Mohon tunggu...
Pamela Barrington
Pamela Barrington Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menganalisis Film Animasi "How To Train Your Dragon"

4 Juli 2024   20:50 Diperbarui: 4 Juli 2024   20:59 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu kegiatan yang digemarkan oleh anak muda pada jaman sekarang yaitu menonton video pada aplikasi YouTube. Saya pun merupakan salah satu yang senang mengisi waktu kosong saya dengan menonton video yang berada di YouTube, sehingga pada suatu hari ketika saya sedang mencari inspirasi untuk menulis artikel, saya menemui video berjudul "Therapist Reacts To HOW TO TRAIN YOUR DRAGON". Saya mengingat kembali film animasi yang pernah saya lihat di masa kecil saya, dan memutuskan untuk menonton video tersebut. Ketika video berakhir, saya pun ingin menuliskan sebuah analisis mengenai film How To Train Your Dragon.

Tema yang saya angkat dalam artikel ini yaitu "Hubungan Ayah-Anak, Penerimaan Diri Sendiri, dan Mengejar Jalan Anda Sendiri". Sebagai refrensi, dalam video YouTube yang saya tonton terapis Jonathan Decker dan Alan Searight membahas tema-tema film tersebut, menyoroti bagaimana Hiccup, sang protagonis, berjuang untuk diterima di komunitas Vikingnya dan mendapatkan persetujuan ayahnya.

Hiccup ingin menjadi pembasmi naga seperti ayahnya, Stoick, tetapi keterbatasan fisik dan belas kasih bawaannya menghalanginya untuk mencapai ini. Stoick mendorong Hiccup ke gaya hidup Viking, yang menyebabkan keretakan di antara mereka. Perjuangan ini mencerminkan tekanan yang sering dihadapi orang muda untuk menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat atau orang tua.

Meskipun merasa seperti orang luar, Hiccup berteman dengan Toothless, seekor naga Night Fury yang terluka. Persahabatan yang tidak terduga ini memungkinkan Hiccup untuk menemukan kekuatannya sendiri dan mengembangkan jalan yang merangkul bakat uniknya. Dia belajar bahwa penerimaan sejati datang dari merasa nyaman dengan diri sendiri dan mengejar hasrat Anda.

Film ini menekankan pentingnya komunikasi terbuka dalam hubungan yang sehat. Perjuangan awal Stoick dan Hiccup berasal dari ketidakmampuan mereka untuk benar-benar mendengarkan dan memahami perspektif satu sama lain. Ketika mereka akhirnya melakukan percakapan dari hati ke hati, ikatan mereka semakin kuat.

Sepanjang film, baik Stoick maupun Hiccup menunjukkan pertumbuhan. Stoick belajar menghargai individualitas Hiccup dan menerima manfaat tak terduga dari naga. Hiccup memaafkan penolakan awal ayahnya dan mengerti bahwa perubahan membutuhkan waktu.

Film ini menggambarkan hubungan ayah-anak yang tidak sempurna tetapi pada dasarnya kuat. Mereka mengalami konflik, kesalahpahaman, dan kekecewaan, tetapi cinta dan rasa hormat mereka satu sama lain tetap konstan. Ini menyoroti kenyataan bahwa bahkan hubungan yang sehat membutuhkan upaya dan pengertian yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun