Mohon tunggu...
Pams Saniscara
Pams Saniscara Mohon Tunggu... -

... Tuhan tahu untuk apa ada goresan pena hitam pd kertas putih, bukan unt mengotori yg putih, tp unt memberi makna padanya, krna yg bermakna itu yg berwarna ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sri Begawan Rupiah Gawe Sentosa

3 Juli 2013   19:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:03 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bapak, Keng Putri ingat pesanmu tentang bangsa bobrok ini.

Keng Putri slalu genggam weling untuk tidak korupsi, eksploitasi, intimidasi bahkan premanisasi. Karna, hanya itu yang Bapak weling di jam akhir hidupmu.

Benar Bapak, sia-sialah merenovsi bangsa ini. Mungkin, Soekarno pun akan termangu, Mr. Hatta akan menutup muka dan Sjahrir akan melempar topi putih, saat melihat SDM bangsa t’lah lantak.

Saat orang miskin butuh atap rumah, ada saja yang malah gegerkan kursi (Banggar) DPR. Saat banyak buruh ter-PHK, ada saya yang main kolusi-nepotisme di perusahaan. Saat orang cilik giat geli mobil eksekutif, malah muncul wacana BBM Non-Subsidi. Saat banyak pengemis di perempatan minta recehan, ada saja yang didakwa kasus korupsi. Saat orang melarat tambah melarat, malah muncul pengakuan “Kemiskinan di Indonesia Menurun”.

Engkau pesan Bapak, pada Keng Putri, “Kamu jangan sekali-kali jadi pejabat. Jadilah aktivis biar kamu bisa menangis bareng pengemis, residivis dan hati rakyat yang teriris-iris. Pejabat itu tidak tanggap darurat, Cuma cari duit di tangan rakyat, karna mungkin pejabat itu penjahat, orang kaya yang slalu merasa melarat”.

Maka, bertahun lamanya Keng Putri menolak jadi pejabat. Jadilah artis. Hanya beda kata dikit, Bapak, dengan aktivis. Tapi, Keng Putri bisa terkenal tanpa makan duit rakyat. Memang benar, Bapak. Melihat hanyalah naif, seperti singa yang melihat buaya makan rusa. Artis itu singa yang bisanya mengaum, takbisa berlari seperti hakekatnya. Benar, Bapak. Jadi aktivis itu solusi tepat.

Sekali lagi mudah, Bapak. Mudah dari artis jadi aktivis. Ya, karna SDM sini bobrok. Tapi, lebih menantang lagi kalo jadi pejabat. Pejabat yang aktivis didukung aura artis. Itulah Keng Putri, Pak.

Jadi pejabat itu enak juga. Tangan sering diminta tanda tangan, menerima kuitansi, dan lalu memasukkan diri di saku baju. Ini sudah dikondisikan, terstruktur. Kami khan pemikir ideologi. Otak ini modalnya. Pak, jangan kaget ya...!! Sekali lagi, ini sudah dikondisikan. Dan, sesungguhnya bangsa ini cuma butuh uang. Para aktivis tinggal kasih seratur ribu per kepala, diam sudah. Ya, itu duit rakyat khan juga buat rakyat ujung-ujungnya. Mereka yang dulunya pemberontak, sekarang duduk diam pasca jadi anggota DPR. Ya khan, itu cuma masalah duit.

Jangan heran, Pak, tatkala Keng Putri kena korupsi. Bagi kami, itu adalah halal, sebuah syarat untuk jadi pejabat permanen. Persetan dengan berita media. Keng Putri pokoknya kerja di tempat yang sekali lagi sudah dikondisikan. Pak, urusan dunia memang dosa, sementara surga urusan di hari tua. Sekarang lihatlah, Keng Putri gagah di pengadilan menampik segala cobaan. Untunglah, ada akal yang buat sandiwara pengadilan jadi rame. Makin lama sidangnya, makin untung juga tuh media. Lihat, Pak, kasus korup Keng Putri bisa bikin untung: hakim dan segenap staf pengadilan, berbagai merk media, bahkan para pembuat kaos yang memuat gambar Keng Putri di kaos itu bertulis “Awas, ada koruptor galak”.

Biar, Pak, biar. Sepuluh tahun hukuman Keng Putri, tapi bisa tujuh tahun jadinya. Haha..., memang bobrok bangsa ini. Itu, sudah Keng Putri siapkan 2 M untuk tebus sepuluh tahun jadi setahun. Ya, duit itu tujuan hidup kami.

Maka, doakan kami. Jangan tobatkan kami, tapi doakan biar uang di Indonesia merata. Biar orang miskin tambah sedikit. Biar alam ini belum dikelola pribumi. Biar anak kami jadi cerdas. Bahkan, biar presiden pun turun. Karna, hanya ada satu presiden kami :Yang Terhormat Sri Begawan Rupiah Gawe Sentosa. Ya, Begawan Rupiah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun