Tendangan Ronaldo kena punggung, bukan tangan. Sumber: youtube
Pada dasarnya sulit untuk bisa terus tampil sempurna dan melakukan sesuatu dengan sempurna. Bahkan ketika kita sudah tampil dan melakukan sesuatu dengan sempurna selalu saja ada yang tidak puas. Karena itu, sangat wajar jika ada yang merasa tidak puas terhadap apa yang kita lakukan dan putuskan. Hal ini tidak luput juga terjadi dalam pertandingan sepakbola. Keputusan wasit selalu menjadi momok penting dalam pertandingan sepakbola. Kekuasaan wasit di dalam pertandingan ibarat hakim di dalam persidangan.
Tepat atau tidak tepatnya keputusan wasit dalam pertandingan harus dihormati. Tidak menerima keputusan wasit dalam pertandingan boleh dilakukan pemain dan offisial tim tanpa melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji seperti mendorong, memukul, atau melakukan "walkout". Jika wasit telah memutuskan dan tidak mau mengubah keputusannya dalam pertandingan, maka tempat yang diperbolehkan melakukannya adalah komisi wasit atau komisi disiplin dalam federasi tersebut. Komisi inilah yang berhak memberikan hukuman dan sanksi serta berusaha bahwa kejadian serupa tidak terulang lagi.
Pertandingan perempat final antara Sriwijaya FC melawan Persebaya United (Bonek FC) yang berakhir dengan "Walkout"nya Persebaya United adalah sebuah bentuk protes yang tidak diperbolehkan dalam sepakbola. Pergantian wasit sebenarnya tidak akan mengubah begitu banyak keputusan karena kesalahan atau 'human error" melekat kepada setiap wasit yang ada. Kebesaran hati tim menerima keputusan wasit adalah unsur pentig dalam sportivitas pertandingan.
Dalam pertandingan Liga Champion "Matchday 1" yang mempertemukan Real Madrid melawan Shaktar Donetsk adalah sebuah contoh bagaimana keputusan wasit yang salah tetap diterima. Shaktar yang terkena hukuman penalti tetap menerima keputusan wasit, meski sebenarnya jika dilihat dari tayangan ulang keputusan yang diberikan tidak tepat. Karena bola tidak mengenai tangan melainkan mengenai punggung. Meski berat hati tetapi keputusan diterima Shaktar dan permainan terus berlanjut.
Para pemain dan offisial tim di Indonesia memang harus banyak belajar perilaku pemain dan offisial tim Eropa yang sebagian besar memahami benar bahwa keputusan wasit tepat atau tidak tepat haruslah diterima. Jangan hanya sekedar menonton keindahan permainan yang disediakan oleh stasiun televisi di Indonesia tetapi juga belajar dan menyerap perilaku yang benar dari liga-liga eropa yang ditayangkan. Supaya ke depan kita belajar dengan baik menaati peraturan yang ada di dalam pertandingan.
Tindakan "Walkout" Persebaya United ini pada akhirnya akan menimbulkan sebuah wacana yang berulang, bahwa sepakbola kita memang belum siap untuk mementaskan kompetisi profesional. Bagaimana mau profesional jika masih ada tim yang melakukan "Walkout". Hal yang harus terus diperbaiki oleh klub sepakbola yang ada di Indonesia jika ingin sepakbola kita semakin baik ke depannya.
Saya berharap tindakan Persebaya United memang benar-benar bentuk tindakan protes atas keputusan wasit, bukan mencari-cari alasan karena memang dari awal sudah ada desakan untuk mengundurkan diri dari turnamen ini. Apalagi kalau bukan karena permasalahan nama kesebelasan yang terus menjadi persoalan sehingga Persebaya United pun mengganti namanya menjadi Bonek FC. Pergantian nama ini diprotes oleh para bonek dan meminta Persebaya United mundur jika diharuskan mengganti nama.
Mengubah watak dan karakter pesepakbola kita memang tidaklah mudah. Jalan terjal yang panjang dan berat hsrus dilalui. Karena sudah bertahun-tahun sepakbola kita dikelola dengan watak dan karakter yang tidak benar oleh pengurus-pengurus yang orientasinya hanya uang bukan pembentukan karakter.
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI