Mohon tunggu...
agung pamujo
agung pamujo Mohon Tunggu... -

Penulis buku, editor senior, event organizer dan media planner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

BUMN dan Seleksi Menteri Jokowi

1 September 2014   02:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:58 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BISA jadi saya terlalu berlebihan dengan prestasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).  Faktanya, memang saya kagum dengan BUMN. Tepatnya, BUMN pada era saat ini.
Tentu saja saya tidak sekadar kagum 'buta'. Saya memang merasa 'agak' tahu tentang BUMN era sekarang --khususnya sejak kementerian BUMN dipimpin Dahlan Iskan-- terkait dengan profesi saya sebagai penulis. Saya juga sempat bergabung dengan Majalah BUMN Track, yang sesuai namanya adalah majalah yang khusus mengulas dan memberitakan segala sesuatu tentang BUMN.
Dalam satu kesempatan, saya pernah mengikuti proses penjurian untuk pemilihan CEO (chief executive officer/direktur utama) BUMN terbaik sebagai rangkaian dari kegiatan Anugerah BUMN yang diselenggarakan Majalah BUMN Track. Saat itu, saya ikut menyaksikan sekaligus mendengar paparan beberapa kandidat CEO BUMN terbaik, di hadapan dewan juri.
Saya terpana saat itu mendengar paparan para CEO tersebut terkait dengan rencana pengembangan bisnis dan aksi korporasi lainnya. Saya takjub mendengar kesiapan mereka untuk bersaing bukan saja dengan perusahaan nasional swasta. Namun, juga di pasar internasional, berhadapan dengan perusahaan multinational.
Lebih-lebih, setelah menyaksikan komitmen dan etos kerja jajaran direksi BUMN yang menurut saya kini benar-benar 'beda'. Sudah biasa saya untuk janjian dengan jajaran direksi maupun manajer BUMN di bawah jam 08.00. Atau, sekalian lewat jam 19.00.
Sudah lazim sekarang melihat kantor BUMN sudah 'ramai' sebelum jam 08.00. Atau, sebaliknya, tidak kaget mendapati ruangan-ruangan di kantor BUMN masih sibuk dengan pertemuan atau aktifitas kerja lain, setelah jam 19.00 WIB.
Dengan fakta tersebut, tidak heran jika BUMN kini sering diberitakan makin berperan besar dalam membangun perekonomian Indonesia. Itu diiringi dengan makin banyaknya nama direksi BUMN yang mendapat pujian karena performa dan prestasi hebat mereka. Tidak salah-lah,  banyak nama direksi BUMN yang lantas diprediksi layak menjadi kandidat menteri dalam kabinet mendatang.
Seleksi detik.com
Prediksi tentang kelayakan direksi BUMN sebagai kandidat menteri memang tidak salah. Antara lain, bisa dilihat dalam program seleksi menteri yang kini tengah dilaksanakan oleh situs berita, detik.com.
Situs berita terbesar di Indonesia ini sekarang tengah menjalankan program seleksi menteri yang bisa diikuti lewat www.seleksimenteri.com. Cara pemilihannya melibatkan masyarakat, lalu disaring oleh dewan pakar dan redaksi detik.com. Dewan pakar terdiri dari lima pakar dari berbagai bidang, dan diketuai mantan anggota KPK, Chandra Hamzah. Anggotanya, praktisi komunikasi dan motivator Aqua Dwipayana, pakar hukum dari UGM Refly Harun, pakar IT Onno W Poerbo dan praktisi perbankar Fauzi Ikhsan.
Dalam pengumuman hasil seleksi tahap pertama yang menyaring 88 nama dari sekitar 548 kandidat usulan masyarakat, sebagian di antaranya berasal dari kalangan BUMN. Rinciannya, ada enam sosok yang kini masih aktif sebagai dirut BUMN, dan tiga mantan dirut.
Nama populer Ignasius Jonan adalah salah satunya. Dirut PT Kereta Api Indonesia ini dipilih oleh dewan pakar program seleksi menteri itu, sebagai kandidat menteri perhubungan.
Prestasi Jonan yang sukses membuat KAI kini jadi perusahaan dengan laba ratusan  miliar rupiah, serta keberhasilan dalam mengatur manajemen perkeretapian (baik internal maupun eksternal) tidak perlu diperdebatkan lagi. Bahkan ada yang menyebut, Jonan hampir pasti masuk kabinet mendatang.,
