Mohon tunggu...
Sugi Siswiyanti
Sugi Siswiyanti Mohon Tunggu... Full Time Blogger - blogger lifestyle, content writer, writer

Menikmati hidup

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hati-hati! Media Tak Berimbang, Rakyat Bimbang

14 Juni 2014   22:23 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:44 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Makin hari berita seputar capres cawapres makin panas saja. Sebagai rakyat biasa, lama kelamaan saya jenuh juga. Ingin rasanya segera tanggal 9 Juli supaya media cetak, elektronik, dan media sosial tak lagi bikin pusing dengan berbagai berita dan perbandingan antara Jokowi dan Prabowo.

Karena saya bukan swing voters, berita negatif tentang capres cawapres yang saya pilih tidak akan berpengaruh. Itu ya itu, lain tidak. Berbeda dengan swing voters, mereka masih memilah,menimbang, lalu memutuskan akan memilih nomor 1, nomor 2, atau malah saking bingungnya kemudian memilih no.3 alias golput. Bisa jadi begitu.

Inilah tugas tim sukses membimbing mereka. Ini tugas para jurkam di media cetak, elektronik, dan media sosial memberikan pendidikan politik yang benar. Sejauh ini yang saya perhatikan yang disampaikan isinya negatif melulu. Kalau pun ada yang menulis prestasi-prestasi capres cawapres, ujung-ujungnya pasti diikuti sindiran terhadap capres cawapres lain. Nah, sindiran-sindiran itu yang membuat "para pencari kepastian" semakin bimbang.

Tidak hanya ulah tim sukses yang membimbangkan masyarakat, tetapi juga stasiun televisi melakukan hal yang sama. Setiap stasiun televisi berlomba-lomba memuji dan menyuarakan kehebatan capres cawapres yang menggunakan stasiun tersebut sebagai media kampanye. Meskipun tak diumumkan terang-terangan, khalayak sudah tahu stasiun televisi A, B, C, D mendukung capres cawapres no. 1. Sementara, stasiun televisi E, F, G, mendukung capres cawapres no. 2. Media elektronik ini pun menjadi corong para kandidat yang sedang bertarung merebut hati dan suara rakyat.

Perilaku tim sukses dan pendukungnya ini lambat laun tampak seperti kelompok anak-anak yang saling memamerkan mainannya. Masing-masing memuji kelebihan miliknya, tetapi merendahkan milik temannya. Perilaku yang mengundang senyum bila dilakukan anak-anak. Sayangnya, kali ini perilaku macam itu ditunjukkan orang-orang dewasa. Kalau seperti itu, bagaimana nasib Nusantara?

Siang ini, seorang teman mengunggah dua foto capres no. 1 dan no.2 yang sedang mengunjungi masyarakat. Capres no. 1 turun dari helikopter dan capres no.2 menyalami para petani yang masih bekerja di sawah. Sebenarnya tadi pagi saya sudah membaca berita itu. Saya membacanya sebagai acara kampanye biasa. Berbeda dengan teman saya, ia membacanya sebagai simbol kemewahan vs kesederhanaan.  Berbagai komentar pun berdatangan. Ada yang menilai dengan sinis si penumpang helikopter dan memuji betapa merakyatnya pemimpin yang turun ke sawah. Sementara ada pula yang menyebut kesederhanaan itu sebagai pencitraan belaka.

Setelah membaca berbagai komentar dan menatap kedua foto yang disajikan salah satu surat kabar nasional itu, terlintas di benak saya,"Apa pula maksud si penulis berita?Heran..." Hal yang sama dengan keberpihakan berbeda saya jumpai pula di surat kabar nasional lain. Semakin gerah rasanya.

Kondisi semacam ini akan berlangsung kurang lebih tiga minggu ke depan. Bahkan saat bulan suci Ramadan datang, mungkin suhu politik hanya akan berkurang 2-3 derajat saja; tidak signifikan. Bisa jadi kelompok -kelompok tertentu akan memanfaatkan bulan suci sebagai senjata untuk menyerang kelompok lain yang berseberangan.

Kebebasan berpendapat dan berbagi informasi dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh mereka yang dapat mengaksesnya dengan leluasa. Media cetak,elektronik, dan media sosial menggunakan kebebasan ini untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Mungkin bukan hanya iklan, melainkan tarik menarik kepentingan yang berujung pada kekuasaan di akhjr pesta demokrasi.

Kita bisa melihat siapa menudukung siapa. Media anu mendukung capres anu dan seterusnya. Dukungan diberikan karena pemiliknya menjadi tim sukses si capres. Akibatnya, para pekerja media di dalamnya pun dituntut menyampaikan informasi yang baik dan yang banyak tentang capres yang didukung bosnya.  Karenanya, masyarakat harus cerdas dan cermat saat membaca. Gunakan logika dan hati nurani saat menerima informasi apa pun dari siapa pun. Agar ketidakberimbangan berita di media tidak membuat kita bimbang lalu salah memilih siapa yang layak menjadi pemimpin Nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun