Ada yang aneh dari dicoretnya keikutsertaan tim Sepak bola Anak Indonesia (SBAI) dari turnamen Internasional Borneo Cup U-16. Keanehan itu bukan hanya karena pencoretan dilakukan setelah tim berhasil lolos ke babak semifinal dengan hasil sangat memuaskan, yaitu menang 3 kali melawan tim-tim kuat seperti Jubilo Iwata (2-1), TABS Kuala Lumpur (2-1), dan Australia (3-2), melainkan karena alasan pencoretan yang dikarenakan Indonesia, dalam hal ini PSSI, terkena sanksi FIFA. Apa kaitannya sanksi FIFA dengan keikutsertaan tim SBAI dalam turnamen ini?
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI), Azwan Karim mengaku terkejut dengan kejadian ini. Seharusnya, Federasi sepak bola Malaysia (FAM) tidak memberi perintah kepada pihak penyelenggara untuk mencoret SBAI dari turnamen karena Internasional Borneo Cup U-16 tidak masuk dalam agenda FIFA.
"Padahal ini hanya festival saja, harusnya tidak ada sangkut pautnya terhadap suspensi yang diberikan kepada Indonesia. Namun inilah kenyataannya dan efek sanksi dari FIFA yang membuat hampir seluruh elemen sepak bola nasional lumpuh, salah satunya membuat tim SBAI tidak bisa melanjutkan kiprahnya di turnamen ini," jelas Azwan.Â
Jika ditelusuri kebenarannya, maka kita bisa menemukan bahwa turnamen ini bukanlah turnamen yang masuk dalam agenda FIFA dan bahkan juga tidak termasuk dalam agenda AFC dan FAM. Mengapa? Karena ini hanyalah turnamen yang berbentuk seperti festival dan memiliki tujuan rekreasi dan persahabatan. Bukan sebuah turnamen serius dan mempengaruhi industri sepakbola yang dikuasai oleh FIFA. Turnamen ini tujuannya adalah memperkenalkan sebagai tempat tujuan rekreasi dan berolahraga oleh para turis. Kaitannya sangat jelas adalah ajang promosi pariwisata.
Pencoretan ini sudah pasti bukanlah karena sanksi FIFA yang diberlakukan kepada Indonesia, melainkan karena permainan tim SBAI yang sangat memukau di penyisihan grup dan berhasil lolos dengan cara yang hebat dengan mengalahkan tim hebat. Turnamen yang awalnya hanya sekedar ajang promosi pun menjadi serius dan pada akhirnya melibatkan Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) agar ada alasan tim SBAI dicoret keikutsertaannya.
Alasan yang terlalu mengada-ada ini tentulah mencoreng nama turnamen ini dan mengurangi nilai promosi di dalamnya. Turnamen yang seharusnya menampilkan nilai-nilai sportivitas dan persahabatan menjadi turnamen yang mengandalkan berbagai cara demi menjungkalkan tim lawan. Hal yang tentu saja bisa merusak mental anak-anak terhadap kecintaannya kepada sepakbola, khususnya dari tim SBAI. Jika hal ini dilakukan sebelum tim ini mengikuti turnamen tentu saja tidak akan memberi pengaruh begitu besar kepada para pemain SBAI.
Berikut adalah kesaksian Miriam Whittington, South Hobart Football Club yang mengirim tim U-13 tahun lalu, "This non results based attitude was vital in making the BFC a success. For our club we see youth football as the development years and it is more important for players to be growing in a positive environment than to concentrate on actual results."
Pelajaran penting dari sebuah pembinaan sepakbola usia muda dikorbankan FAM demi sebuah status sanksi FIFA. Sudah jelas bahwa turnamen ini tidak ada sangkut pautnya dengan agenda FIFA dan FAM tetapi mereka mengintervensi dan mencoret tim SBAI yang telah berhasil masuk babak semifinal. Asas sportivitas sudah terinjak-injak dalam turnamen ini.
Kiranya sepakbola yang punya nilai agung sportivitas, kebersamaan, kerja sama, dan persahabatan tidak lekang hanya karena bisnis, industri, dan kepentingan sekelompok orang. Kembalikan sepakbola seperti awal diciptakannya. Menciptakan kesenangan, tawa, dan hiburan bagi yang bermain dan menonton.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H