Lalu ada nama Sofyan Basir. Dia adalah Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dua periode memimpin, Sofyan sukses menjadikan BRI bank BUMN dengan laba terbesar. Tahun 2013 lalu, BRI mencetak laba di atas Rp 21,16 triliun.
Atas dasar prestasi pula yang menyebabkan Karen Agustiawan juga masuk dalam kandidat menteri kabinet mendatang. Dirut PT Pertamina ini sukses mengantarkan perusahaan yang dia pimpin mencetak laba Rp 32,05 triliun, tertinggi sepanjang sejarah Pertamina. Yang lebih hebat, di bawah Karen, Pertamina masuk di jajaran 500 perusahaan besar dunia menurut majalah ekonomi ternama dunia, Fortune.
Ada pula Emirsyah Sattar. Dirut PT Garuda Indonesia ini sukses membawa maskapai nasional ini terbang tinggi mencetak berbagai prestasi di mancanegara. Bukan saja di kawasan regional Asia. Garuda juga mendapat pengakuan hebat di antara maskapai dunia. Antara lain, meraih penghargaan nomor satu dalam hal layanan pramugari. Juga berada di peringkat 7 di jajaran maskapai penerbangan terbaik dunia.
Juga dari bidang transportasi, muncul pula nama Richard Joost Lino. Kalau Emirsyah Sattar bidangnya adalah transportasi udara, RJ Lino di bidang kelautan. Lebih tepatnya jasa kepelabuhan. Saat ini, Lino adalah Dirut PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) 2.
Prestasi hebat RJ Lino adalah membangun dan mengembangkan pelabuhan di wilayah kerjanya, secara besar-besaran. Contohnya, dia kini membangun pelabuhan Tanjung Priuk baru dengan biaya Rp 40 triliun. Pelabuhan besar itu diharapkan memperlancar koneksitas antarpulau lewat laut. Atau, yang sekarang popular dengan istilah tol laut.
Sosok Muda
Di bidang kelautan juga ada satu nama lagi: Dr Agus Suherman. Dia adalah Dirut Perum Perikanan Indonesia (Perindo). Awalnya, bidang tugas Perindo hampir sama dengan Pelindo. Yakni, di bidang jasa pelabuhan. Namun, Perindo khusus pelabuhan perikanan.
Agus Suherman lah yang mengubah segalanya. Ditunjuk menjadi dirut Perindo di usia 37 tahun, Agus langsung mengubah kultur di Perindo dengan menjadi korporasi sesungguhnya. Bisnisnya pun meluas, bukan sekadar layanan jasa pelabuhan. Di bawah Agus Suherman, Perindo juga berdagang ikan, merintis budidaya ikan skala industri, membangun pabrik pakan, serta memproduksi dan ekspor makanan olahan dari hasil laut.
Dengan perubahan itu, tidak heran kalau Perum Perindo yang sebelumnya kembang kempis, laba usahanya langsung melesat 500 persen. Agus Suherman pun dipuji Dahlan Iskan, sebagai salah satu dirut yang sukses membangkitkan ''mayat hidup'' (sebutan Dahlan Iskan untuk BUMN yang hidup segan, mati tak mau).
Prestasi di korporasi bidang perikanan dan kelautan, serta usia relatif muda, membuat Agus Suherman masuk unggulan kandidat Menteri Kelautan dan Perikanan. Itu masih ditambah lagi dengan pengalamannya di birokrasi sebagai pegawai negeri sipil, plus kepakarannya. Dia adalah doktor ilmu kelautan dari IPB dengan catatan khusus: meraih gelar doktornya dalam usia 31 tahun.
Di luar enam nama tersebut, ada tiga nama lagi yang masuk dalam 88 kandidat menteri versi detik.com, yang masih ''berbau'' BUMN. Yakni, Fahmi Idris, mantan dirut Askes yang sekarang memimpin Badan Jaminan Pemeliharaan Sosial (BPJS), Zaim Uchrowi (mantan Dirut Balai Pustaka yang juga mantan Ketua Dewan Pengawas Antara), dan tentu saja Dahlan Iskan sendiri.
Sebelum menjabat Menteri BUMN, Dahlan Iskan adalah Dirut PLN. Saat di PLN, dia bukan saja sukses mengubah kultur kerja di BUMN listrik itu menjadi mental dengan kerja, kerja, kerja. Namun, sekaligus menggenjot PLN untuk mencapai dua hal sekaligus: memenuhi tugas layanan penyediaan listrik, dan meraih profit.
Saat kemudian dipromosikan sebagai Menteri BUMN, Dahlan Iskan  menularkan virus kerja, kerja, kerjanya itu ke jajaran BUMN. Itulah antara lain yang membuat banyak direksi BUMN makin berkualitas. Itu pula  salah satu sebab, mengapa banyak direksi BUMN yang dilirik untuk memperkuat kabinet mendatang.
Agung Pamujo, penulis lepas..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun