Mohon tunggu...
Gendis Pambayun
Gendis Pambayun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan peramai dunia dan pengedukasi kesehatan jiwa

Seorang penyuka makanan pedas, penyuka seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja..Kutemukan Hati II

14 Februari 2010   09:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:56 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_74162" align="alignleft" width="124" caption="ilustrasi pinjam mbah google:Marizuari"][/caption]

Senja lembayung di sebalah barat telah berganti warna kelam, menyambut malam. Rizal masih di dalam mall untuk mencarikan pakain Lina, hatinya bergemuruh penuh rasa yang tak bisa diungkapkan, sedikit khawatir dalam hati.

“Apakah Aku tidak jadi bahan tertawaan saat kubayar pakaian ini..?” Batin Rizal sedikit galau, namun mau bagaimana lagi semua sudah terjadi akhirnya dengan langkah mantap Risal menuju ke stand pakaina dalam wanita. Semakin bingung Dia, harus warna apa dan nomer berapa yang biasa di pakai Lina.

“Tak ada jalan lagi aku harus menelponnya untuk minta pendapat, sekalipun aku sangat muak dengan tingkahnya tapi Dia adalah ayahku sendiri “

Demikian hati Rizal membatin. Dikeluarkannya telpon genggemnya dari kantong celana, kemudian Dia mulai memencet sebuah nama “Salam “.

“Hallo..hallo..Pah..nich Rizal..”

“Ya..hallo..ada apa Zall” Suara di sebrang menjawab dengan gagahnya.

“Pah…Papah kan ahli dalam hal wanita..tolong….. Aku diberi masukan, biasanya cewek suka pakai pakaian dalam warna apa ya?”

“Hahahahahahahahahahhaahha…..ternyata anakku sudah jadi lelaki sesungguhnya…”Jawaban suara yang dipanggil Papah dengan tawa gelak penuh rasa bangga.

Memerahlah wajah Rizal mendengar jawaban dari seorang yang di panggil Papah tersebut dan sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tak ada yang melihatnya dan mendengar pertanyaanya.

“Cepatlah, Pah…dan tolong Papah jangan salah paham....tolong cepat katakana warna apa?”

“Hahahahahahahahhaha….Merah Zal..ceweknya putih apa hitam?  Merah dengan tali disamping ya"

Ekspesi wajah Rizal seketika merah padam mendengar gelak tawa dan jawaban yang kontroversi itu.

“Gila!! Masa merah…Papah memang gak kira-kira sudah tua gak sembuh-sembuh…ahhh.”

Spontan mata Rizal terbelalak dan memandangi telponnya, dan tanpa ingin melanjutkan pembicaraan atau mengucapkan terimakasih Rizal menutup telponnya dan mengantonginya kembali.

Sesaat memori Rizal kembali kemasa lalu. Dulu Mamah sering menagis bila mendengar Papah sedang ada main dengan wanita lain, namun lama-lama Mamah kebal, karena tiap kali Papah merasakan kebosanan selalu kembali pulang kepada Mamah dan wanita-wanita itu diceraikannya.

“ Aahh…Aku selalu kasihan sama Mamah..yang selalu menangis ketika Papah menggila. Aku tak ingin seperti Papahku…hati Mamah akan makin hancur bila Aku mengikuti jejak Papah yang suka mempermainkan wanita..namun Aku tetap bangga jadi anak Papah, tak pernah sekalipun Papah melakukan perbuatan gila kecuali berkali-kali menikah.” Senyum Rizal menembang. Tersadar Dia akan apa yang harus dilakukannya kemudian tangannya dengan cepat memasukkan pakaian dalam warna cream kedalam kantong belanja. Rizal tak menjadikan saran Papahnya sebagai alternative, namun Dia menentukan sendirimenurut hatinya.

Dilangkahkannya kakinya menuju kasir dengan langkah segera dan hati berdebar keras. sambil menahan perasaan yang tak menentu dan menekan hati agak mampu menutupi kegrogiannya, Rizal sampai di depan kasir.

“Mbak…sudah..”

Disodorkannya kantong belanja kepada petugas kasir. Kebetulan kasir waktu itu sedang sepi sehingga Rizal tak perlu menanti lama. Petugas kasir mengambil baju dari dalam kantong belanja dan melihatnya,  kemudian petugas tersebut menegaskan barang tersebut kepada Rizal.

“Mas, bajunya ini betul..?”

“Ya..Mbak.”

Dan petugas kasir mengetik harga baju kekeyboard computer,kemudian tangannya mengambil lagi di dalam kantong belanja tersebut. Ketika memandang bentuk belanjanya petugas kasir tersenyum dan kemudian,

“Dan pakaina dalam inijuga betul kan?”

Sambil memperlihatkan pakaian dalam tersebut kepada Rizal. Seketika rasa hati Rizal semakin kentara debarannya, namun dengan sikap yang cool dan mantap Dia menjawab

“Ya, betul.”

“Ukurannya sudah pas, Mas..” goda petugas kasir tersebut sambil mengetik memasukkan harga.

Rizal menahan gemuruh hatinya dengan sangat, andai pantas akan lansung direbutnya pakaian dalam tersebut dan dimasukkan dalam kantong plastik agar tak terlihat pengunjung lain, namun apa daya sistem harus seperti itu. Ketika membeli harus membayar.

“Berapa Mbak..”Rizal mengalihkan pembicaraan.

“Empat ratus tujuh puluh lima ribu, Mas”

Kemudian Rizal mengeluarkan ATMnya. Dan transaksipun selesai, kemudian Rizal menerima barang belanjaan dan pergi berlalu diiringi senyum menggoda dari petugas kasir dan pelayang mall tersebut.

Sebuah pengalaman yang belum pernah dilakukan dalam seumur hidupnya, baru kali ini Dia memlakukan yang seperti ini. Rizal adalah anak lelaki semata wayang pengusaha real estate yang bernama Salam Tempel tinggal di Jakarta. Lina dan Rizal adalah sahabat dari SMA. Mereka berdua alumni SMA Negri 45 Jakarta Selatan. Rizal walau bukan seorang aktifis kampus tetapi dia sangat pandai IPKnya dari semester partama sudah bisa mencapai 3.10, sebuah prestasi luar biasa untuk seorang mahasiswa teknik sipil di UGM.

“waduhhhh….ternyata lebih mudah memecahkan hitungan dan mengambar matrik daripada Aku harus membeli pakaian dalam, tak pernah sekalipun Aku ujian mata kuliah sampai berkeringat dingin seperti ini,  membeli pakaian dalam di dalam ruangan ber-Ac ini bagai di dalam ruangan terdakwa,  keluar semua keringat dinginku.” Batin Rizal sambil melangkah pergi dengan gerakan setengah berlari.

Malam tanpa bintang, mendung masih menggelayut tanpa rasa diantara kabut. Kabut malam semakin terasa menggigit menresap dalam tulang mimbulkan gigi bergemeretek. Rizal membuka pintu mobilnya dan mendapati Lina telah terbangun dari tidurnya.

“Hai…”sapanya lembut.

“Bagaimana?? Sudah tenangkan hatimu?? Bagaimana kalau kau ganti pakaian dulu biar hangat.” Sembari memberikan bungkusan yang baru saja dibawanya dari dalam mall tersebut. Tak ada jawab dari bibir mungil nan seksi itu. pandangan matanya hampa, tanpa ekspresi.

NB: cerita ini hanya fiktif belaka, namun bila ada nama atau tempat kejadian yang sama itu hanya secara kebetulan saja.

selamat menikmati dan nantikan kisah selanjutnya

Porjo, 14-Februari 2010

16.32WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun