Ganjar Pranowo bercerita bagaimana dirinya tidak mudah memutuskan untuk maju sebagai calon presiden (capres) di pemilihan umum (Pemilu) 2024. Dia menyebutkan bahwa keputusan tersebut diambilnya setelah melakukan diskusi panjang dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).Â
Karena keputusan yang sangat berat, Ganjar mengakui butuh 2 tahun sampai akhirnya memantapkan keputusan menerima amanah dan maju sebagai capres. Hal itu diungkapkan Ganjar saat menghadiri forum Rembuk Ide Transisi Energi Berkeadilan: Menelaah Gagasan dan Komitmen Calon Pemimpin Indonesia, di Jakarta, belum lama ini.
"Saya itu mau maju capres diskusi awalnya sama Pak Jokowi. Saya diskusi berdua panjang sekali sampai pada satu titik butuh keberlangsungan dan itu Ganjar. Gitu," kata Ganjar.
"Kami diskusi birokrasi bersih, kami diskusi hilirisasi, kami diskusi pertumbuhan ekonomi, kami diskusi bagaimana menggebrak dan sebagainya. Kami diskusi 2 tahun, saya bocorkan di Habibi center ini," ungkap Ganjar.
Ganjar pun membocorkan, diskusi panjang yang dilakukannya dengan Jokowi akhirnya sampai pada satu titik yang memantapkan niatnya maju sebagai capres. Titik itu adalah keberlangsungan pembangunan dan kebijakan untuk memajukan Indonesia.Â
Dia menjelaskan, beberapa topik yang menjadi fokus diskusi dengan Jokowi antara lain, birokrasi bersih, hilirisasi, pertumbuhan ekonomi, dan bagaimana melakukan gebrakan dalam kebijakan.
Terkait hilirisasi nikel, lanjutnya, butuh keberlangsungan hingga tuntas. Pasalnya, tujuan dari hilirisasi nikel adalah agar Indonesia tidak hanya mengekspor biji nikel mentah, tetapi bisa memproduksi baterai.Â
"Hilirisasi nikel itu kan ujungnya produksi baterai. Apakah kita sudah sampai ke baterai? Belum. Maka tugas saya adalah menuntaskan hilirisasinya sampai end to end-nya harus selesai," kata Ganjar.
"Jangan-jangan kalau infrastruktur IT kita lebih bagus BTS sudah ada di mana-mana, kemudian remote area bisa mengakses, jangan-jangan hilirisasi industri digital yang pertama. Lalu industri kreatifnya jalan, jangan-jangan ekonomi akan tumbuh dari ekonomi kreatif ini, dan kemudian kita mengurangi yang sumber daya alam, jangan-jangan loh, sehingga kita bisa menghemat untuk anak cucu kita kelak sambil para peneliti menyiapkan hal-hal yang lebih baik untuk kita mengelola itu," tutup Ganjar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H