Perhelatan pemilihan kepala daerah yang akan dilaksanakan secara serentak pada 9 desember 2015, tidak terasa hanya tinggal menghitung hari. Para calon yang akan bertarung pada pesta demokrasi tersebut sudah mulai melakukan pendekatan kepada masyarakat yang memiliki hak pilih. Para pemilih pemula juga tidak luput dari sasaran, ragam cara dilakukan untuk menarik simpati dari pemilih yang dapat digolongkan pada kelompok umur 17 - 21 tahun atau baru pertama kali berpartisipasi dalam pemilihan umum.
Pemilih pemula juga merupakan suatu target tertentu dari partai politik untuk mendulang perolehan jumlah suara karena dianggap belum memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang pemilihan umum. Pemilih pemula dianggap masih berada pada sikap dan pilihan politik yang belum jelas. Opini tersebut didukung pernyataan Herbert H. Hyman, bahwa “75% pemilih pemula akan memilih partai pilihan orangtuanya”.
Hal ini semakin diperparah dengan pendidikan politik ditingkat sekolah yang masih belum optimal. Padahal pendidikan politik memiliki tujuan untuk mensosialisasikan etika politik sedini mungkin kepada generasi muda, pelajar dan pemilih pemula guna mengetahui proses pengambilan kebijakan oleh pemerintah.
Sebagai wujud implementasi demokrasi tempat kedaulatan politik rakyat yang sangat dihargai, pemuda pasca reformasi sudah turut serta dalam menentukan masa depan daerahnya 5 tahun kedepan melalui tahapan pemilihan umum. Namun, yang menjadi pernyataan apakah pemuda dengan pengalaman dan pengetahuan tentang pemilihan kepala daerah yang minim serta belum optimalnya penerapan pendidikan politik sudah dapat menentukan pilihan yang tepat pada pemilukada nanti?
Jawabannya adalah mampu! Era globalisasi dalam bidang teknologi saat ini telah membuka akses informasi tanpa batas. Pemuda yang haus akan perubahan tentu akan memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut demi menambah wawasan tentang seluk beluk politik dan yang terpenting adalah bagaimana perannya sebagai agen perubahan.
9 Desember 2015 nanti adalah suatu momentum bagi para pemilih pemula atau pemuda untuk unjuk diri bahwa dengan hak yang dimilikinya mampu membawa perubahan di tanah air Indonesia. Tidak semata-mata hanya ingin menggunakan hak pilih dan tidak ingin dianggap sebagai golongan putih, namun diharapkan menjadi pemilih yang bijaksana serta berdasar pada hati nurani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H