Masyarakat kota Surabaya pasti sudah tak asing lagi dengan cuaca panas yang menerpa kota pahlawan ini. Suhu dan kelembaban udara di Kota Surabaya yang tinggi, membuat seseorang harus memiliki kecukupan cairan yang cukup (Mita Andriana et al., 2019). Panas yang terasa sangat menyengat membuat masyarakat harus was-was terhadap sejumlah masalah kesehatan, misalnya kekurangan cairan dalam tubuh atau dehidrasi.
Menurut Sari (2017), dehidrasi adalah suatu kondisi kehilangan cairan tubuh yang berlebihan dikarenakan penggantian cairan yang tidak cukup sehingga mengakibatkan tidak terpenuhinya asupan tubuh dan terjadi peningkatan pengeluaran air. Kebiasaan salah yang justru sering dilakukan oleh masyarakat adalah hanya mengonsumsi air minum jika dirasa haus, padahal rasa haus merupakan ciri seseorang sudah mengalami dehidrasi (Susi Febriani Yusuf1, 2023).
Dampak yang akan ditimbulkan jika tubuh mengalami dehidrasi yaitu kelelahan, akibatnya tubuh menjadi lemas dan malas untuk beraktivitas fisik. Jika dehidrasi beranjak ke arah kronis, maka akan meningkatkan risiko penyakit batu ginjal, infeksi saluran kencing, konstipasi, kanker usus besar, obesitas, dan gangguan kesehatan serius lainnya (Ernovitania & Sumarmi, 2017).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dehidrasi yaitu dengan cara sebagai berikut.
1. Minum air mineral
Agar terhindar dari dehidrasi, Kemenkes RI menyarankan untuk konsumsi air putih sebanyak 8 gelas berukuran 230 ml atau setara dengan dua liter per hari.
2. Mengonsumsi buah dan sayur yang kaya akan air
Umumnya, makanan untuk mengatasi dehidrasi berasal dari sayur dan buah dengan kandungan air sebanyak 90% atau lebih (Ratnaningsih, 2011).
3. Minum oralit
Menurut Pieter & Kushartanti (2022), saat dehidrasi diperlukan elektrolit yang terlarut dalam cairan tubuh turut hilang bersama keringat.
Mengetahui banyak penyakit yang dapat berkembang sangat cepat akibat dari dehidrasi, maka penting bagi masyarakat untuk secara rutin waspada terhadap pemeliharaan cairan tubuh agar terhindar dari dehidrasi (David R. Thomas MD, 2008).