Mohon tunggu...
I.P Kamis
I.P Kamis Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Menulis itu penting dan mudah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Kesantunan dan Teroris: Janganlah Karena Nila Setitik Rusak Susu Segelas

6 September 2012   14:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:50 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berita tentang penembakan yang terduga teroris oleh Densus 88 di solo, sangat masif menghiasi ruang media kita. Kembali suhu teror terasa semakin meningkat. Jika melihat sosok terduga teroris dan pengakuan dari keluarga mereka, maka sudah menjadi tesis umum bahwa, seorang teroris, tidak mudah dikenali dilingkungan mereka, perilaku mereka begitu santun dimata orang terdekat mereka. Sehingga tidak heran, banyak orang-orang terdekat kaget begitu mendengar berita penangkapan, penembakan. Thesis: para penyebar teror umumnya berperilaku santun di tengah keluarga dan masyarakat.

Thesis ini memimpin kepada kesimpulan bahwa bisa saja, para pelaku teror adalah orang-orang yang disekeliling kita, yang berperilaku santun. Maka kemungkinan bisa terjadi, jika kita lagi sial, bisa jadi korban teror  dimana saja. Lagi asyik jalan, tiba-tiba bom menggelegar, lagi asyik makan dipinggir jalan, tiba-tiba dar der dor tembakan terdengar. Masih syukur, kalau lidah api, dan lontaran peluru tidak mampir dengan tidak sopan ke bagian tubuh kita. Intinya dimana saja kegiatan teror bisa terjadi.

Penting juga untuk memperhatikan orang-orang disekitar kita. Sekadar berperilaku awas, meskipun bukan paranoid. Karena tidak ada gunanya paranoid, malah curiga berlebihan, menguras energi kita untuk memikirkan kemungkinan demi kemungkinan, calon pelaku demi calon pelaku. Pas mau naik pesawat, terbersit pikiran jangan-jangan diantara penumpang pesawat ada yang berniat teror, jangan -jangan di ruang bagasi, sudah ada bom rakitan dengan timer-nya ada remote kontrolnya. Atau pas lagi berkendaraan di jalan raya, mikir, jangan-jangan entar sepeda motor dengan penunggangnya yang menenteng pistol bermuatan peluru tajam dari arah belakang, atau jangan-jangan dilubang got udah ada bom peralon yang tertanam dan sebagainya. Udah ah mikirnya jangan kejauhan. Cukup waspada saja, termasuk ketika berada bersama orang-orang santun yang ada disekitar kita. Saya mohon maaf dengan orang santun yang benar-benar santun tidak berniat teror. Tapi gara-gara kesantunan sang pelaku teror maka orang-orang yang benar-benar santun jadi ikut kena getahnya dicurigai. Semoga orang-orang yang benar-benar santun, tetap sabar, dan tetap terus santun,sehingga lama-lama, yang tadinya curiga, menjadi normal lagi. Hidup kesantunan, jangan berhenti karena dirusak oleh satu dua orang yang berniat jahat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun