Mohon tunggu...
Gendis Pambayun
Gendis Pambayun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan peramai dunia dan pengedukasi kesehatan jiwa

Seorang penyuka makanan pedas, penyuka seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja...Kutemukan Hati

13 Februari 2010   10:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:56 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_73659" align="alignleft" width="124" caption="ilustrasi : marizuari, Mbah goole"][/caption] sore itu gerimis masih setia membasahi bumi menyentuh dedaunan,  dengan lembut seolah tak ingin menyakiti, tiap tetesnya terjatuh dengan pelan membuat aluan dedaunan menari riang. Sebaliknya yang dirasa Lina, Lina masih memandangi dengan semu tetesan gerimis dari balik jendela kamarnya. Semu yang tak mampu di artikan lagi, entah duka, suka ,bahagia, atau gembira. Masih jelas terlintas dalam bayangan  Lina. "Sayang kau terlalu baik untukku maafkan aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita." kata-kata itu meluncur dari seorang lelaki yang sangat Lina cintai. "Mengapa? Kenapa? Ada apa? Mas lagi bercanda ya?" sahut Lina dengan masih tersenyum manis. "Aku serius, ini bukan canda, aku dijodohkan orang tuaku dengan gadis kampungku." jawab lelaki itu sambil menunduk "Aku tidak percaya, Mas" tanpa terasa airmata Lina menetes di pipi. "Terserah kau percaya atau tidak, aku hanya ingin mengatakan hal ini kepadamu, bahwa aku sudah tidak bisa meneruskan hubungan kita lagi" kata-kata lelaki itu bagai halilitar yang menggelegar mengagetkan jantung Lina. tak mampu Lina menjawabnya dan taksanggup pula Lina menahan airmatanya yang jatuh membasahi pipinya. Hatinya serasa mati dan bibirnya kelu tak mampu berkata-kata lagi. Tanpa berkata-kata lagi dan tanpa mandang Lina lelaki itu pergi meninggalkan Lina dengan tanpa perasaan dan berlalu tanpa menoleh lagi. Lina menatap punggung lelaki tersebut dengan linangan airmata dan perasaan yang tak mampu diungkapkan. Sekujur tubuhnya bergetar, tak mampu lagi kakinya menopang tubuhnya.  Tanpa terasa terjerembah duduk di tanah sambil menangis, tak perduli orang-orang yang menyaksikan dan memandanginya, tak perduli pula pada gerimis yang membasahi tubuhnya, bukunya, makalah yang akan di pesentasikan besok, yang ada hanya rasa, rasa yang sakit teramat sangat, lelaki itu yang telah sekian lama menemaninya dalam canda dalam tangis dan kini meninggalkan dengan alasan yang sangat-sangat klise dantanpa sebab apapun apapun. Padahal semalam mereka baru saja menyaksikan theater di aula kampus bersama. "Lin...Lin..kamu kenapa ayo bangun, bangun, hujan sebentar lagi deras" tiba-tiba seorang lelaki membantu membangunkan lina dari duduknya dipinggir jalan. Lina tak mampu menjawab, airmatanya semakin berlinang tak bisa ditahankan lagi. "Ayo..Aku antar kamu pulang.." ajak lelaki tersebut. Lina tak menghiraukan ajakan tersebut namun dia hafal suara siapa itu. "Tolong .......tolong...bawa aku pergi..pergi tinggalkan kampus ini, pergi tinggalkan Jogja..tolong ....tolong aku, Zal" sambil terseduk Lina meminta Rizal sahabatnya untuk membawanya pergi. "Kemana ..kemana harus kubawa kamu, sedangkan kamu dalam keadaan seperti ini?" Rizal tak sanggup memandang Lina yang berlinang air mata. " Kemana saja asal jangan di sini, asalkan Aku bisa pergi menjauh dari Kota ini."Lina memohon dengan penuh harap dan masih tersedu-sedu. Rizal tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya, namun dia juga tidak mungkin meninggalkan lina dalam keadaan scok seperti itu sendiri. akhirnya Rizal mengajak Lina pergi. "Baiklah kita cari baju dulu agar kau bisa ganti, ayooo......" Rizal memapah Lina dan membukakan pintu mobil sedan  civicnya kemudian mengangkat tubuh Lina masuk untuk duduk di dalam mobilnya. kemudian Rizal meluncurkan mobilnya menuju keutara kota Jogjakarta. memasuki kota Magelang, Lina masih terlihat wajahnya penuh airmata. saking lelahnya hingga  akhirnya lina tertidur. Bukan hanya lelah badan namun dia juga lelah hati. Rizal menyetir sesekali memandangi wajah Lina, ketika tahu Lina telah memejamkan mata ada sedikit perasaan lega dihatinya "Lin..ada apakah gerangan dirimu sampai seperti ini? Aku seperti tak mengenalmu dalam keadaan yang seperti ini. Kau adalah gadis yang lincah, cerdas dan menjadi idola di kampus, seorang aktifis dan mahasiswa aktif yang tak pernah bersedih, ada apa ini?" berbagai pertanyaan timbul dalam hati Rizal namun tak ada satupun yang terjawab olehnya. Memasuki kota Magelang, pelan-pelan Rizal menyusuri jalanan hingga memasukialun-alun Magelang Beberapa kali Rizal mengitarinya alun-alun tersebuut. akhirnya diputuskan untuk berhenti di sebelah timur alun-alun, disitu ada Mall terdekat dengan parkiran yang luas. Mobil di parkir, Rizal keluar dari mobil dibiarkannya Lina tertidur dan Dia melangkah masuk kedalam mall tersebut, langkahnya terhenti di stand pakaian wanita kemudian dia memilih pakaian yang ukurannya pas, namun agaksedikit bingung Dia , "bagaimana dalamannya ya? batin Rizal. Tak sadar Risal tersenyum sendiri..ah kira2 saja dech..kasihan daripada nanti sakit. Kemudian Risal membayar dikasir. Tanpa berminat untuk membeli yang lainnya Risal kembali kemobilnya. bersambung. mohon maaf cerita ini hanya fiktif belaka bila ada nama, atau tempat kejadian yang sama dengan pelaku penulis hanya mohon maaf yang sebesarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun