Mohon tunggu...
Pamungkas Mohamad
Pamungkas Mohamad Mohon Tunggu... -

saya hanya 1 dari 250 juta orang Indonesia Anak dari Bapak Suyoto dan Sridikasiana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Full Day School, Baru tapi Lama

10 Agustus 2016   10:48 Diperbarui: 10 Agustus 2016   10:56 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang dipikirkan Oleh Mentri Pendidikan Muhadjir Effendy  yang baru yang katanya ingin  menerapkan konsep Full Day School , entah sensasi biar semua orang tahu bahwa dia resmi menggantikan Bapak Anies Baswedan atau memah buah pemikiran yang matang . Karena pak anis ini ibarat Trademark Pendidikan yang susah diganti peranya apalagi sekaliber mentri pendidikan, ibarat Roney Itu  MU hehe.

Dikutip Dari Kompas : http://edukasi.kompas.com/read/2016/08/08/12462061/ini.alasan.mendikbud.usulkan.full.day.school.

Menurut Mentri Pendidikan Muhadjir Effendy, kalau anak-anak tetap berada di sekolah, mereka bisa menyelesaikan tugas-tugas sekolah sampai dijemput orangtuanya seusai jam kerja.

Kalo alasan biar siswa lebih banyak disekolah biar belajar itu sih alasan klasik , pemikiran lama. Sekolah tempat belajar itu pemikiran lama, mau dibuat sampai sekolah dari jam 7 pagi sampai jam 10 malem juga engga ngaruh.  Ini sih emang pemikiran orang indonesia yang terobsesi jumlah bukan manfaat . Semakin banyak semakin bagus hehe . Klo kata Pandji Pragiwaksono Yang penting mah banyak , nasi banyak, sayur banyak trus kekenyangan.

Selain itu, anak-anak bisa pulang bersama-sama orangtua mereka sehingga ketika berada di rumah mereka tetap dalam pengawasan, khususnya oleh orangtua.

Untuk aktivitas lain misalnya mengaji bagi yang beragama Islam, menurut Mendikbud, pihak sekolah bisa memanggil guru mengaji atau ustaz dengan latar belakang dan rekam jejak yang sudah diketahui. Jika mengaji di luar, mereka dikhawatirkan akan diajari hal-hal yang menyimpang.

Lau kalo alasannya biar selesei belajar barengan sama orang tua selesei kerja itu murni jokes harusnya, lalu  bisa menambah kegiatan dengan ngaji / kegiatan bermanfaat dsb sampai sore itu engga realistis aja sih

Pemikiran ini itu sebenernya namanya Boarding School/ Pensantren aja ,  g usah Kalimat Full Day School. Mengapa? Saya Lulusan Pesantren 6 tahun dari SMP sampai SMA diawasi 24 jam kalo Kata babeh kalo sekolah diluar nnti ngerokok, tawuran dsb makanya kamu dipesantrenin. Pemikiran ini dasarnya sih itu aja lalu Solusi ya Pesantren/Boarding School klo kata babeh saya.

Ya Intinya  FDS itu menurut saya karena takut anak jadi nakal abis pulang sekolah, itu aja sih

Trus gimana? Engga salah tapi Jangan takut berlebihan kaya gtu. Secara Teknis Sebenrnya semua anak atau bahkan semua orang itu tahu standar jadi orang baik dan jadi orang nakal . Nah ini pemikiran yang saya suka dari bapak anies, “ susah melihat orang baik atau buruk yang paling gampang melihat orang yang tidak bermasalah”  Sederhana aja banyakin sharing.

Jadi Jangan Posesif ya pak mentri, hehe banyakin sharing disekolah klo perlu kurangin jam belajar formalnya tapi tambahin yang lebih praktek , atau satu hari satu pelajaran kynya mungkin lebih menarik dianalisis, ya intinya Indonesia aja mash muda baru 71 tahun masih harus banyak maen kemana-mana hehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun