Mohon tunggu...
Indra GP
Indra GP Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Seni

Mencoba belajar seni dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Utopia

6 Mei 2021   06:30 Diperbarui: 6 Mei 2021   06:29 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Surya menyingsing
Bukit duri tertutup deburan pasir
Tanda bidadari muncul dari ujung cahaya pagi itu
Menyambut sahara dipenuhi daun-daun hijau bak fatamorgana

Merekah Kemuning senja
Menandakan bergulirnya mentari menuju peraduan
Membalut rupa gersang ilalang
Berbaur dogma simpati atas ketidakadilan

Pahamkah manusia itu tentang kepastian?
Yang selalu mereka idamkan atas nama kebahagiaan
Sang penentu mereka menyebut, bahwa gelaran laga penuh cahaya warna-warni ini, adalah arena kebahagiaan sejati
Pantas saja wajahnya sumringah
Tatkala merasa tinggi, mengungguli matahari

Disebutnya agama dogma
Sekedar utopia dan kegilaan semata
Padahal mereka lupa, kakek buyutnya memimpikan apa yang mereka alami sebagai mimpi, yang kini mereka rasai bersama sebagai kemajuan

Tinggalah menunggu waktu, hingga janji Tuhan terjawab sudah
Bumi bergulir berputar, menengadahkan tatapan-tatapan sinis, menjadi bencana bagi mereka yang abai
Taman surga halusinasi berubah nyata, menyambut para penggembala cinta dan ketentraman jiwa di tengah hamparan liat kering merona

25 April 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun