Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menikah: Kebutuhan atau Pilihan Hidup??

17 Juli 2011   14:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:36 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tadi siang saya berdiskusi dengan seorang alumni lulusan UNPAD Bandung di rumahnya. Dalam diskusi itu kami membahas suatu topik mengenai teman hidup. Alumni ini bekerja di salah satu perusahaan perkebunan yang ada di Provinsi Riau. Dalam diskusi, abang tersebut mengucapkan sebuah kalimat yang sangat dalam. Dia mengatakan bahwa menikah itu bukanlah kebutuhan melainkan pilihan hidup.

Prinsip di atas disampaikannya karena bagi dia memilih teman hidup untuk dinikahi bukanlah hal yang mudah. Jika salah memilih maka sepanjang hidup (jika tidak cerai) akan menderita. Mengapa? Karena kita harus makan, tidur, dan tinggal dengan orang yang tidak cocok dengan kita. Oleh karena itu, bagi dia lebih baik lama menikah dari pada salah menikah. Dan semua itu hanya bisa dilakukan jika menikah adalah pilihan hidup.

Pemahaman bahwa menikah adalah kebutuhan akan membuat orang menjadi tertekan dan stres. Tertekan karena sudah waktunya menikah (usia) tapi belum menikah dan stres karena orang tua mendesak untuk segera menikah. Pemahaman ini juga membuat kita dangkal memahami makna pernikahan sesungguhnya. Pernikahan bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis kita, tetapi seharusnya pernikahan menjadi sarana untuk kita bisa menjadi lebih berguna bagi orang lain.

Alumni ini juga menambahkan bahwa ketika dia memilih untuk bekerja di perkebunan, maka dia juga siap pada akhirnya menikah agak lama. Bahkan dia siap menikah meski usia sudah 40 tahun. Hal ini dia lakukan supaya tidak asal memilih teman hidup. Beberapa kali dia akhirnya memilih untuk menghentikan sebuah PDKT, jika sang "gebetan" tidak mau diajak tinggal di daerah perkebunan. Padahal bekerja di Perkebunan adalah panggilan hidupnya. Kesabarannya pun akhirnya terbayar lunas ketika dia menikah tahun ini dengan seseorang yang mau tinggal bersama di Perkebunan.

Saya berharap kita bisa belajar dari prinsip hidup yang dimiliki oleh alumni tersebut. Pilihlah teman hidup bukan karena kebutuhan tetapi sesuai dengan panggilan hidup (pekerjaan) kita. Supaya hidup anda bahagia dan menjadi berkat bagi orang lain.

Selamat Memilih dengan tepat dan benar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun