Ada banyak hal menarik yang bisa diamati pada putaran kedua debat Capres-Cawapres yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat (22/12) lalu. Salah satunya adalah citra Jokowi Sejati yang sangat melekat pada pasangan Ganjar-Mahfud. Citra yang digambarkan melalui pakaian yang digunakan oleh Ganjar Mahfud.Â
Masih ingat apa yang dikenakan Joko Widodo (Jokowi) yang bersanding dengan Maruf Amin pada sesi debat Capres-Cawapres pada 2019?Â
Tampil sederhana dan seakan apa adanya, Jokowi-Maruf paling diingat karena hanya mengenakan kemeja putih, tambahan celana panjang hitam bagi Capres dan baju koko serta kain sarung untuk Cawapres plus peci hitam. Bahkan saat itu ada yang menilai negatif Maruf Amin yang tampil sarungan.Â
Keduanya tampil merakyat dan dimaknai sebagai simbol transparan serta nir noda politik. Nilai-nilai ini juga yang tersirat pada pasangan Ganjar-Mahfud saat Debat Perdana Capres-Cawapres.Â
Tidak seperti dua pasangan calon lain. Pada putaran debat kedua khusus Cawapres 22 Desember lalu, Ganjar-Mahfud tampil beda. Dalam debat yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Ganjar-Mahfud mengenakan busana adat, hingga selop keduanya pun dipadankan dengan produk lokal, Brodo.
Terkait pakaian adat yang dikenakan di awal debat, Ganjar memilih untuk mengenakan produk adat dari Rote, NTT. Baju adat Rote khusus pria terdiri dari kemeja lengan panjang putih polos, dipadukan bersama kain tenun sebagai pengganti celana.Â
Sebagai aksesorisnya, baju adat tersebut dilengkapi Topi Tiilangga dan kalung. Topi adat ini menyimbolkan keperkasaan, kepemimpinan, dan kehormatan laki-laki dalam adat Rote. Makna lain dari Topi TiiLangga ini yang berbentuk tegak dan runcing pada bagian atas, melambangkan sifat pantang menyerah, serta teguh memegang prinsip.
Sementara pakaian adat Pesak dan Odheng dari Madura yang digunakan Mahfud MD pun menyiratkan ragam makna. Sebagai Putra Daerah, Mahfud kerapkali memang mengenakan pakaian adat pesak ini di beberapa momen resmi.
Baju adat pesak terdiri dari kaos garis-garis horizontal berwarna merah dan putih, serta celana hitam. Pakaian khas Madura yang ikonik ini memiliki makna kerendahan hati sekaligus ketegasan jiwa yang tersirat dari warna merah dan putih.Â
Hal ini menyimbolkan keseimbangan yang saling melengkapi, cocok dengan karakter Mahfud yang Tas-Tes dalam penegakan hukum di Indonesia.