Istilah "entrepreneur" sering kita dengar dalam artikel-artikel bisnis dan finansial. Tapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan entrepreneur? Beberapa teman menyebutnya sebagai usaha tanpa modal besar, sementara yang lain mengatakan bahwa entrepreneur adalah mereka yang memulai bisnis dari awal benar-benar tanpa modal.
Apakah memulai bisnis dari awal sama dengan menjalankan bisnis tanpa modal? Menurut saya, keduanya berbeda. Memulai usaha dari nol berarti memulai usaha baru dengan kekuatan dan modal sendiri, sementara bisnis tanpa modal benar-benar dimulai tanpa apa-apa, hanya dengan keberanian. Potensi kesuksesannya? Keduanya bisa sukses asalkan memiliki etos kerja yang kuat dan tidak mudah menyerah, yang merupakan modal dasar menjadi seorang entrepreneur.
Pantang menyerah bisa menjadi nama tengah Faishal Arifin, yang dikenal sebagai Raja Perak dari Malang. Perjalanan Faishal menuju kesuksesan penuh dengan tantangan, jatuh bangun, dan tetap bertahan. Sebelum menjadi pengusaha perak, Faishal mencoba berbagai usaha, dari berjualan mie pangsit keliling, jualan ayam bakar, hingga beternak ayam kampung.
Faishal juga pernah melamar pekerjaan puluhan kali, termasuk sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun rezekinya bukan sebagai pegawai. Jiwa entrepreneurnya yang kuat membuatnya terus berusaha.
Pada suatu hari, Faishal merantau ke Martapura di Kalimantan, daerah penghasil batu mulia terbaik. Di sana, ia belajar membuat perhiasan dari warga setempat. Setelah beberapa tahun, Faishal kembali ke Malang dengan keahlian baru, meskipun tanpa alat atau perhiasan untuk dijual. Dengan nekad, ia memulai usaha dengan membuat katalog dari gambar-gambar perhiasan yang diambil dari majalah bekas dan menawarkan katalog tersebut ke kantor-kantor, disertai dengan KTP dan syarat uang muka.
Pesanan datang, tetapi peralatan belum ada. Beruntung, kenalannya dari Martapura menjadi mitra bisnisnya. Dari keuntungan yang diperolehnya, Faishal membeli peralatan dari tukang perhiasan yang bangkrut. Ketika pesanan semakin banyak, ia mulai mengembangkan social entrepreneurship dengan melatih orang-orang desa membuat perhiasan.
Faishal memberikan peralatan dan bahan kepada mereka, dan perhiasan yang dibuat disetorkan kembali kepadanya untuk dipasarkan. Ia mulai mengekspor perhiasan dan bekerja sama dengan PT. Sucofindo untuk mendapatkan sertifikasi produk. Perhiasan Silver 999 miliknya dibuat dengan mesin dan custom design serta handmade.
Dari tahun ke tahun, omset bisnis Faishal meningkat. Pada tahun 2015, omsetnya mencapai 500-600 juta per enam bulan hanya dari ekspor. Meski omsetnya besar, Faishal tetap fokus pada social entrepreneurship, membantu menyejahterakan masyarakat dengan membina mereka agar terampil membuat perhiasan. Salah satu yang ia bina adalah mantan TKI yang pernah dipenjara di Malaysia. Sebagai sociopreneur, Faishal percaya dengan membina masyarakat lokal, perhiasan yang dihasilkan kaya akan nilai seni dan kearifan lokal.
Selain itu, Faishal juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan lingkungan, menunjukkan komitmennya untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat. Keberhasilannya tidak hanya diukur dari keuntungan finansial, tetapi juga dari kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menciptakan lapangan kerja. Faishal menjadi contoh nyata bahwa dengan ketekunan, keberanian, dan kepedulian sosial, seseorang dapat meraih kesuksesan yang lebih dari sekadar materi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H