Mohon tunggu...
Palti West
Palti West Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya Orang Biasa Yang Ingin Memberikan Yang Terbaik Selagi Hidup. Twitter dan IG: @Paltiwest
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulisan analisa pribadi. email: paltiwest@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cina Indonesia, Indonesia Cina

23 Januari 2012   02:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:33 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tidak terasa sekarang sudah imlek. Perayaan Tahun Baru Cina yang dirayakan oleh seluruh orang Cina dimana saja. Tidak peduli apa agamanya, tetapi imlek dirayakan secara umum oleh semua orang Cina. Bedanya kami yang sudah tidak beragama Budha, tidak lagi ke klenteng. Cukup berkumpul dan berdoa di rumah.

Jika sudah imlek, maka kami sekeluarga akan cerita panjang lebar tentang sejarah keluarga kami. Ayah biasanya bercerita panjang lebar tentang kisah kakek yang adalah pejuang kemerdekaan. Bahkan Kakek harus kehilangan satu kakinya. Tetapi sayangnya kaki sempat tidak diakui sebagai pejuang kemerdekaan. Alasannya tentu saja karena orang Cina.

Tetapi Kakek saat itu tidak peduli dengan pengakuan. Baginya hidup di Indonesia adalah pilihannya. Mencintai negeri ini meski tidak dianggap, tidak menjadi masalah baginya.

Pilihan yang akhirnya membuat dia jatuh hati dengan orang pribumi asli. Kakek menikah dengan orang jawa asli. Nenek saya adalah orang Jawa Tengah. Namanya Sartika.

Kakek saya juga mengganti nama cinanya dengan nama jawa. Namanya berubah menjadi Sunarto. Nama yang semakin mencerminkan kecintaannya kepada Indonesia.

Kakek sering cerita untuk mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai orang Indonesia sangat sulit. Status kakek yang telah menikah dengan orang jawa pun tidak serta merta mempermudah proses. Perjuangan kakek akhirnya berbuah manis. Dia mendapatkan KTP atas nama Indonesia.

Kakek sendiri sudah 13 tahun meninggal. Kakek meninggal dalam peristiwa Mei 1998. Muka kakek yang masih sangat cina membuat dia menjadi korban amukan massa. Kakek pun mati di tangan orang Indonesia. Negara yang dicintai dan dibelanya sejak dia merantau kesini.

Keluarga kami marah besar atas kematian kakek. Saudara kandung bapak waktu itu memutuskan keluar dari Indonesia. Mereka semua sampai saat ini akhirnya menetap di Taiwan. Bapak tetap tinggal di Indonesia. Karena dia sangat mencintai Indonesia. Itu dibuktikan dengan dia menikahi orang jawa seperti kakek.

Dalam setiap kesempatan berkumpul, bapak selalu bercerita tentang kebanggaannya terhadap Indonesia. Dia bahkan sangat berharap salah satu dari kami ada yang mau jadi PNS. Mimpi yang akhirnya terealisasi melalui saya. Ya, saya adalah PNS Dinas Kesehatan di daerah kami. Saya menjadi Dokter di Puskesmas kampung kami.

Rasa cinta terhadap Indonesia mengalir dalam diri saya. Saya pun menikah dengan orang jawa juga. Bukan hanya itu, saya bahkan lebih fasih berbahasa jawa dibandingkan mandarin. Karena dari kecil kami tidak pernah diajarkan bahasa mandarin.

Bapak selalu mengatakan kepada kami, bahwa kami bukan Cina Indonesia. Tetapi kami adalah Indonesia Cina. Orang Indonesia asli keturunan cina. Sama seperti orang batak, jawa, sunda, dll. Kami sekeluarga bangga jadi orang Indonesia.

NB: Selamat merayakan imlek saudaraku. Terima kasih karena memilih dan mencintai Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun