, dan proses dalam kilang ini pun juga sangatlah rumit, hampir semua discipline ilmu untuk konstruksi akan di gunakan untuk pekerjaan ini,
Setelah proses dalam kilang selesai, maka disalurkan ke tangki pengumpul untuk didistribusikan ke pada konsumen/penguna.
Tahapan tahapan diatas adalah hanya secara general, untuk detailnya masih banyak lagi tahap tahap pekerjaannya,
Kesimpulan : Adalah sangat wajar bila instansi terkait mengalami kesulitan untuk menentukan berapa biaya pokok untuk 1 liter BBM, mengingat terlalu banyak aspek yang terkait didalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H