Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seharusnya Anas Meniru Jokowi

21 Januari 2014   19:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anas dulunya disebut sebagai tokoh muda yang akan bersinar di dunia politik. Bahkan ada yang berani menyatakan Anas adalah calon pemimpin negara ke depan. Kemampuan Anas dalam meraih dukungan dan mempengaruhi seseorang memang menunjukkan kualitas kepemimpinan Anas. Hebatnya kepemimpinan Anas mampu mengalahkan pengaruh Presiden SBY di Partai Demokrat.

Anas memang sukses mengalahkan SBY di Partai Demokrat. Calon yang diusung oleh SBY dikalahkan Anas pada pemilihan ketua umum. Kondisi yangbmembuat SBY kewalahan sehingga terpaksa membuat Majelis Tinggi untuk menghalangi pengaruh Anas. SBY yang menjadi Ketua Majelis Tinggi dan Anas sebagai Ketua Umum membuat Partai Demokrat disebut memiliki dua matahari kembar atau dualisme kepemimpinan.

Melihat kondisi yang ada, Anas bukannya mencoba mengalah dan mencari kesempatan yang lebih baik, melainkan terus melakukan perlawanan menggunakan posisinya sebagai ketua umum. Kondisi yang membuat Anas semakin mendapat serangan kuat dari kubu SBY. Akhirnya SBY berhasil merebut kekuasaan partai dan menjadi Ketua Umum.

Anas harusnya belajar dari Jokowi bagaimana caranya bisa bertahan di tengah-tengah dinasti politik yang berkembang di dalam partai politik. Jokowi yang berada di PDIP dan harus menghadapi kekuatan politik dinasti Soekarno mampu hertahan dan bahkan kini menjadi salah satu faktor meningkatnya elektabilitas partai.

Anas harusnya belajar untuk merebut kekuasaan dan simpati rakyat tidak perlu melakukan konfrontasi langsung di internal partai, melainkan melakukan konfrontasi dalam ranah kebangsaan dan kenegaraan. Jokowi menunjukkan diri mampu menyaingi (bahkan mengalahkan) aura kepemimpinan Megawati. Bahkan di mata rakyat Jokowi mengungguli Megawati.

Kini Anas menjadi pesakitan dan Jokowi menjadi panutan. Sebuah paradox yang terjadi pada dua sosok yang sama-sama berada dalam lingkup politik dinasti. Satu harus mendekam di tahanan sedangkan satu lagi sibuk bekerja mengatasi banjir bersama jajarannya. Sebuah konsekuensi yang harus dinikmati dari sebuah pilihan yang diambil.

Semoga hal ini menjadi pelajaran bagi para politisi muda yang mau bertahan dan terus berkarya di dunia politik yang dipenuhi oleh politik dinasti hampir di semua partai politik. Lebih baik berkarya bagi rakyat daripada berebut kekuasaan di internal partai.

salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun