Kunci sukses dalam menjual barang dan jasa adalah marketing atau pemasaran. Dalam merebut pasar yang sudah ramai dengan pesaing, pemasaran yang apik jadi suatu syarat utama. Menemukan formula yang tepat dalam memasarkan barang dan jasa dan meramunya menjadi sebuah kalimat sakti yang akan menjadi slogan dan ciri khas si penjual (perorangan atau kelompok).
Hal ini juga berlaku dalam konteks jualan politik. Transaksi politik antara partai dan pemilik suara (rakyat) dilakukan dengan menawarkan visi dan misi serta semangat partai yang diolah menjadi satu kalimat sakti. Contoh yang paling hebat dan berhasil dalam memasarkan partai politiknya adalah Partai Demokrat. Iklan politik berjudul "Katakan Tidak Pada Korupsi" begitu bergema dan menarik banyak pemilik suara untuk mempercayakan suaranya kepada Partai Demokrat yang ditunjukkan dengan penguasaan kursi DPR pusat dan juga di daerah.
Namun dalam perjalanannya slogan ini menjadi dagelan politik setelah sebagian sebagian bintang iklan tersebut satu persatu masuk penjara karena korupsi. Adapun para bintang iklan tersebut yang sudah dijerat KPK yakni Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum dan Andi Alifian Mallarangeng. Sementara bintang iklan lainnya, seperti Presiden SBY dan anaknya Edi Baskoro, meski tak terjerat kasus di KPK, nama keduanya sering dikaitkan sejumlah kasus korupsi. Kini, Partai Demokrat suaranya merosot jauh dan hanya meraih 10,19 persen dari pemilu sebelumnya yang meraih 26,4 persen.
Memanfaatkan hal yang sama, Partai Nasional Demokrat (nasdem) juga melakukan pemasaran politik yang diharapkan mampu menarik suara rakyat untuk memilih partai ini. Targetnya tentu saja menjadi partai penghuni senayan. Slogan partai yang terus diiklankan adalah semangat restorasi bangsa. Salah satu yang dibanggakan adalah tidak adanya transaksi politik bagi kader atau non kader yang mau maju menjadi calon legislatif maupun kepala daerah. Jika kita lihat di situs partai, Nasdem juga dalam gerakan restorasinya menyatakan bahwa "partai menyeleksi dengan ketat sehingga hanya orang-orang berintegritas yang menjadi wakil rakyat". Sebuah komitmen yang sangat luar biasa.
Gema restorasi ini dan kekuatan media serta dana yang melimpah dari Surya Paloh, Nasdem pun berhasil masuk ke senayan dan menjadi satu fraksi di DPR. Nasdem berhasil meraih 6,72 persen suara dan meraih 35 kursi. Gema ini terus disuarakan ketika menjadi fraksi di DPR, partai pendukung pemerintah, dan mendapat jatah menteri di kabinet. Sebuah pemasaran yang baik dan diikuti dengan tindakan nyata menjadi sukses Nasdem.
Namun apa yang terjadi pada Partai Demokrat kini mulai terjadi pada Partai Nasdem. Demokrat yang hancur karena sebagian bintang iklannya terjerat korupsi, jika tidak segera diantisipasi akan menghancurkan Nasdem. Tanda-tanda hal yang sama akan terjadi pada Nasdem adalah terjeratnya Sekjen Partai Patrice Rio Capella menjadi tersangka. Patrice yang adalah salah satu pendiri partai dan ikut mengkonsep semangat restorasi malah melakukan kesalahan fatal. Memang belum terbukti secara hukum korupsi yang dilakukan Patrice, tetapi penetapan tersangka oleh KPK belum pernah berujung bebas.
Penetapan Patrice menjadi tersangka adalah kegagalan semangat restorasi Nasdem. Hal ini karena Patrice bukan sekedar kader melainkan salah satu pendiri dan Ketua Umum partai pertama ketika Nasdem berdiri. Kesalahannya berdampak sangat besar dan berlipat-lipat. Publik akan melihat keseriusan restorasi yang diusung partai ini karena petinggi dan peritis partai saja begitu. Hal ini juga membuat Nasdem gagal dalam menyeleksi ketat orang-orang berintegritas yang menjadi wakil rakyat.
Berpolitik bukan hanya sekedar slogan dan beriklan, melainkan menunjukkan keseriusan partai dan pendirinya dalam menerapkan semangat partai tersebut. Apa jadinya jika salah satu pendiri partai malah melanggar semangat partai tersebut. Apalagi partai ini masih seumur jagung. Kepercayaan publik yang Kunci sukses dalam menjual barang dan jasa adalah marketing atau pemasaran. Dalam merebut pasar yang sudah ramai dengan pesaing, pemasaran yang apik jadi suatu syarat utama. Menemukan formula yang tepat dalam memasarkan barang dan jasa dan meramunya menjadi sebuah kalimat sakti yang akan menjadi slogan dan ciri khas si penjual (perorangan atau kelompok).
Hal ini juga berlaku dalam konteks jualan politik. Transaksi politik antara partai dan pemilik suara (rakyat) dilakukan dengan menawarkan visi dan misi serta semangat partai yang diolah menjadi satu kalimat sakti. Contoh yang paling hebat dan berhasil dalam memasarkan partai politiknya adalah Partai Demokrat. Iklan politik berjudul "Katakan Tidak Pada Korupsi" begitu bergema dan menarik banyak pemilik suara untuk mempercayakan suaranya kepada Partai Demokrat yang ditunjukkan dengan penguasaan kursi DPR pusat dan juga di daerah.
Namun dalam perjalanannya slogan ini menjadi dagelan politik dan gunjingan publik setelah sebagian sebagian bintang iklan tersebut satu persatu masuk penjara karena korupsi. Adapun para bintang iklan tersebut yang sudah dijerat KPK yakni Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum dan Andi Alifian Mallarangeng. Sementara bintang iklan lainnya, seperti Presiden SBY dan anaknya Edi Baskoro, meski tak terjerat kasus di KPK, nama keduanya sering dikaitkan sejumlah kasus korupsi. Kini, Partai Demokrat suaranya merosot jauh dan hanya meraih 10,19 persen dari pemilu sebelumnya yang meraih 26,4 persen.
Memanfaatkan hal yang sama, Partai Nasional Demokrat (nasdem) juga melakukan pemasaran politik yang diharapkan mampu menarik suara rakyat untuk memilih partai ini. Targetnya tentu saja menjadi partai penghuni senayan. Slogan partai yang terus diiklankan adalah semangat Restorasi Indonesia. Salah satu yang dibanggakan adalah tidak adanya transaksi politik bagi kader atau non kader yang mau maju menjadi calon legislatif maupun kepala daerah. Jika kita lihat di situs partai, Nasdem juga dalam gerakan restorasinya menyatakan bahwa "partai menyeleksi dengan ketat sehingga hanya orang-orang berintegritas yang menjadi wakil rakyat". Sebuah komitmen yang sangat luar biasa.