Dalam memahami karakter kebangsaan kita, diperlukan sebuah kerangka awal yang sistematis dan terukur, sebab boleh jadi dalam proses pengambilan kesimpulan terjadi sebuah degradasi nilai yang akan membutakan kita dari kondisi multikulturalnya bangsa ini. Indonesia sebagai sebuah Negara- bangsa yang baru mestinya dibarengi dengan pemahaman ideology yang mampu membangkitkan rasa kebangsaan dan nasionalisme kita, sehingga para penerus bangsa ini tidak terkooptasi dengan nostalgia masa lalu yang selalu penuh intrik dan rekayasa.
A. KRISIS IDEOLOGI
Dialektika yang sering terjadi dinegeri ini, telah dipahami sebagai bagian dari sisi pendewasaan berpikir masyarakat secara umum, terlepas dari nuansa-nuansa demokratisnya sesuatu itu. Adapun kontribusi ideology yang selama ini dianggap sebagai spirit bangsa ini, seolah dianggap sebagai sesuatu yang yang hampa dan tanpa makna.
Tak adanya nyanyian lagu kebangsan kita pada saat sidang paripurna DPR RI 2004-2009 sebagai sidang paripurna yang terakhir mereka, beberapa waktu yang lalu adalah salah satu indikasi adanya resistensi secara ideologis. Lagu kebangsaan kita sebagai salah satu sendi-sendi ideology yakni pancasila layaknya hadir didalam sebuah prosesi tersebut. ( Andai perumus dasar-dasar Negara ini bisa bangkit dari kuburnya ….. entah pernyataan apa yang akan dilontarkan olehnya, dan andai pejuang-pejuang pancasila lainnya juga bisa bangkit ……entah apa yang akan katakana olehnya…) sebab bangsa ini sempat diwarnai pergejolakan ideology antara pancasila dan islam.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah terobasan pemikiran baru yang komperehensip demi mewujudkan harapan para pendahulu bangsa ini sebagai Negara-bangsa yang yang berdaulat secara ideologis.Harus diakui bahwa ideology sebagai pandangan hidup adalah ruh sebuah perjuangan baik secara personal maupun secara universal dalam konteks keindonesiaan seolah mengalami degradasi dalam perjuangannya sebagai perekat bangsa ini.
Secara personal peran ideology sangat besar dalam menentukan arah dan masa depan kita, krisis akhlak dibirokrasi sebagai warisan KELUARGA CENDANA masih saja merasuki jiwa orang yang ada dipanggung kekuasaan bangsa ini, mulai dari KKN, SUAP, SKANDAL, dll. Itu semua sebagai salah satu efek dari reaktualisasi nilai pancasila secara ideology, yang dihadirkan tanpa sebuah pemaknaan yang mendalam. Ideology pancasila yang dikultuskan sebagai perekat bangsa ini seakan “mati suri” dari kedigdayaannya, mulai dari ancaman disintegrasi dari sabang sampai marauke, hingga ancaman yang bersifat primordialisme ( agama )
B. PRAGMATISME GENERASI INDONESIA
Islam mengajarkan kita bahwa shalat adalah tiang agama, sedang dalam konteks Negara generasi muda adalah penentu masa depan bangsa. Menurut pola Marx, dialektika masyarakat dengan pola produksi akan membuat kehidupan masyarakatnya lebih baik, dengan asumsi bahwa keadaan realitaslah yang akan kemudian membentuk kesadaran kita. Sadar atau tidak tesis ini terbukti ampuh dalam menggiring pandangan generasi bangsa ini. Dominasi pandangan kekinian yang dialami para generasi secara tidak langsung membunuh daya pikir dan kreativitas anak bangsa ini.
Gaya hidup instan, pop culture, dan materialisme adalah sedereten kecil dari sikap yang selalu mengkungkung paradigma kritis generasi kita. Adalah hal yang wajar dalam perspektif ekonomi, kondisi Indonesia sangat labil bahkan terbilang buruk di kawasan ASEAN. Hal ini disebabkan tidak adanya sebuah prioritas ( proses berpikir jangka panjang, bukan apa yang terjadi hari ini atau yang terlihat sekarang) yang berkala dari generasi kita dalam perspektif ekonomi. Akibatnya konflik social, baik itu kecemburuan social maupun konflik lainnya selalu menjadi bayang-bayang yang menakutkan.
Sedangkan pola hidup konsumerisme sebagai bagian dari imperialism gaya baru telah menjadi salah satu sifat trendi masa kini yang menjerat generasi baru kita. adalah kenikmatan sebagai sebuah kedok terselubung yang mengekang nalar kritis individu maupun kelompok di negeri ini.
Membangun bangsa dan Negara ini butuh sebuah keikhlsan dan pengorbanan yang layak, bukan sebuah implementasi kerja yang berorientasi materi sebagai sebuah parameter yang akan menjadi daya tarik dalam sebuah ranah social masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H