Aku memanggilmu, Nur
Aku beri tahu padamu tentang ini, Nur
Bahwa bahagia itu hal keniscayaan
Serupa senja, bahagia akan singgah walau sejenak
Bahagia akan selalu berarak kembali dan datang menempuh jejak-jejak misterinya .
Aku bisikan padamu, Nur
Bahwa kenikmatan itu tidaklah terletak pada sebuah kekuasaan
Kekuasaan itu hanya serupa hujan yang turun sekedar membasuh luka
Ada rasa perih setelah jabatanmu berlalu dirajam sang waktu
Seribu kota kudatangi, Nur.
Bahagia itu akan datang di gambaran angan anganmu
Tapi bukan di balik keindahan Pattaya dengan kemolekannya
Juga bukan pula di Pulau Maladewa, tempat berbulan madu
Atau di balik gemerlap wajah -wajah tampan menawan.
Kesemuan yang akan lenyap dalam sekejap.
Manusia itu terlahir suci dan meninggal menuju kesucian
mengisi esensi takdir kehidupan yang mesti kita terima
Tidakkah kau lihat Alam semesta diciptakan oleh-NYA dengan segenap hikmah?
Bukan ruang kosong yang tak bermakna, disana milyaran galaksi menghias,
Mari bertafakur di galaksi luhur
Bahagia itu akan datang,
Kenikmatan  menuju proses abadi.
Keberagaman manusia, kebhinekaan budayanya
penuh wajah-wajah pengharapan
Dan setiap kutanya " Apakah kamu bahagia?"
Mereka menjawab " iya!" dengan sejuta harapan
Dan kebanyakan kita memang sedang meniti bahagia menuju pengharapan
Bagi pengelana yang haus, sedang mencari oase
Ingin rasanya meneguk harapan baru tahun ini
Menemukan bahagia,
Melihat pemimpin jujur menuju Indonesia lebih maju, tanpa pencitraan.
Semarang, 24 Maret 2014
@dion_erbe