Semenjak ditetapkannya keris sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanityatau mahakarya warisan kemanusiaan yang berwujud tak benda oleh UNESCO pada tahun 2005, pengetahuan tentang keris maupun tosan aji lainnya belum pernah diajarkan di sekolah-sekolah, baik tingkat dasar, menengah, maupun atas. Hal ini terjadi karena pengetahuan tentang tosan aji tidak dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Padahal keris atau tosan aji yang lain misalnya tombak maupun pedang yang diciptakan dengan menggunakan teknik tempa lipat telah dibuat hampir di seluruh wilayah Indonesia mulai zaman proto sejarah.
Penyebaran pengetahuan tentang keris selama ini didapat melalui berbagai workshop, internet, pameran ataupun diskusi yang diselenggarakan oleh komunitas-komunitas pecinta tosan aji secara mandiri yang biasanya hanya dihadiri oleh pecinta tosan aji. Sebagai kebanggaan bangsa dan salah satu cara agar pengetahuan tentang keris tidak punah dan semakin dicintai oleh masyarakat maka sangat perlu pengetahuan tentang keris dikenalkan dan diajarkan di sekolah formal, hal ini juga sebagai perwujudan cinta tanah air dalam hal seni dan budaya.
Banyak hal yang bisa kita pelajari dari keris, misalnya tentang teknik dan bahan-bahan pembuatan keris, sejarah, estetika, etika, ekonomi, maupun nilai-nilai filosofi yang diajarkan melalui simbol-simbol tertentu pada keris. Tentunya hal itu tergantung dari sisi mana kita mempelajarinya.
Sebagaimana semboyan yang sering didengung-dengungkan bahwa bangsa yang besar ialah bangsa yang menghormati dan melestarikan budayanya sendiri, maka sudah selayaknya pengetahuan tentang keris yang merupakan hasil budaya asli bangsa kita mulai dikenalkan dan diajarkan di sekolah formal, baik sebagai muatan lokal atau sub materi dari mata pelajaran misalnya seni budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H