Mohon tunggu...
Palupi LC
Palupi LC Mohon Tunggu... profesional -

Master Student of Center for Religious and Cross Cultural Studies at Gadjah Mada University\r\nInstagram : palupilupitta\r\nTumblr :mimpinglukisartstudio\r\nBlogger : mimpinglukishowtodraw\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dasyatnya Gaya Analisis Tetangga, dari Tebang Pohon Sampai Pasang Terop

12 April 2014   08:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:46 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat merupakan bentuk komunitas yang aneh. Dalam hal informasi , mereka seperti dukun saja, mereka bisa tahu kabar ini dan itu dalam sekejap. mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang "katanya" terpercaya dan mengambil kesimpulan secara mengagumkan. Dalam masyarakat, tetangga merupakan unsur yang sangat penting. mereka adalah pemegang kontrol sosial dan kontrol informasi. Nah, biasanya yang memegang informasi paling banyak biasanya adalah Ibu-ibu, tukang angkringan, tukang sayur, pedagang di pasar pokoknya tempat-tempat misterius seperti itulah. di desa saya , pemegang kekuasaan tertinggi dalam pusat informasi pergosipan adalah pedagang bakso yang membuka warungnya di toko depan pasar desa. berbagai informasi tentang tokoh-tokoh masyarakat tidak ada yang tidak dia ketahui. misalnya, berita perselingkuhan, perseteruan antara ibu dan anak, serta perceraian.  tetanggaku yang punya pacar baru pun pada akhirnya menikah karena risih dengan gossip tetangga. tetapi pada dasarnya tetangga mempunyai kekuatan yang hampir sama dalam upaya kontrol sosial,,hehe.

Sekarang ini, dari sekian banyak gossip yang bergulir, tentang seteru antara tetangga yang punya toko kelontong di pasar dengan seorang terpandang di desa saya. Ibu saya akhir-akhir ini ternyata menjadi bagian dari beberapa berita yang sedang tersebar. Begini certianya, kebetulan rumah saya ada di pinggir jalan raya aspal yang tidak terlalu lebar , disepanjang jalan raya desa tersebut di tanam pohon asam yah sebagai upaya untuk merindangkan jalan.  Tepat di depan rumah saya terdapat satu pohon asam yang sudah lumayan tua, tinggi menjulang dan rindang. Baru baru ini orang tua saya sedang rajin merawat rumah, dengan men-cat tembok luar dan dalam ruangan, bersih-bersih langit-langit, termasuk memangkas pohon asam tersebut dengan menebang sebagian pohon sehingga tinggal separuh.

Suatu hari sewaktu ibu saya berjualan di toko di area pasar seperti biasa, ibu mantan carik desa yang tinggal di samping rumah ku datang  ke toko ibuku, dan bertanya, “buk, mau ada gawe ya?”, ibu saya hanya menjawab singkat, “lho lha pripun lho bu?” (lho lha gimana tho bu?)  kata ibu saya kaget.” lha niku kok pohon asem di depan rumah di tebang ,halaman rumah dibersihin, apa mau pasang terop?”. jrengg ibu saya mulai bingung, masalahnya ini yang nanya adalah termasuk orang penting dan memiliki kedudukan terhormat di desa saya. Dulu sewaktu tembok depan dan pilar depan di cat dan dibersihkan juga menimbulkan pertanyaan yang sama dari beberapa tetangga, namun ibuku mampu memberikan jawaban yang masuk akal untuk menghindari gossip dengan jawaban, “ lha memang anak saya sudah besar-besar, yo siap-siap aja kalau nanti, ada apa-apa(ada gawe)biar gampang" atau jawaban menggantung yang lain.  Namun, masalah pohon asem ini hahh .. ternyata cukup sulit untuk dihindari.

Pertanyaan BU Carik tersebut, coba ibu saya hindari dengan  hanya  menjawab “ geh pengestune mawon buk, mugi-mugi gek ndang gadah damel “ ( ya doain aja bu, semoga segera punya gawe), ibukku berusaha untuk menjawab secara ala kadarnya supaya tidak menimbulkan gossip yang berkelanjutan, namun ya,, kekuatan Ibu-Ibu untuk sebuah keingintahuan itu sangatlah besar maka,mantan Bu Carik yang tidak puas dengan jawaban tersebut mendesak, “Kapan Bu? Januari nopo Februari?, ibuku yang berusaha menutup-nutupi gagal juga melawan pertanyaan dari mantan Bu Carik desa tersebut dan mengatakan, geh taun ngajeng bu (2014),,,           ( yahhhhh,,, gagal deh). Kemudian bu carik menambahkan, “ ya buk, kita kan bertetangga, jadi boleh kok nanti kalo seumpama butuh apa2 gitu tinggal bilang, kalau pelataran rumah saya (pelataran rumah ibu carik memang cukup luas) mau dijadikan tempat parkir ya monggo. “njih bu” kata ibuku mengiyakan, tapi niki mboten sah sanjang sinten-sinten geh bu ( waktu kejadian ini berita ini masih terlalu dini untuk diketahui publik). nah lhoo,,, ungkapan ibuku yang begini malah memferifikasi atau mengiyakan kecurigaan dari bu carik yang kemudian hanya menjawab“ yo nggeh lah bu” kata bu carik menyanggupi. ahhh saya sudah yakin nanti juga akan tersebar, gaya bahasa ibu-ibu macam ini sudah ambigu,, hehehee,,, seolah-olah tembok-pun punya telingan dan mulut, kabar yang sudah terceplos pasti akan tersebar,, hahaha,,, tetapi, meskipun banyak kabar dan desas desus tetangga, sesungguhnya mereka sangat senang apabila dimintai bantuan untuk mensukseskan sebuah acara ataupun hajatan.

Mari hidup Bertetangga

Palupi S. Ngawi 10-Jan-2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun