Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Kejujuran Diancam Sanksi Sosial di Masyarakat

11 Juni 2011   06:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:38 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Metro siang mendiskusikan mengenai peristiwa pencontekan massal yang terjadi di SD terkemuka (SBI) di Yogyakarta. Pembahasan mengundang pakar pendidikan Arif Rahmat dan psikolog Oriza Sativa (nama latin padi. He..he..he.)

Peristiwa ini pada akhirnya membuat warga di sekitar sekolah marah dan mengusir sang anak yang melaporkan kecurangan tersebut. Sang anak dan keluarga akhirnya harus diamankan oleh polisi. Ironis memang. Ketika seorang anak SD mengatakan kejujuran malah terkena sanksi sosial.

Pada diskusi ini Pak Arif menyatakan bahwa menyontek itu tidak boleh dan Guru harus melarang serta mengawasi siswa untuk tidak mencontek. Tetapi pada kasus ini Pak Arif heran karena Guru lah yang menyuruh anak-anak mencontek. Bahkan mereka semua disuruh membuat surat pernyataan. Pendidikan yang melegalkan contek mencontek adalah pendidikan yang membodohkan. Dan siswa tidak boleh dibiarkan memiliki perilaku mencontek di sekolah supaya mereka tidak terbiasa melakukan perilaku curang.

Sang Psikolog sangat menyayangkan sikap warga yang malah mengepung rumah anak yang jujur tadi. Tekanan yang dilakukan warga akan membuat anak tersebut trauma. Bisa jadi dia "kapok" berbuat jujur. Dan mentalnya juga akan lemah sehingga menjadi anak yang minder.

Kedua narasumber setuju bahwa pendidikan seharusnya dilakukan dengan kejujuran. Mereka juga menolak kehadiran UN yang bukan membuat siswa menjadi pintar tetapi menjadi bodoh dan curang.

Semoga kasus ini bisa menjadi pembelanjaran bagi kemendiknas dan segera hentikan UN!

Salam Pendidikan yang jujur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun