Sekolah gratis beberapa tahun yang lalu menjadi banyak perdebatan, karena sudah diekspose sebagai program pemerintah tetapi ternyata masyarakat belum merasakan keberadaannya. Bahkan saat sudah diluncurkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pun masih ada keluhan di sana sini bahwa pendidikan masih relatif mahal.
Selanjutnya lebih mengemuka lagi setelah Kemdiknas memperkenalkan adanya Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) maupun Sekolah Rintisan Berstandar Internasional (RSBI). Untuk mensukseskan SBI dan RSBI tersebut dikucurkanlah dana-dana khusus dari APBN maupun APBD Propinsi untuk mendukung kesuksesan program tersebut. Namun dalam kenyataan tetap masih diperlukan support dari komite sekolah terutama dari sisi pendanaan untuk mewujudkan cita-cita memiliki Sekolah Berstandar Internasional (SBI) atau sekedar Rintisan Berstandar Internasional (RSBI). Entah masalah tata kelola keuangannya yang belum akuntabel atau memang demikian besarnya biaya yang dibutuhkan untuk proses belajar mengajar yang memadai bahkan yang berstandar internasional, sehingga seakan sekolah gratis makin jauh dari angan.
Namun syukur alhamdulillah ternyata ada pihak swasta yang memiliki kepekaan membaca permalahan pendidikan tersebut dan berinisiatif untuk mewujudkan sebuah sekolah gratis. Tahun 2012 terdapat kurang lebih 200an siswa SMP di seluruh Indonesia yang mendapat kesempatan untuk menikmati fasilitas sekolah gratis tersebut. Fasilitas tersebut dapat diperoleh setelah melalui proses seleksi administrasi, test tertulis dan test wawancara berupa diskusi kelompok.
Sampoerna Foundation membantu mewujudkan hal tersebut melalui sekolah yang didirikannya "SMA Sampoerna atau lebih populer dengan nama Sampoerna Academy". Sekolah ini menjanjikan pendidikan yang menggabungkan kemampuan akademis dan pembentukan karakter, sebuah sekolah berasrama yang menerapkan pendidikan holistic abad 21 yang tidak hanya menuntut siswa untuk mencapai ranking akademis yang tinggi namun juga kemampuan dan ketrampilan pribadi yang memperlihatkan produktivitas, kreativitas, kepemimpinan dan kewirausahaan. Sekolah ini menerapkan 2 kurikulum pendidikan yaitu kurikulum standar pendidikan nasional dan kurikulum internasional dari University of Cambridge International Examinations.
Investasi pendidikannya sebenarnya sebesar Rp 65 juta / tahun (biaya sekolah, biaya asrama, konsumsi, buku, seragam dan asuransi kesehatan), namun menyediakan pula fasilitas pinjaman pendidikan serta sistem bantuan pendidikan untuk siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu. Tahun 2012 ada kurang lebih 12 anak dari Kabupaten Purworejo dari kurang lebih 200an anak dari seluruuh Indonesia yang memperoleh fasilitas berupa sistem bantuan pendidikan alias sekolah gratis.
Terima kasih Sampoerna Foundation, semoga banyak yang mengikuti jejakmu melahirkan program-program sejenis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H