Sebut saja Junto, sosok anak muda kampung yang memulai dunia pendidikan universitas hampir 9 tahun yang lalu, dengan lugu dan polos memasuki dunia kampus yang sangat berbeda dengan dunia sebelumnya. Penyambutan mahasiswa baru yang bersifat semi-militer oleh senior-senior kampus telah menciutkan nyalinya untuk ikut serta, dan dia lebih memilih ikut proses pengkaderan sebuah lembaga ekstrakurikuleryang berlabel islam berkat tawaran seorang senior yang kebetulan adalah senior jurusannya.
Dotrin lembaga tersebut telah membentuknya menjadi seorang pembangkan di kampus dan dimanapun kebenaran itu tak ditegakkan. Akan tetapi Junto tetap menganggap dirinya aktivis gurem sekalipun level pengkaderan intra kampus dan ekstra kampus telah dilalui , bahkan level tertinggi pengkaderan lembaga atau biasa disebut advance training( LK III ) tingkat nasional telah dilaluinya.
Seiring perkembangan waktu, Junto tumbuh menjadi sosok yang familiar di kampus sebagai seorang yang dekat dengan dunia lembaga, tiada hari tanpa diskusi dialogisyang dilaluinya. Semua yang alur kehidupan yang tak menyentuh ranah social, kebenaran dan privasi diabaikannya, akan tetapi ranah privasi mulai berubah 4 tahun kemudian, Junto merasa tertarik dan mulaijatuh cinta pada sosok perempuan yang ternyata adalah seorang yang dekat dengan lembaga dakwah islam. Paras perempuan itu anggun nan cantik, berpenampilan muslimah dengan jilbab syar’inya serta tingkat kecerdasan yang tinggi, dimata Junto perempuan itu adalah bidadari dunia yang tak pernah ada duanya, tapi rasa cinta itu tak pernah diungkap kepada sosok perempuan tersebut, selain pemahaman Junto yang tak memungkinkan untuk pacaran, rasa malu2pada perempuan tersebutadalah salah satu sebabnya, dan Junto yakin pahaman agama perempuan tersebut juga tak memungkinkan untuk pacaran.
Kurang lebih 6 tahun telah berlalu, perasaan Junto semakin utuh dan bahkan lebih mendalam, hari-harinya Junto dilewatinya dengan banyak ihktiar kepada sang pemilik Cinta, sang pencipta keindahan sebagaimana keindahan perempuan itu yang berbalut hijab, mendalamnya perasaan itu telah mengalahkan rasasuka yang sempat ada pada perempuan lain,Junto telah kenal banyak perempuan-perempuan cantik disekelilingnya, akan tetapi pemahaman agama perempuan ini telah telah menjadikannya sosok perempuan yang beda dengan perempuan cantik lainnya. Kini Junto menyerahkan segalanya kepada sang Pencipta, sang Pencipta Maha tahu apa yang di apa yang ada dalam hati Junto. Dalam sujudnya, nama perempuan itu selalu hadir dalam barisan doa kepada sang khalik, agarperempuan itu jadi yang terbaik untuk agamanya, dirinya dan keluarganya. Dan selebihnya adalah yakin usaha sampai……………
Makassar, 21 November 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H